Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lihatlah, Betapa Mudahnya Kita Tertipu

27 Februari 2022   06:41 Diperbarui: 27 Februari 2022   06:59 1380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi, mettasik, rusli widjaya

Selanjutnya, persepsi akan mengarahkan para korban dengan bayang-bayang keuntungan. "Bisa hemat atau sekalian saja dijual," demikian kata persepsi pikiran.

Sayangnya bukan itu yang terjadi. Menyesal kemudian tiada gunanya.

Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa persepsi pikiran kita sedang menipu? Jawabannya adalah Kesadaran.

Kesadaran dapat tercipta melalui praktik meditasi yang benar dalam keseharian, dilandasi sila (moralitas), perilaku yang baik dalam berpikir, berucap, dan bertindak.

Seseorang yang telah memiliki kesadaran melalui praktik meditasi benar di dalam dirinya akan menunjukkan sifat yang tenang. Mereka tidak lagi termotivasi oleh keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha).

Dengan demikian, kesadaran yang muncul akan menjaga pikiran. Pada saat yang sama juga mengembangkan kebijaksanaan. Mampu merespon fenomena-fenomena batin yang masuk melalui pintu-pintu Indria kita.

Baca juga: Enam Pintu Indria yang Akan Menentukan Sikapmu

Mengutip perbincangan Bhante Sri Pannavaro dengan Sujiwo Tejo dalam channel youtube mbah jiwo:

"Hadirnya kesadaran juga akan merespon segala sesuatu ke dalam diri terlebih dahulu baru kemudian bereaksi ke luar diri dengan lebih bijak".

Sehingga ketika ada penawaran menggiurkan, seyogyanya kita bisa merespon ke dalam terlebih dahulu. "Apakah ini benar saya butuhkan?, Apakah ini bijaksana? Apakah saya sedang serakah?"

Kenali juga fenomena Tiga Corak Utama, yaitu: segala sesuatu yang terkondisi, pasti mengalami perubahan (anicca), ketidakpuasan (dukkha), dan tidak ada inti diri (anatta).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun