Sebabnya, pada saat itu memang tidak ada teman yang membahas tentang soal gemuk. Hanya makanan diet saja.
Pembicaraan di WA berubah menjadi tegang. "Yol, kasih tahu ke teman-temanmu untuk belajar merubah pola pikir, gak harus langsing untuk bisa menari dengan baik... [...]" dan seterusnya, dan seterusnya. Â
Yang akhirnya di tutup dengan kalimat "Makanya posisi gue kalau senam di belakang saja deh, jadi teman-teman luh gak nyinyir kan!"
Aduh ada apa ini, terus terang saya tidak menyangka bisa menjadi seperti ini. Bukannya perbincangan hanya dimulai dari candaan.
"Sudahlah friend, tadi kan saya sudah ralat tidak ada teman yang berkomentar di grup kalau kita gendut-gendut kok. Maaf kalau saya salah. Kita case close saja yah."Â Saya kirimkan balasan dengan emoji boneka yang sedang menangis.
Ternyata permintaan maaf dan perkataan saya untuk menutup pembicaraan soal diet bertepuk sebelah tangan. Sang kawan terus menuliskan beberapa kalimat lagi yang bikin kuping panas. Saya hanya terdiam dan sadar kalau ini tidak bisa dilanjutkan.
Sejujurnya beberapa hari ke depan saya merasa sedih. Menyesali diri karena telah membuat sahabat baik saya ikut bersedih.
Walaupun kami sudah berkirim pesan pribadi untuk saling memaafkan, tetapi peristiwa itu membuat saya harus merenung dan mengintropeksi diri.
Saya menyadari nafsu keinginan saya untuk menerangkan tentang pola diet terlalu menggebu-gebu. Tetapi, akhirnya saya merasa bersalah.
Saya baru sadar jika tidak semua orang ingin diberikan penjelasan. Tidak semua orang ingin dibantu, dan tidak semua orang ingin mendengarkannya.Â
Saya jadi malu, rasa cinta dan kepedulian saya terhadap teman untuk menerapkan ilmu yang saya pahami ternyata hanya menghasilkan perdebatan .Â