Mohon tunggu...
Dian Ekawati Suryaman
Dian Ekawati Suryaman Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger, Micro Influencer

Mom's Nares and Kinar Suka Nulis...Suka Ngeblog...Suka Jalan.. www.dianesuryaman.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Usaha Kecil "Virgin Coconut Oil" di Desa Batang-batang Daya

9 Desember 2018   06:28 Diperbarui: 9 Desember 2018   09:16 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelapa Bahan VCO/dokpri

Suatu saat saya pernah berjalan menyusuri jalan kampung. Sejauh mata memandang, pohon kelapa menjulang dengan buah yang lebat.Betapa nikmatnya orang yang menanam pohon kelapa. Tidak perlu banyak perawatan yang rumit tinggal panen. Lalu terbayang mobil pickup yang bagian baknya penuh berisi kelapa. Di tingkat penjual harga kelapa kecil 5000-6000 kalo lagi murah. Kelapa muda malah lebih mahal lagi, paling murah 6500. Tinggal dikalikan deh.

Tapi apa yang saya bayangkan langsung buyar ketika teman saya yang mempunyai kebun kelapa mengungkapkan  harga jual kelapanya hanya 1500-3500 saja per buah. Bah..murah banget yak. Untuk tidak menjualnya gemana..dijual kok ya harganya segitu.

Harga jual kelapa yang murah dan stok yang melimpah membuat teman saya ini berpikir untuk mengolahnya dulu hingga menjadi produk bernilai jual tinggi. VCO menjadi pilihannya. Dan ternyata usaha itu berhasil dari mulai dirintisnya tahun 2016 hingga sekarang.

Nurul Qomariyah, perempuan asli desa Batang-batang Daya kecamatan Batang-batang kabupaten Sumenep adalah teman saya yang menekuni usaha pengolahan VCO itu. Ia menceritakan proses pengolahan VCO membutuhkan 30 butir kelapa untuk sekali produksi. 

Keunggulan produknya adalah prosesnya tidak melalui pemanasan, sehingga kandungan asam laurat lebih tinggi dibanding dengan proses pemanasan.

Asam laurat adalah senyawa yang khas berada di VCO sampai 50%. Asam laurat inilah yang berperan dalam berbagai pengobatan dengan VCO karena bersifat anti bakteri dan antivirus. Sehingga VCO umum digunakan untuk menjaga kesehatan.

Sekali produksi, Kokom (begitu saya biasa memanggilnya) bisa mendapat untung bersih sekitar 900.000. Keuntungan yang belum tentu didapat dari hasil penjualan buah kelapa. Usaha VCO ini menjadi solusi menghadapi murahnya harga jual dan melimpahnya stok kelapa di desanya.

Produk VCO dengan label Zaira ini dipasarkan baik di wilayah Sumenep maupun luar Sumenep. Kokom menjual nya dengan harga 30.000/botol 100 ml. Selain melayani pembelian eceran, ia juga melayani pembelian grosir/reseller.

Dokpri
Dokpri
Kokom beruntung usahanya mendapat dukungan dari berbagai pihak. Bantuan dana diperolehnya dari bebeberapa program, diantaranya program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian dari Kementrian Pertanian bekerjasama dengan Universitas Brawijaya Malang. Bantuan ini diterimanya mulai tahun 2016 tak lama setelah ia memulai usaha produksi VCO.

Kokom sampai sekarang masih mengupayakan peningkatan  kualitas terhadap produknya. Salah satunya mendapatkan nomer BPOM karena produknya tergolong obat-obatan.  

Dokpri
Dokpri
Dukungan JNE

Nah untuk menjangkau pelanggannya, Kokom  menggunakan jasa JNE.  Memakai JNE adalah pilihan tepat karena pelanggannya menginginkan harga pengiriman murah dan pelayanan yang baik. Pelanggan juga punya pilihan type layanan, apakah regular atau OKE.

JNE sendiri juga berkomitmen dalam mendukung UMKM di seluruh wilayah di Indonesia, terutama di 8 area regional (Sumatera, Jakarta, Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Cilegon,Jawa Barat, Jogjakarta dan Jawa Tengah, Jawa Timur-Bali-NTT-NTB, Kalimantan, dan Sulawesi-Ambon-Papua). Karena JNE menyadari potensi bisnis online dari berbagai pelosok daerah tersebut.

Berbagai kenyamanan ditawarkan oleh JNE termasuk jasa pengambilan barang dan system kerjasama dengan pelaku UMKM. Selama masa pengiriman baik pelanggan maupun pengirim bisa mengecek keberadaan barang baik lewat aplikasi atau website JNE, bisa juga melalui kantor terdekat.

Untuk pengiriman produk VCO kemasan botol plastik ada tips nih dari teman saya Kokom.

  • Produk dalam keadaan tersegel dengan baik
  • Gunakan buble wrap untuk mengurangi efek benturan
  • Kemas paket dengan rapi dan rapat
  • Tuliskan alamat yang  jelas berikut nomer telpon tujuan dan pengirim
  • Tambahkan tulisan agar barang tidak diletakkan terbalik
  • Bila perlu minta kepada petugas untuk menambahkan stiker Fragile.
  • Simpan struk atau resi untuk memudahkan pengecekan
  • No resi juga tak lupa disampaikan ke pelanggan.

Alhamdulillah sejauh ini Kokom dan pelanggannya tidak pernah mengalami kendala dalam pengiriman dengan JNE.  Barang sampai dengan selamat tanpa ada kerusakan.

Nah saya juga punya pengalaman dengan JNE dan tips untuk pengiriman dengan JNE yang saya buat di video berikut :

Semoga UMKM di berbagai pelosok negeri semakin maju ya dengan dukungan JNE.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun