"Jangan lupa bahagia, ya manteman."
Jargon yang sudah klise, apa sih susahnya bahagia?
Nyatanya, memang susah. Ada puluhan alasan untuk berbahagia, tapi ada ribuan alasan lainnya untuk tidak bahagia.
Karena jumlahnya ribuan, maka tentu lebih mudah mengingatnya. Sebutkanlah: bosan, bete, berang, dan be-be lainnya. Ini belum termasuk yang lebih ekstrim, seperti kondisi depresi hingga ingin bunuh diri.
Namun, tidak selamanya ketidakbahagiaan itu hadir. Tentu, kita juga berhak bahagia. Meskipun hanya "puluhan", tetap saja ada hal-hal di luar sana yang bisa bikin kita bahagia bukan?
Penderita Anhedonia
Sayangnya, hal ini tidak berlaku bagi penderita Anhedonia. Ini adalah kondisi medis yang diderita oleh seseorang yang tidak pernah merasakan kebahagiaan. Sebenarnya, dalam kondisi ringan, kita pun adalah pengidapnya.
Bayangkanlah sebuah situasi, dimana Anda merasa semua masalah telah berada di puncak. Makan tidak enak, tidur pun tak nyenyak.
Anda diselimuti rasa bosan karena merasa bahwa sedang berjalan di dalam angan. Jika diteruskan, bisa berakibatkan stres. Jika berlarut, jadilah depresi.
Untungnya, perasaan ini tidak akan selalu berada di sana. Pada akhirnya, Anda akan kembali ceria jika menemukan solusi permasalahan, atau melakukan aktivitas lainnya. Dengan demikian, Anda belum termasuk kategori Penderita Anhedonia.
Penyebab Anhedonia
Berbeda bagi penderita Anhedonia. Memang benar, mereka tidak selalu murung. Tapi, mereka juga tidak mengenal keceriaan. Perasaan bahagia baginya tidak terlalu berarti, selalu biasa-biasa saja.