Beberapa tahun lalu, saya dan beberapa teman pergi ke Thailand untuk berlatih meditasi di Vihara Hutan Mettakittikun. Kami sampai di vihara menjelang matahari terbenam dan langsung diantar ke pondok meditasi (Kuti).
Tiap orang tinggal di kuti yang berbeda yang hanya diisi oleh satu orang saja. Saya juga tidak tahu kondisi kuti lain, bahkan berapa sebenarnya jarak antara satu pondok ke pondok lainnya. Lagi pula saat itu suasana sudah gelap dan jalanan berliku di antara pepohonan yang rimbun.Â
Aturan yang dijalani memang sangat ketat. Tapi, seharusnya tidak berat karena memang niat kami untuk berlatih meditasi.
Di dalam kuti, terdapat kamar mandi yang bersih. Tidur beralaskan dipan sederhana. Sementara untuk makan, kami menerima dana dari umat.
Tidak ada listrik tersedia. Untuk penerangan, ada lilin dan korek yang disediakan. Hanya diperlukan untuk keperluan meditasi. Tidak boleh nyala selama tidur.
Untungnya saya membawa senter yang cukup terang dan berdaya tinggi. Siap-siap digunakan jika lilin sudah dimatikan.
Tugas pertama pun diberikan. Kami harus melakukan meditasi jalan minimal 1 jam. Kalau bisa 3 jam. Di luar kuti tersedia tempat untuk meditasi jalan. Ukurannya kira-kira empat kali satu meter. Beralaskan pasir halus, cukup nyaman untuk berjalan bolak-balik tanpa alas kaki.
Setalah mandi, tubuh terasa segar. Waktunya untuk bermeditasi jalan. Waktu menunjukkan pukul 7.30 malam. Suasana sekitar memang gelap, tapi untungnya cuaca cerah dan sinar bulan cukup terang.
Saya menyalakan empat lilin di setiap sudut tempat meditasi jalan. Masih kurang terang, tapi setidaknya masih ada jarak pandang dua meter.
Tiga puluh menit pertama bermeditasi jalan dilalui dengan stress. Rasa takut terus-menerus muncul oleh suara-suara yang terasa asing.