Mohon tunggu...
grover rondonuwu
grover rondonuwu Mohon Tunggu... Buruh - Aku suka menelusuri hal-hal yang tersembunyi

pria

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kampanye dengan Metode Menebar Ketakutan

27 Maret 2018   09:32 Diperbarui: 17 April 2018   16:04 1261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: suara-islam.com)

Pidato Prabowo itu bukan prediksi berdasarkan Teori Ramalan, melainkan  suatu kampanye dengan menggunakan metode menebar ketakutan,atau yang disebut "Scaremongering". Kampanye dengan menjual ketakutan atau scaremongering, biasanya memakai desas-desus yang aneh dan mengerikan, berita bohong (hoax), fitnah dalam bentuk propaganda.

Orang yang ketakutan, rationalismenya tidak jalan. Karena rationalismenya tidak berfungsi, maka orang tersebut  akan kehilangan rasa percaya diri. Akibatnya dia linglung. Orang yang linglung  butuh figur yang kuat sebagai tempat perlindungannya.

Masyarakat yang ketakutan adalah masyarakat yang kehilangan rationalismenya. Masyarakat yang tidak rational adalah masyarakat yang linglung, gampang termakan isyu dan cepat percaya pada informasi luar tanpa lebih dahulu mencek dan mericek.

Masyarakat yang kehilangan daya nalar akan mencari perlindungan pada tokoh atau pemimpin yang kuat, yang gagah dan meyakinkan dalam pandangan optis. Masyarakat yang ketakutan cenderung mencari solusi dalam jangka pendek.

Contoh pemimpin yang berhasil menggunakan metode Scaremongering ini adalah Hitler. Dia menebar ketakutan pada rakyat Jerman  bahwa orang Yahudi telah berkonspirasi menguasai semua sendi-sendi ekonomi sehingga penduduk asli akan terpinggirkan. Berdasarkan tuduhan palsu itu Hitler melenyapkan 6 juta orang Yahudi Eropa.

Akhir-akhir ini kita mendengar isyu PKI bangkit. Isyu PKI adalah alat pamungkas pemerintah ORBA untuk menakut-nakuti rakyat sekaligus membungkam suara-suara kritis masyarakat. Dan ternyata isyu PKI itu masih dipandang berpengaruh sampai saat ini oleh sebagian kalangan untuk menakut-nakuti rakyat atau untuk mendelegitimasi lawan politik.

Pada Pemilihan Gubernur DKI tahun 2017 ada kampanye yang deras menakut-nakuti umat. Misalnya siapa yang memilih kafir, jika mati tidak akan di Sholati.

Harus diakui metode Scaremongering masih cukup ampuh dipakai dalam masyarakat Indonesia yang umumnya masih percaya pada hal-hal yang tidak rational. Tapi politikus atau partai yang sengaja menggunakan metode Scaremongering untuk mendulang suara, adalah politikus yang tidak sportive dan jahat.

Karena tidak mungkin membangun suatu bangsa berdasarkan ketakutan yang diciptakan berdasarkan desas-desus, fitnah dan propaganda palsu. Metode kampanye scaremongering adalah kampanye yang berbahaya, karena tidak bertanggung jawab, tidak etis dan terutama  bertentangan dengan nilai-nilai agama yang kita yakini bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun