Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sampah yang Tidak Kasat Mata

7 Januari 2022   06:00 Diperbarui: 7 Januari 2022   06:07 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah yang Tidak Kasat Mata (suara.com)

Ketika saya mengantar anak untuk berlatih seni beladiri, saya melihat sebuah tempat yang menyerupai sebuah gunung kecil. Namun, ia tidak memiliki pepohonan, udara pun tidak terasa sejuk.

Ternyata yang saya lihat adalah gunung sampah. Tempat pembuangan sampah akhir itu menyerupai gunung kecil yang gersang dan menimbulkan aroma yang tidak sedap.

Sampah merupakan persoalan yang sudah ada sejak dahulu hingga sekarang. Beberapa jenis sampah dapat terurai seiring proses alamiah, tetapi ada sampah yang tidak dapat terurai dengan cepat. Bahkan ada sampah plastik yang baru terurai setelah ratusan tahun.

Sampah yang saya lihat tersebut dapat menimbulkan penyakit jasmani jika kita tidak sering membersihkan dan tidak bisa mengelolanya.

Tetapi ada sampah yang dapat menimbulkan penyakit jasmani juga penyakit batin/mental, inilah sampah yang tidak kasat mata yaitu sampah yang berada didalam batin seseorang.

Sampah yang tidak kasat mata ini adalah Sampah Batin yang terdiri dari keserakahan, kebencian dan kebodohan (kegelapan batin). Sifat iri hati (susah melihat orang lain senang, senang melihat orang lain susah), kebencian, tamak, keserakahan,  dan kebodohan (kegelapan batin) karena tidak dapat membedakan mana yang baik mana yang buruk.

Sampah batin ini ada sejak seseorang dilahirkan sampai tutup usia, bahkan bisa terbawa lagi pada kehidupan selanjutnya.

Sampah batin ini begitu sulit terurai karena sifatnya yang tidak kasat mata. Sampah batin ini tidak dapat dibersihkan hanya dengan berbuat baik ke arah  luar. Sampah batin ini hanya bisa dibersihkan/dikikis dengan perbuatan baik ke arah dalam, ke dalam diri masing-masing melalui perenungan yang benar. 

Perasaan atau gejolak batin hanya bisa dirasakan oleh seseorang yang mampu melihat ke dalam dirinya sendiri melalui praktik meditasi.

Dengan berlatih meditasi secara terus menerus kita dapat menghadapi segala sesuatu yang terjadi dengan sikap batin yang seimbang. Alias tidak menolak ketika rasa tidak senang muncul, dan tidak menggenggam (melekat) ketika rasa senang muncul. 

Dapat menerima segala sesuatu yang terjadi dengan pikiran yang benar dan jernih bahwa segala sesuatu yang terjadi pastilah akan mengalami perubahan (anicca), ketidakpuasan (dukkha), dan tidak ada diri (anatta).

Sang Buddha telah mengajarkan praktik meditasi untuk mengurai/mengikis habis sampah batin ini yang menjadi akar penyebab segala penderitaan, sehingga semua makhluk terbebas dari penyakit batin dan jasmani. 

Terbebas dari segala bentuk penderitaan, mencapai kebahagiaan tertinggi (Nibbana).

Praktik meditasi dapat dilakukan setiap saat, dengan menyadari segala aktivitas yang kita lakukan dengan menghadirkan kesadaran. Dengan cara sederhana pada saat kita membuang sampah, kita bisa turut merenungkan juga;

"saya membuang sampah ini berikut sampah yang ada dalam pikiran/batin saya, saya membuang keserakahan, kebencian dan kebodohan batin saya berikut sampah ini".

Ibarat seperti hp/gadget yang banyak berisi sampah (cache) jika tidak dibuang maka gadget menjadi lemot, tidak dapat berfungsi dengan baik.

Mari kita sambut pergantian tahun ini dengan bertekad membersihkan/mengikis/membuang sampah batin sedikit demi sedikit. Sehingga ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan selalu menyertai kita sepanjang tahun 2022 dan seterusnya.

Semoga semua makhluk berbahagia, terbebas dari segala bentuk penderitaan.

**

Jakarta 07 Januari 2022

Penulis: Rusli Widjaya untuk Grup Penulis Mettasik

dokumen pribadi
dokumen pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun