Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Analogi Ember Bocor: Manusia Lebih dari Sekadar Kebocoran

23 November 2021   06:35 Diperbarui: 25 November 2021   05:30 2912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analogi Ember Bocor: Manusia Lebih Dari Sekadar Kebocoran (ilustrasi pribadi)

Pada suatu sore, saya pergi ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, saya melihat sebuah ember berwarna merah. Di dalam ember itu hanya ada sedikit air, kira-kira setinggi 10cm.

Saya berpikir bahwa air di dalam ember itu terlalu sedikit, maka saya hendak mengisi ember tersebut sampai penuh. Saya membuka keran air dan meninggalkannya sementara waktu.

Setengah jam kemudian, saya kembali untuk menutup keran air karena saya pikir pasti ember tersebut sudah penuh. Saat saya masuk kembali ke kamar mandi, saya lihat bahwa keran air masih mengucur, tetapi air di dalam ember masih saja sedikit, hanya bertambah sekitar 5cm saja.

Saya heran dan jadi ingin tahu mengapa demikian. Setelah saya amati lebih lanjut, ternyata di bagian samping ember itu ada sebuah lubang kecil di mana air terus mengalir keluar. Ember itu bocor!

Pada saat itu saya sadar akan sesuatu, Manusia Ibarat Sebuah Ember, Ember yang Bocor!

Ketinggian air di dalam ember menunjukkan tingkat atau level di mana kita sebagai manusia sekarang berada. Semakin tinggi level air di dalam ember, semakin luar biasa manusia tersebut, semakin banyak potensi yang sudah dikembangkan, semakin sukses orang tersebut dalam kehidupan.

Kebocoran atau lubang pada ember adalah kelemahan-kelemahan manusia. Sedangkan air adalah masukan, saran, pembelajaran dalam diri manusia.

Level air di dalam ember yang bocor tidak akan bertambah tinggi selama ember itu masih bocor. Tidak peduli berapa banyak air kita tuangkan ke dalam ember tersebut, selama ember itu bocor, air akan mengalir keluar.

Apabila kita ingin air di dalam ember mencapai tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya, kita harus menambal kebocoran. Seperti halnya manusia, apabila kita menginginkan untuk hidup di tingkat yang lebih tinggi, ingin hidup lebih sukses dan bahagia, kita harus memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada pada diri kita.

Ketika keran air dibuka dengan besar dan air mengalir ke dalam ember bocor itu dengan derasnya, pada awalnya level air di dalam ember itu akan meningkat, lebih tinggi daripada sebelumnya, tetapi ini hanya sementara. Setelah keran air dimatikan, lama-lama air akan kembali ke tingkat semula, di mana lubang atau kebocoran itu berada.

Seperti manusia, ketika kita diberi bantuan dalam bentuk materi, input yang positif atau motivasi, pada awalnya mungkin kelihatan suatu peningkatan dalam kehidupan, tetapi biasanya hal ini bersifat sementara. Setelah berselang beberapa waktu, kita kembali ke level kehidupan semula, dibatasi oleh kelemahan-kelemahannya.

Sebagai contoh, setelah mengikuti seminar motivasi, kita bersemangat dan ingin melakukan perubahan-perubahan besar dalam kehidupan kita, tetapi baru satu bulan, kita sudah kembali ke keadaan semula bila tidak ada pelatihan yang berkesinambungan.

Contoh lain, seseorang yang menang lotre satu juta dolar, tetapi tidak punya pengetahuan untuk mengelola uang atau disiplin dalam mengatur keuangan, cepat atau lambat, dia akan kembali ke keadaan semula.

Letak lubang atau kebocoran pada ember itu penting dan berpengaruh. Apabila lubang itu terletak di dasar ember, maka ember itu tidak berguna sama sekali. Ember itu tidak bisa berfungsi sebagai tempat menampung air karena semua air yang dituangkan akan mengalir keluar.

Jika lubangnya terletak di samping ember bagian bawah, ember tersebut hanya bisa menampung sedikit air dan level air dalam ember akan rendah. Bisa lubang itu terletak di samping sebelah atas, ember tersebut masih bisa menampung air lebih banyak dan level air di dalam ember akan lebih tinggi.

Hal ini bisa dikaitkan dengan kelemahan-kelemahan kita sebagai manusia, semakin kelemahan itu mendasar, semakin rendah level kehidupannya. Misalnya, ketidaksetiaan pada pasangan adalah kelemahan mendasar dalam kehidupan berumah tangga, jika tidak ada komitmen untuk menangani kelemahan ini, rumah tangga itu akan sulit bahagia.

Apabila ada lebih dari satu lubang yang bocor di ember itu, maka ketinggian air di dalam ember tergantung dari lubang yang paling rendah, bukan terletak pada lubang-lubang yang letaknya lebih tinggi.

Supaya ember tersebut bisa menampung lebih banyak air dan level air bisa meningkat, kita perlu menambal lubang yang terletak di paling bawah terlebih dahulu.

Manusia memiliki banyak kelemahan-kelemahan, tetapi kita akan dibatasi oleh kelemahan yang paling mendasar dalam kehidupan, misalnya lemah dalam hal disiplin, komitmen dan tanggung jawab.

Jika kita sebagai manusia ingin mencapai level yang lebih tinggi, kita harus mulai memperbaiki kelemahan yang paling mendasar. Setelah kelemahan-kelemahan dasar itu diperbaiki, baru kita perbaiki kelemahan-kelemahan yang lain.

Bagaimana kita menambal ember yang bocor itu? Salah satu caranya adalah menggunakan plastik yang dipanaskan sampai meleleh, kemudian lapis demi lapis digunakan untuk menutup lubang itu.

