Identifikasi ilmiahnya berkaitan dengan perubahan aktivitas sel saraf di otak. Kehilangan kemampuan untuk memproduksi hormon dopamin dan serotonin yang bertanggung jawab untuk kebahagiaan.
Depresi berkepanjangan memang salah satu penyebabnya. Tapi, ada juga gegara gangguan mental (skizofrenia, PTSD, OSD, dan lainnya).
Namun, penyakit umum lainnya juga bisa menjadi pemicunya. Diabetes, Parkinson, dan Demensia di antaranya. Atau bisa juga karena efek samping psikotropika atau alkohol. Â
Lantas, apakah yang dirasakan oleh para pengidap Anhedonia?
Apa yang dulu disukai sekarang sudah tidak lagi, meskipun itu hobi. Penderita tidak mau lagi bertemu siapa-siapa. Dia tidak semangat dalam bekerja. Tidak ada lagi makanan yang enak. Bahkan berhubungan seks pun enggan.
Secara umum, ada dua jenis Anhedonia.
Pertama adalah Anhedonia Sosial
Kehadiran orang lain bukanlah sebuah kegembiraan. Penderita mungkin selalu menunjukkan perasaan tidak nyaman kepada orang-orang sekitar. Dirinya tidak ingin berbicara, tidak ingin mendengarkan, dan tidak ingin berinteraksi.
Atau bisa juga dia hanya pura-pura senang, pura-pura tertawa, padahal apa yang diperlihatkan tidak sesuai dengan perasaan. Bahkan pada tahap-tahap tertentu mereka merasa sedang bermain sandiwara.
Kedua adalah Anhedonia Fisik
Pada tahap ini segala sentuhan fisik serasa tidak menarik lagi. Penderita tidak bisa mengartikan pelukan atau ciuman sebagaimana yang dirasakan orang lain. Pikirannya mungkin kosong pada saat itu.
Makanan pun menjadi tidak enak. Rasa asin, asam, manis, bisa saja pahit di lidah.
Lebih lanjut, pengidap Anhedonia biasanya mengalami beberapa gangguan kesehatan ringan, seperti sakit kepala, susah tidur, hingga sering merasa lemas.