Batik tulis merupakan salah satu ciri khas budaya dari Indonesia yang saat ini sudah mendunia. Bahkan dikutip dari Wikipedia, batik sudah dianggap sebagai salah satu warisan budaya tertua dari leluhur umat manusia yang terus dipertahankan dari generasi ke generasi hingga saat ini.
Tak heran jika UNESCO sendiri sudah mengakui batik sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia. Sebab budaya ini sudah ditemukan di salah satu bangunan tertua dunia, yaitu Candi Borobudur.
Jadi sebagai masyarakat asli Indonesia, kita semua wajib bangga dan melestarikan batik dari tanah air sendiri. Salah satu caranya adalah dengan mempelajari sejarah batik tulis, dan asal usulnya.
Pengertian Batik Tulis
Jika diartikan secara bahasa, batik bisa diartikan sebagai kain lebar yang diisi dengan titik atau pola. Kata "batik" sendiri diambil dari bahasa Jawa yaitu ambhatik. "Ambha" artinya kain yang luas atau lebar, sedangkan "Titik" artinya titik-titik atau pola.
Artinya batik tulis adalah sebuah kain lebar dan berpola yang dibuat dengan cara ditulis. Beberapa dari Anda mungkin sudah pernah melihat proses pembuatan batik secara langsung maupun dari Youtube atau TV.
Sejak jaman dulu hingga saat ini, proses pembuatan batik tetap sama. Yaitu dengan cara ditulis langsung oleh tangan para pengrajin batik. Meskipun sudah ada banyak mesin pencetak batik, tetapi cara tradisional ini terus dilestarikan generasi baru bisa terus mempelajarinya.
Bahkan harga kain batik yang tulis secara tradisional bisa dijual dengan harga 2x lebih mahal dibandingkan batik cetak. Dan pastinya, kain batik yang tulis manual ini eksklusif hanya ada 1 di dunia. Jadi pola yang Anda punya tidak akan diserupai oleh baju batik milik orang lain.
Sejarah Batik
Meskipun batik diakui sebagai salah satu warisan budaya dunia dari Indonesia, namun sejarah batik sendiri masih menjadi perdebatan para sejarawan di dunia. Karena belum ada bukti pasti darimana teknik batik tulis ini pertama kali dikembangkan ribuan tahun yang lalu.
Berdasarkan catatan sejarah, menghias kain dan membuat pola menggunakan lilin atau malam yang ditempelkan ke kain ditemukan di Mesir pada abad ke 4 sebelum masehi. Konon pada masa itu, masyarakat setempat menempelkan malam untuk membuat pola di kain pembungkus untuk mumi. Jejak tersebut menjadi salah satu asal-usul batik yang paling tua di dunia.
Kemudian di negara Asia lainnya, batik juga ditemukan pada jaman Dinasti T'an tahun 618-907 di China, jaman Nara tahun 645-794 di Jepang serta India. Sedangkan di Afrika, teknik membuat menghias kain yang sama juga digunakan oleh penduduk Suku Yoruba di Nigeria dan Suku Wolof di Senegal.
Di Indonesia sendiri, ada 2 pendapat mengenai masuknya teknik membatik ke dalam negeri. Seorang sejarawan Indonesia bernama F.A. Sujipto dan arkeolog asal Belanda bernama Jan Laurens Andries Brandes berpendapat bahwa kain batik merupakan asli dari masyarakat Indonesia. Tepatnya berasal dari penduduk Halamahera, Flores, Toraja, dan Papua.
Sedangkan G.P. Rouffaer, penjelajah asal Belanda, justru berpendapat bahwa batik diperkenalkan di Indonesia dari Srinlanka dan India. Pendapat lain juga mengatakan bahwa teknik membatik sudah ada sejak jaman kerajaan Majapahir yang berdir di abad ke 11.
Jadi meskipun kata "batik" sendiri berasal dari bahasa Jawa, namun tidak banyak sumber yang mengatakan bahwa budaya ini berasal dari Jawa secara spesifik. Itulah mengapa ada banyak jenis batik yang tersebar di seluruh Indonesia, karena memang budaya ini berasal dari berbagai daerah di tanah air.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H