Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sudahkah Anda Menjadi Pemeran Utama Penyelamat Dunia?

11 Desember 2021   05:09 Diperbarui: 12 Desember 2021   06:11 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudahkah Anda Menjadi Pemeran Utama Penyelamat Dunia? (notsoformulaic.com)

Apakah penyelamat dunia seperti Spiderman, Superman, Wonderwoman hanya ada di dunia fiksi? Hanya sebatas superhero anak-anak?  Ternyata saya salah. Saat bertandang di kantin sekolah, terpampang kalimat "Saya Penyelamat Dunia" di pintu masuk.

Saya tergelitik untuk mengulik cara menyelamatkan dunia ala saya. Ingin rasanya mendapatkan julukan superhero juga. Mantap. Bagaimana caranya? Paling tidak untuk diri sendiri, pasangan, anak dan ayah ibu yang sudah membawa kita ke dunia ini.

Berbuat baik. Ungkapan klise. Mengapa?

Karena setiap orang mengatakan hal yang sama. Itu hanya kalimat manis sang bibir. Teori.  Faktanya, tidak mudah untuk berbuat baik. Manusia memiliki bakat terpendam berbuat jahat (baca: tidak sesuai norma).

Contoh yang kerap terjadi di lingkungan kerja. Jam kerja adalah pukul 08.00 pagi. Namun sebagian karyawan malah memulai kegiatan dengan bersarapan. Beragam alasannya tidak sempat makan di rumah. Jalanan macet, bla... bla...bla...

Karyawan kuliahan, lain lagi ceritanya. Disela-sela jam kantor, ia terlihat asyik mengerjakan tugas kuliah yang sudah ditagih dosen.

Semasa saya kecil dan sampai sekarang pun, Ayah sering memberikan advis. Tapi terkadang terjadi adu mulut. Seakan-akan, Ayahlah yang harus mendengarkan pendapat saya.  

Pengendara mobil membuang sampah melalui jendela mobil. Buka kaca, tuk... kaleng soft drink menjadi penghuni jalanan. Menerobos lampu merah. Alih-alih jalanan sepi dan lengang.

Itu hanya sebagian dari bakat kita, karena tanpa belajar pun talenta tersebut muncul. Meskipun sudah dilarang, dan ada sanksinya. Sampai muncul istilah "Peraturan dibuat untuk dilanggar". Eeeh... kita dikendalikan oleh pandangan kita. Sering kita tidak bisa melihat kebenaran, melainkan hanya melihat apa yang kita ingin lihat dan ketahui.

Dapat dibayangkan seandainya perilaku tersebut tidak dipendam dan berhasil menguasai setiap individu di negara ini. Ngeri rasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun