Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kembali Nyepi, Setelah 30 Tahun Berlalu

5 Maret 2022   04:00 Diperbarui: 5 Maret 2022   04:04 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya saya memutuskan untuk melewati Hari Raya Nyepi, Kamis lalu; setelah lebih tigapuluh tahun berlalu. Setelah pindah dari Bali, saya tidak pernah melewati Nyepi. Kalau pun ke Bali, selalu tidak bertepatan dengan Nyepi.

Ketika masih anak-anak, Nyepi bagaikan satu hari yang genting. Ibu dan nenek telah mempersiapkan sejumlah makanan yang tidak perlu dimasak ulang atau dipanaskan. Ada ketupat, lepet (Bali: bantal), serundeng, belut kering yang digoreng, ikan asin, sejumlah kacang-kacangan yang telah diolah, dan sebagainya.

Maklum, Nyepi berarti tidak boleh menyalakan api. Saat itu, di rumah masih memakai kayu bakar. Kalau menyalakan api, asapnya akan membumbung dan warga lain akan teriak. Mungkin juga orangtua takut anak-anaknya akan kelaparan kalau tidak menyediakan makanan yang cukup.

Di masa anak-anak, saya melewati hari Nyepi dengan bermain di jalan raya bersama tetangga. Semua orang masih boleh keluar, berjalan-jalan. Tapi tidak boleh naik kendaraan. Hanya kendaraan petugas keamanan yang keliling.

Akhirnya larangan keluar rumah diberlakukan. Tidak ada yang lalu lalang lagi, kecuali petugas keamaan yang patroli dan wakil masyarakat yang ditunjuk untuk menjaga keamanan lingkungan.

suasana nyepi di bali, dokpri, mettasik, dhana putra
suasana nyepi di bali, dokpri, mettasik, dhana putra

Rasanya memang membosankan jika seharian di rumah. Mereka yang punya alat pemutar video kaset, menyewa film seri. Mereka bisa nonton film seri seharian. Namun saya tidak bisa melakukan hal tersebut. Tidak ada produk hiburan elektronik.

Beberapa kali Nyepi, saya melewati dengan berkumpul di kelenteng dekat rumah. Bangun saat subuh dan cepat-cepat ke kelenteng bersama kawan yang lain. Halaman kelenteng menjadi tempat yang tepat untuk bermain, bercanda. Duduk bersama sambil bercerita atau makan.

Setelah tiga puluh tahun berlalu, Nyepi terasa berbeda. Saya bisa memaklumi, kondisi dunia yang terus berubah. Dan juga pengertian diri yang mengalami perubahan. Nyepi bukan sesuatu yang menegangkan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Di tempat saya; aliran listrik masih menyala. Warga masih bisa memasak makanan dengan leluasa. Demikian juga yang memakai kompor gas; tidak akan mengeluarkan asap saat memasak. Tidak perlu lagi khawatir urusan makanan.

Melewati hari juga terasa nyaman di saat sekarang. Jaringan komunikasi berjalan normal (sebelumnya beredar kabar, jaringan komunikasi akan diputus dari pusat). Banyak orang yang memanfaatkan dengan mengirim berita, ngobrol di telepon, menonton di media sosial dan hiburan di jaringan film berbayar.

suasana Nyepi di Bali, dokpri, mettasik, dhana putra
suasana Nyepi di Bali, dokpri, mettasik, dhana putra

Banyak orang yang juga menghindari rumah di saat Nyepi dengan bermalam di hotel dan villa bersama keluarga dengan alasan berlibur. Bisa jadi, mereka tidak betah dengan hanya berdiam diri. Mereka berharap ada keramaian dengan sejumlah kegiatan lain.

Setelah tigapuluh tahun berlalu, saya melewati Nyepi dengan cara sendiri. Nyepi bagaikan berhenti sejenak dengan hiruk pikuk dunia. Berhenti sejenak untuk mengambil napas saat bernyanyi. Mengambil waktu untuk diri sendiri. Memberikan alam untuk beristirahat sejenak, tanpa kebisingan, tanpa polusi.

Ketika pagi, saya sempat keluar untuk merekam suasana di jalan raya. Selanjutnya, saya hanya menghabiskan waktu dengan membaca buku agama, bermeditasi, dan melakukan water fasting (hanya minum air putih, tanpa menguyah makanan apa pun).

Sehari melewati hari dalam keheningan total.

**

Kuta, Bali, 05 Maret 2022

Penulis: Dhana Putra untuk Grup Penulis Mettasik

dokumen pribadi, mettasik, dhana putra
dokumen pribadi, mettasik, dhana putra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun