Tapi, saya juga sadar dan berterima kasih kepada kawan saya. Karena ialah, saya akhirnya menyadari kekeliruan yang telah kuperbuat.
Terlalu memaksakan kata hati terhadap apa yang menurut saya "benar."
Padahal apa yang menurut saya benar, juga belum tentu bermanfaat bagi orang lain. Setiap orang tentu memiliki latar belakang yang berbeda, serta alasan yang tidak pernah diketahui.
Kembali lagi saya berkirim pesan pribadi kepada kawan saya ini,"terima kasih teman dengan perdebatan kita di grup kemarin. Saya menjadi sadar diri dan akan berhati-hati memberikan komentar. Apalagi kalau berhubungan dengan hal-hal yang sensitif seperti berat badan (plus emoji bahagia)."
"Sama-sama, Yol. Gue juga minta maaf ya, sudah membuat heboh di grup."
Wow, balasan pesan yang saya dapatkan sangat menyejukan hati .
Sudah lega rasanya bisa mendapatkan kembali sahabat saya ini. Saya berpikir inilah persahabatan yang baik dan sehat karena berani mengungkapkan ketidaksukaaan dengan apa yang kita ucapkan.Â
Sahabat yang berani berterus terang mengatakan kalau saya salah. Banyak persahabatan di luar sana yang tidak terlalu tulus, karena tidak berani berkata sejujurnya. Bisa karena berbagai alasan, seperti takut salah bicara, takut tersinggung dan lainnya.Â
Menurut saya perdebatan itu perlu ada, asalkan kita bisa saling menyadari untuk saling memaafkan.
Setelah kejadian tersebut, saya tidak lantas "kapok." Saya tidak akan berubah menjadi pasif, karena itu memang bukanlah diriku.
Saya tetap tidak akan goyah untuk berani berkomentar. Apakah berupa saran, tindakan, ataupun gagasan. Sepanjang saya sudah yakin, jika itu demi kebaikan bersama.