Seberapa sering anda mengecek berita atau akses ke media sosial favorit dalam sehari? Masih dalam hitungan jari kah? Bisa dipastikan sebagian besar orang, termasuk saya, akan menjawab "terlalu banyak untuk dihitung".
Tebakan saya tidak salah. Hasil laporan "Digital 2021: The Latest Insights Into The State of Digital" yang dilansir Kompas.com menunjukan hal yang sama. Rata-rata orang Indonesia menghabiskan tiga jam 14 menit sehari untuk mengakses media sosial.
Artinya tanpa kita sadari distraksi sudah begitu jauh mempengaruhi aktivitas kita. Distraksi telah menjadi bagian dalam kehidupan modern yang serba tergesa-gesa.
Ada paradoks yang sedang terjadi. Di satu sisi, kita merasa kekurangan waktu untuk mengerjakan aktivitas. Pada saat yang sama banyak waktu terbuang percuma hanya untuk pantau medsos.
Kita semua tahu distraksi dapat merusak konsentrasi. Pekerjaan menjadi tidak selesai karena gagal fokus. Banyak target dan rencana tidak tercapai. Bergeser dari skedul yang telah ditetapkan.
Namun, pada kenyataannya kita sulit melepaskan diri dari jeratan distraksi. Kecanduan digital yang akut membuat kita lagi, lagi dan lagi menghabiskan waktu pada media sosial.
National Bureau of Economic Research mengungkapkan fakta bahwa kita menghargai media sosial, tetapi kita menggunakan lebih banyak media sosial melampaui dari apa yang kita pikir baik untuk kita. Lebih lanjut, studi tersebut menunjukan 31 persen pengguna media sosial mengalami kesulitan kontrol diri.
Penelitian lain pada Nottingham Trent University menemukan bahwa FOMO merupakan faktor utama yang menyebabkan kecanduan sosial media.
Baca Juga:Â Dari 100 Kekhwatiran Berapa Banyak yang Kejadian?
FOMO sendiri merupakan istilah baru. Kepanjangan FOMO adalah Fear of Missing Out. Artinya suatu kondisi dimana seseorang takut ketinggalan kabar atau berita terkini. Akibatnya mereka terus berupaya mengikuti trend agar tidak ketinggalan.