Banyak orang di Indonesia  menentang perayaan  Valentines Day atau Hari Kasih Sayang. Alasannya karena perayaan itu katanya  berbau Barat, tidak cocok dengan nilai budaya dan nilai agama yang dianut bangsa Indonesia.
Contoh kebudayaan Barat di hari Kasih Sayang yang sangat kentara adalah hadiah  coklat. Coklat itu  makanan orang Barat.  Coklat itu luxus bukan makanan rakyat Indonesia. Coklat adalah  simbol hegemoni kapitalisme Barat.Â
Padahal bahan baku utama makanan coklat adalah buah Cacao yang tumbuh subur di Indonesia.
Menurut FAO 2013, Indonesia adalah negara ke 3 terbesar pengeksport Cacao didunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Departemen perdagangan dan Industri RI mengatakan, Â Cacao adalah penyumbang devisa ketiga terbesar bagi negara dari sektor perkebunan.
Jadi coklat yang dihadiahkan pada Hari Kasih Sayang yang jatuh pada tanggal 14 Pebuary itu, adalah karya petani Cacao kita. Petani menanam Cacao dengan  suar lelah. Mereka menanam  dengan penuh harapan bahwa cacao yang ditanam itu  akan berbuah banyak  dan  dijual dengan harga tinggi.Â
Ghana negara ke 2 pengeksport cacao dunia terbesar, merayakan Valentines Day sebagai Hari tanaman Cacao. Petani Cacao Ghana bangga karena mereka adalah bagian dari "Kasih Sayang" yang sementara melanda bumi.
Indonesia bisa meniru Ghana. Karena luas lahan Indonesia jauh lebih besar dari luas lahan Ghana. Ini berarti Indonesia punya peluang untuk meningkatkan produksi Cacao  melampaui Ghana dan Pantai Gading. Kedepan Indonesia akan menjadi pendukung suasana  "Kasih Sayang"terbesar dibumi ini.Â
Hal lain yang menyebabkan Hari Kasih Sayang ditolak oleh sebagian orang di Indonesia adalah: Karena Hari Kasih Sayang itu katanya terhubung dengan cinta-cintaan.
Pertanyaannya dimana salahnya orang menyatakan cinta. Bukankah lebih baik orang bercinta daripada berperang?.
Di Eropa pada Hari Kasih Sayang, anak-anak kecil menulis kalimat cinta dikartu yang dibuat tangan mereka sendiri kepada ibu dan ayahnya. Kakek membeli seikat kembang lalu menghadiahkan pada istrinya yang sudah uzur lalu mengatakan aku cinta padamu.
Hari Kasih sayang atau Valentine day bukan cuma soal pasangan muda yang kasmaran. Hari ini adalah hari spesial untuk mengatakan cinta kepada anak-anak, kepada orang tua, kepada suami atau istri dan kepada pacar.
Yang jomblo tentunya boleh berterus terang mengatakan cinta kepada seseorang yang dicintai secara terpendam.
Banyak orang Indonesia  risih menyatakan cinta kepada kekasih secara terbuka. Karena  kita tidak punya tradisi mengatakan cinta secara terus terang dimuka umum. Jarang sekali suami mengatakan pada pada istri, "Sayang, aku mencintaimu", ketika  dia siap  berangkat kerja . Atau anak mengatakan kepada ibunya, "Mama aku mencintaimu", ketika dia siap kesekolah.
Kasih Sayang itu tidak khas Barat. Kasih Sayang  bukan barang import. Kasih sayang itu milik manusia universal. Kasih sayang adalah kebutuhan dasar manusia universal.
PILPRES saat ini begitu gaduhnya. Ada kelompok tertentu yang suka mengkafir-kafirkan orang, mengkotak-katikkan orang,untuk tujuan politik jangka pendek. Akibatnya tenun kebangsaan kita jadi terkoyak.
Kita perlu menyulam kembali tenun kebangsaan yang terkoyak itu dengan Kasih Sayang. Hanya Kasih Sayang yang mampu merekatkan kembali keragaman yang saling membentur dalam masyarakat saat ini.
Hanya Roh Kasih Sayang yang akan membuat kita saling mengerti, saling menerima perbedaan, dan saling menghormati keragaman.
Karena itu saya usul Valentines day  dijadikan hari raya nasional. Ada dua alasan yang sangat realistik.  Pertama,  untuk mendorong produksi petani Cacao. Kedua sebagai momentum untuk merekat kembali polarisasi yang terjadi di masyarakat akibat kampanye politik.
Dari kota Frankfurt yang dingin kuucapkan padamu Indonesia: Aku cinta padamu. Ich liebe dich!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H