Dimulai dari mengganti atap rumah kami yang beratap rumbia  Atap tersebut harus rutin diganti. Jika tidak, air hujan akan leluasa masuk ke dalam rumah. Atap kami mudah lapuk dan rawan bocor.
Dinding rumah kami bukanlah terbuat dari batako atau bata, tapi bilik anyaman bambu. Dinding bilik itu ditempeli kertas semen, lemnya dibuat dari tepung sagu yang dimasak.
Saat kami masih kecil, mengelupas, menyobek, dan membolong kertas semen adalah kerjaan kami. Alhasil, dinding anyaman bambu tidak terlihat manis lagi. Pembungkusnya sobek.
Saat pesiapan imlek, pembungkus kertas semen itu kami kelupas semuanya. Digantikan dengan kertas semen baru, dicat baru pula. Imlek pun menjadi meriah dengan suasana rumah yang baru. Terima kasih Pa, kami selalu merasakan renovasi rumah di setiap tahun menjelang Imlek.
**
Aku ingat di hari itu.... Papa bangun pagi-pagi sekali, dan itu setiap hari. Bekerja dan bekerja, tak pernah kenal lelah. Papa penuh semangat dan disiplin. Papa berbadan gagah, tinggi, dan kekar.
Otot-otot papa menunjukkan sesosok pekerja keras. Dan itu benar adanya. Papa pernah mengalami kesuksesan usaha, memiliki banyak karyawan saat itu. Papa tak mudah menyerah. Papa bukan pemalas, tak ada kata menganggur dalam kamus hidup papa. Terima kasih Pa, telah menjadi inspirasi.
**
Aku ingat di hari itu Pa.... Usaha papa mengalami kesulitan, papa pergi ke rumah saudara untuk meminjam uang, untuk membiayai sekolah kami. Bagi papa, pendidikan nomor satu. Tak perlu malu pinjam uang untuk biaya sekolah.
Bagi papa, menceritakan keberhasilan pendidikan anak-anaknya di mata orang-orang adalah kewajiban. Wajib diceritakan karena "bangga"nya papa kepada kami.
Walaupun kami merasa papa terlalu berlebihan, tapi tidak bagi papa. Keberhasilan anak harus disebarluaskan. Itulah prinsip hidup papa. Terima kasih Pa, karena papa kami bisa mengenyam pendidikan yang baik.