"Saudara-saudara, kita masih upacara, kita masih menyanyikan lagu kebangsaan, kita masih pakai lambang-lambang negara, gambar-gambar pendiri bangsa masih ada di sini."
"Tetapi di negara lain, mereka sudah bikin kajian-kajian di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030. Bung, mereka ramalkan kita ini bubar!"
Demikian pidato Letnan Jenderal Subianto yang menggelegar dihadapan kader partai Gerindra, Oktober 2017.
Ramalan (Forecasting) punya peran menentukan dalam dunia moderen. Misalnya ramalan cuaca, atau ramalan tentang kondisi ekonomi beberapa tahun kedepan.
Di Amerika Serikat misalnya, Jawatan Cuaca sudah meramalkan bahwa badai hebat akan menerjang daerah tertentu satu minggu sebelum terjadi. Berdasarkan ramalan itu maka ada kesempatan bagi penduduk untuk mengungsi kedaerah aman,atau membuat sistim pengaman dan perlindungan, sehingga kerugian akibat badai bisa diminimalisasi.
Ramalan cuaca itu lahir berdasarkan data obyektive yang dikumpulkan dari banyak station cuaca. Misalnya data berapa suhu,kelembaban, angin, tekanan udara, awan, dstnya. Data-data itu lalu dikumpul dan dianalisis secara matematis, sehingga melahirkan ramalan cuaca dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.
Dalam dunia ekonomi atau dunia bisnis, ramalan situasi ekonomi suatu negara bahkan kondisi ekonomi dunia bisa ditentukan dari saat ini. Ramalan itu dicetuskan berdasarkan kumpulan data kurun waktu tertentu (time series). Data time series masa lalu dipakai sebagai alat untuk meramalkan kondisi ekonomi dimasa akan datang. Karena pola perubahan data runtun waktu beberapa periode yang lampau cenderung akan terulang pada masa datang.
Ramalan yang dibuat berdasarkan data-data obyektive disebut sebagai Teori Ramalan.
Indonesia diramalkan akan bubar pada tahun 2030 yang dikatakan Prabowo, berdasarkan sebuah novel yang berjudul Ghost Fleet karya P. W. Singer and August Cole. Novel ini adalah sebuah fiksi techno thriller.
Sebuah fiksi lahir dari imajinasi, bukan kajian berdasarkan data-data obyektive. Karena lahir dari imajinasi, maka fiksi tidak bisa dijadikan alat ukur, dan tidak bisa dipercaya sebagai suatu kebenaran obyektive. Fiksi hanyalah menghibur, bukan suatu kenyataan.
Kampanye Scaremongering