Lapisan pertama biasanya tipis sekali, jadi kalau kita langsung gunakan ember itu dan tuangkan air ke dalamnya, kemungkinan lapisan itu tidak kuat menahan tekanan air. Jika lapisan demi lapisan sudah ditorehkan ke lubang dan semakin tebal, barulah ember tersebut mampu menahan tekanan air yang besar.

Sama seperti manusia, ketika kita mulai mengambil keputusan untuk memperbaiki kelemahan kita dan kita ambil tindakan pertama, itu seperti lapisan tipis pertama yang ditorehkan pada lubang. Saat itu kita masih begitu lemah, seringkali kita gagal.

Jika kita berlatih terus-menerus, berusaha dengan ulet, cepat atau lambat, kita akan berhasil. Setiap saat, kita dengan penuh kesadaran memperbaiki diri, ambil langkah demi langkah, tindakan demi tindakan, sehingga kebiasaan baru terbentuk dan kita bisa bertahan menghadapi kelemahan-kelemahan itu. Kita tidak lagi dibatasi oleh kelemahan-kelemahan itu.

Setelah menambal lubang yang bocor itu, apa yang harus kita lakukan? Kita mengisi ember itu dengan air. Sebelum membuka keran air untuk mengisi ember, pastikan bahwa ember itu tidak tertutup. Apabila ember tersebut ada tutupnya, percuma saja kita buka keran karena air tidak akan bisa masuk ke dalam ember.

Seperti halnya manusia, apabila kita sudah memperbaiki kelemahan-kelemahan kita, pastikan bahwa kita membuka hati dan pikiran kira untuk menerima masukan-masukan baru yang akan membuat kita bertumbuh dan berkembang mencapai level yang lebih tinggi. Apa gunanya kita memperbaiki kelemahan kita jika kita tidak mau menerima masukan baru dan bertumbuh?

Seperti ember yang diisi, air yang dituang ke dalam ember bisa bersih dan jernih, atau hitam, keruh dan kotor. Bila kita tuang air bersih, maka air di dalam ember juga akan semakin jernih.

Jika kita tuang air yang kotor, air di dalam ember akan menjadi lebih keruh daripada sebelumnya. Setiap saat kita menerima masukan-masukan, baik positif maupun negatif. Apabila kita isi diri kita dengan input-input yang positif, maka kita akan menjadi lebih positif.

Sebaliknya jika kita masukkan input-input yang negatif, kita akan lebih negatif daripada sebelumnya. Jadi perhatikan input-input yang masuk ke dalam diri kita.

Ketika kita melihat air yang keluar dari keran itu kotor, seringkali kita akan pasang saringan atau filter supaya airnya menjadi lebih bersih. Saringan atau filter dalam diri kita itu adalah kesadaran kita. Ketika kita memiliki kesadaran yang baik, kita bisa menjaga diri dan bahkan mengubah masukan itu menjadi lebih positif.

Deras atau tidaknya air yang masuk ke ember mempengaruhi gejolak dan riak-riak di dalam ember. Semakin deras airnya, semakin besar gejolaknya. Ini ibarat perubahan dalam kehidupan kita, semakin besar perubahan, semakin besar juga pengaruhnya dalam diri kita. Air yang bergejolak butuh waktu untuk tenang kembali, dan kita juga butuh waktu untuk kembali ke kondisi tenang seimbang.

Pastikan ember itu didiamkan kalau ingin gejolak air segera tenang karena kalau ember itu terus digoyang, maka air akan sulit menjadi tenang. Ketika menghadapi masukan-masukan dari luar, kita juga perlu hening, diam supaya bisa kembali tenang seimbang dengan lebih cepat.

Ember ada yang besar, ada yang kecil, ada yang berwarna-warni seperti halnya manusia, kita semua berbeda. Kita perlu belajar menerima semua perbedaan itu. Semakin besar suatu ember, semakin besar tampungannya, dan semakin berguna. Kita sebagai manusia, jika kita bisa lebih berisi, kita juga bisa lebih bermanfaat bagi sesama.

Di lain sisi, kita harus ingat bahwa lebih baik menjadi ember kecil yang tidak bocor daripada ember besar yang bocor. Ember besar yang bocor itu seperti manusia dengan potensi yang besar tetapi tidak mau berusaha memperbaiki diri, maka percuma dan tidak berguna.

Kalau ember dibiarkan saja, diisi air sampai penuh dan luber, airnya bisa terbuang percuma. Jadi berbagilah dengan ember-ember yang lain. Jika kita sudah terus bertumbuh dan berkembang, ingatlah untuk membagikan kepada sesama kita, sehingga semua semakin terisi, bersama-sama tumbuh dan berkembang.

Akhirnya kita harus sadar bahwa Manusia Lebih dari Sekadar Ember!

Kita sebagai manusia bisa berubah, kita tidak harus menjadi ember yang besarnya sama, warnanya sama. Kita bisa mengubah pikiran-pikiran kita, ucapan-ucapan kita, tindakan-tindakan kita, kita bisa mengubah hidup kita.

Kita sebagai manusia memiliki kebebasan untuk MEMILIH. Kita bisa memilih memiliki pandangan yang benar, pikiran yang benar. Kita bisa memilih untuk berucap benar, bertindak benar, berperilaku benar.

Pada akhirnya kita menjadi manusia macam apa, pilihan ada di tangan saya dan di tangan ANDA.

**

Jakarta, 23 November 2021

Penulis: Inge Santoso untuk Grup Penulis Mettasik

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun