Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Mengatasi Tamu Kurang Ajar

29 Januari 2022   06:07 Diperbarui: 29 Januari 2022   06:09 1647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak agama mengajarkan kepada umatnya untuk menghormati dan melayani tamu dengan baik. Tamu adalah tempat berbuat kebaikan bagi tuan rumah. Tamu ibarat ladang kebaikan.

Tamu yang baik dan sopan tentulah patut kita hargai, perlakukan, dan layani dengan baik. Tamu seperti inilah yang biasanya diinginkan oleh tuan rumah untuk berkunjung ke rumahnya.

Praktik yang umum adalah tamu hanya sesekali saja mampir. Ada kalanya tamu sampai menginap karena berbagai alasan.

Seakrab-akrabnya tamu dengan tuan rumah, keduanya tetap berbeda status di dalam rumah. Tuan rumah tetap yang utama. Tuan rumah tetap yang prioritas di dalam rumahnya sendiri.

Sebaik-baiknya tamu dengan tuan rumah, tamu tidak memiliki hak dan kekuasaan atas rumah dan seisinya yang bukan miliknya. Tuan rumah yang memiliki hak dan kekuasaan atas rumah tersebut dan seisinya.

Namun ada tamu yang bertindak laiknya tuan rumah. Tamu berlaku seakan yang punya rumah. Tamu berlaku sebagai yang berhak dan berkuasa atas rumah tersebut. Bukankah hal seperti ini keterlaluan namanya?

Jikalau kita sebagai tuan rumah, apa yang akan kita lakukan terhadap tamu yang tidak tahu diri seperti itu? Akankah kita mengusir dan tidak membiarkannya lagi masuk ke rumah kita?

Kebanyakan orang akan menjawab "YA" atas pertanyaan tersebut. Kita berhak bahkan harus mengusir tamu yang keterlaluan seperti itu. Kita sebagai tuan rumah harus menempatkan porsi yang benar antara tuan rumah dan tamu.

Sayangnya, dalam realita kehidupan, banyak sekali orang yang sama sekali tidak mengambil tindakan apa-apa terhadap tamu yang kurang ajar. Ajaibnya, tamu yang kurang ajar malah dipelihara dan diperlakukan dengan baik bahkan sangat baik.

Bisa jadi kita adalah salah satu orang yang terus membiarkan tamu kurang ajar menempati rumah kita. Kita mungkin merupakan salah satu tuan rumah yang tidak pas menempatkan tamu sebagai tuan rumah menggantikan kita. Tidak percaya? Mau bukti?

Tamu yang dimaksud bukanlah tamu yang sesungguhnya dalam bentuk manusia atau orang. Tamu yang dimaksud adalah "tamu" sebagai metafora atau pengandaian atau ilustrasi.

Berbagai bentuk pikiran negatif (marah, dendam, benci, iri, kecewa, cemas, takut, ragu, dan lain-lain) adalah "tamu" kurang ajar yang dimaksud. Ibarat tamu, berbagai bentuk pikiran negatif seharusnya hanya boleh sesekali mampir ke dalam "rumah" (baca: pikiran) kita.

Namun kenyataannya, banyak orang membiarkan "tamu" (pikiran negatif) ini sering berkunjung. Bahkan mereka membiarkan "tamu" tersebut bersemayam dalam pikirannya.

Lebih memprihatinkan lagi, "tamu" yang tidak tahu diri tersebut bahkan diberi "makanan" berlimpah oleh pikiran sendiri. Alhasil, "tamu" kurang ajar tersebut semakin lama semakin besar dan berkuasa.

Jadilah banyak orang "terusir" dari "rumah"nya sendiri. Mereka merasa kurang bahkan tidak bahagia dalam kehidupannya. Tanpa mereka sadari, merekalah yang justru berkontribusi besar atas ketidakbahagiaan tersebut.

Seharusnya mereka memelihara berbagai bentuk pikiran positif (cinta kasih, belas kasihan, simpati, kepuasan, keyakinan, semangat, keberanian, kepercayaan, dan lain-lain). Mereka harus menempatkan berbagai bentuk pikiran positif tersebut sebagai "tuan rumah" yang berkuasa di dalam pikiran mereka.

Keputusan ada di tangan kita apakah mau menempatkan "tamu" (baca: pikiran-pikiran negatif) sebagai "tamu" yang baik (hanya boleh sesekali saja mampir), atau membiarkannya menjadi "tuan rumah" (bersemayam) dalam "rumah" (baca: pikiran) kita.

Salah dalam mengambil keputusan, taruhannya adalah kebahagiaan dalam kehidupan kita.

**

Jakarta, 29 Januari 2022

Penulis: Toni Yoyo untuk Grup Penulis Mettasik

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun