Mohon tunggu...
grover rondonuwu
grover rondonuwu Mohon Tunggu... Buruh - Aku suka menelusuri hal-hal yang tersembunyi

pria

Selanjutnya

Tutup

Politik

Zakir Naik Seorang Apologet Ulung

4 April 2017   19:21 Diperbarui: 5 April 2017   08:30 1575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Zakir Naik seorang apologet Muslim abad ini. Dia sangat fenomenal. Dia merubah dakwah tradisional menjadi pertunjukkan sirkus moderen yang heboh dan spektakuler.

Zakir Naik menguasai retorika.Dia seorang pengkhotbah yang hebat. Zakir mampu menyusun argumentasi terstruktur dan sederhana sehingga gampang dimengerti banyak orang.

Ceramahnya mendominasi gagasan, dia menjawab pertanyaan-pertanyaan secara sepihak, juga menyerang balik kritik dari berbagai pihak dan dari berbagai paham secara agresive.Orang-orang Muslim yang mendengar ceramahnya akan pulang kerumah dengan perasaan bangga.

Zakir Naik seorang triumvalis. Dia menempatkan agama Islam sebagai pemenang dialam semesta disatu pihak, dan melihat agama Islam sebagai agama yang teraniaya dilain pihak. Itulah tipikal apoleget, seorang pembela agama yang militan.

Zakir Naik juga memposisikan dirinya sebagai ulama dunia yang paling kompeten. Dia menempatkan diri sebagai seorang ahli tafsir dan pemimpin spiritual di Asia.

Sebenarnya apa yang dibuat oleh Zakir Naik, bukanlah hal yang baru. Dalam agama kristen terutama di USA, Evangelis-Evangelis keliling,berkhotbah dilapangan-lapangan terbuka atau gedung-gedung pertunjukan besar, lalu diliput televisi. 

Sekarang ini malah lebih spektakuler lagi. Khotbah apolegetis, triumvalismus diatas panggung raksasa, diiringi dengan band profesional, didukung tata suara dan tata lampu yang sangat moderen, menjadikan suasana rohani menjadi suasana entertainment sekaligus. Orang-orang mendengar Firman sekaligus dihibur oleh pertunjukkan panggung. Mungkin sekali Zakir Naik terinspirasi dari para penginjil keliling di Amerika itu.

Mengapa Zakir Naik selalu menang, misalnya ketika berhadapan dengan pertanyaan dari agama kristen. karena Zakir selalu mengutib   referensi teologi kritik sejarah.

Dalam teologi kritik sejarah, semua claim absolut dan unik dalam sejarah dan tradisi kekristenan, dipertanyakan ulang, diragukan bahkan dibantah. Mengapa?.

Karena para teolog itu memandang alkitab  secara obyektive. Sesuatu yang obyektive bisa diverifikasi, bisa diuji kembali kebenarannya berdasarkan metode ilmu pengetahuan. Kebenaran alkitab ditemui melalui uji material, bukan berdasarkan iman.

Tapi buku-buku teologi yang mengupas alkitab dari sudut pandang kritik sejarah ada ribuan jumlahnya. Ini berarti karya-karya itu bukan karya final, dan bukan sebagai pengganti doktrin gereja. Buku-buku yang sangat kritis itu selalu terbuka untuk didiskusikan.  Di Eropa, karya-karya yang sangat kritis terhadap gereja dan kekristenan, diterima secara terbuka, tapi bukan diterima sebagai kebenaran satu-satunya. Gereja di Eropa tidak alergi dengan pandangan ilmu pengetahuan yang skeptis terhadap doktrin gereja.

Zakir Naik mengkritik kekristenan berdasarkan pandangan kristis dari teolog kristen liberal. Dan dia memandang karya kritis itu secara final. Berdasarkan pandangan sianu bahwa Yesus Kristus itu tidak bangkit pada hari yang ketiga. Dengan demikian keyakinan kristen terhadap Yesus yang bangkit itu keliru.

Tapi Zakir Naik memandang Al Quran secara absolut. Bahwa Al Quran steril dari upaya untuk membedah dari sudut pandang ilmu sejarah obyektive. Disinilah letak kemenangan Zakir. Dia "memakai" argumentasi kritis dari pihak lain, tapi tidak mau memandang secara kritis dari pihaknya sendiri.

Jika dia memandang Alquran secara absolut, maka dia juga harus memandang alkitab secara absolut juga. Dan dalam hal absolutisme kebenaran agama, saya pikir dia tidak akan mampu melawan claim absolutisme kebenaran agama kristen puritan.

Maka itu Zakir Naik juga berseberangan dengan banyak teolog Muslim yang menggunakan ilmu pengetahuan obyektive dalam memandang kitab sucinya, sejarahnya, juga dalam memandang masyarakat, alam semesta yang terbuka dan dinamis.

Zakir Naik tidak suka akan dialog antar agama. Zakir seorang yang monolog. Orang harus mendengar kebenaran dari versinya, sementara dia tidak mau mendengar "kemungkinan" ada kebenaran dari pihak yang lain.

Menurut saya teologi Zakir Naik yang apolegetis dan triumvalism itu, tidak relevan dengan konteks masyarakat Indonesia yang plural. Retorikanya mengancam keragaman dan tenun kebangsaan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun