Ancaman lainnya semakin dalam kecanduan praktek multitasking adalah sulit menyaring informasi yang tidak relevan (hoax), banyak melakukan kesalahan, kerusakan otak semakin parah, peningkatan stres, depresi, resah, sulit mengendalikan emosi serta penurunan tingkat IQ sebanyak 15 point. Peningkatan detak jantung terjadi.
Multitasking dikaitkan dengan penyebab masalah memori. Orang yang secara terus menerus melakoni multitask, ibarat perangkat elektronik yang bekerja keras. Masa pemakaian akan menjadi cepat berkurang dan menurunkan fungsinya.
Pekerja dengan gaya multitask ini kecenderungan sukar mengontrol  pikirannya dan terkadang menjadi lebih lamban dalam menyelesaikan satu pekerjaan. Pun sulit untuk beralih dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya.
Kualitas hidup jangka panjang menjadi taruhannya.Â
Mindfulness perlu dipraktikan. Fokus pada saat ini. Â Monkey's Mind atau Pikiran liar menjadi faktor yang harus dikendalikan.
Mindfulness artinya sati dalam bahasa Pali yang menyiratkan kesamaan dengan kesadaran, kewaspadaan, perhatian, dan vipassana (berarti pandangan benar yang dikembangkan melalui meditasi).
Apakah Mindfulness dapat merubah pikiran manusia?
Jawabannya pilihan ada di tangan masing-masing individu.
Dr. Shauna Shapiro pada Rewire Your Mind: Discover the Science and Practice of Mindfulness (2020) menulis "Bila pikiran dilatih dan diarahkan setiap hari, maka ia akan bertumbuh sesuai dengan arahan"
Meditasi memberikan perubahan utamanya adalah batin menjadi tenang. Sehingga emosi terkendali. Pola tidur menjadi lebih baik. Tentunya kualitas pekerjaan menjadi meningkat berkat mindfulness dalam bertindak. Daya ingat semakin tajam dan terasah.
Dalam Buddhisme, Mindfulness dapat dilakukan kapan saja. Saat makan, berjalan, duduk, bekerja, berbicara, hingga menjelang tidur. Obyek yang digunakan adalah napas. Perhatikan napas masuk dan keluar. Napas ada selama kita hidup. Lakukan setiap hari.