Mohon tunggu...
steven tamstil
steven tamstil Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru and penulis yang memiliki banyak hobby

Telah bekerja sebagai graphic designer and telah menjadi guru dan menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Penyihir dari Axtraliz-Chapter 11

16 Februari 2020   08:29 Diperbarui: 16 Februari 2020   08:27 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Chapter 11: Gunung Zenox

Kita mengelilingi pegunungan di dunia Mortaz. Mereka memiliki gunung yang sangat indah. Con-con tetap mengubah wujudnya menjadi jubah untuk menutupi aku. Aku tetap memakai baju seragamku. Bajuku ini makin lama makin mengeluarkan bau busuk. Aku kurang suka memakai baju yang dalam satu hari. Aku selalu mengganti bajuku dan tidak tahan untuk mengganti baju baru. 

Aku melihat dunia Axtraliz ini sangat luas dan terbagi menjadi dua, yaitu Mortaz dan Xeo. Aku berada di siang hari di Mortaz dan aku melihat malam hari di dunia Xeo. Dunia Xeo terlihat istana yang berkilau di malam hari, seperti cahaya redup kunang-kunang di malam hari. 

Aku melihat gunung Zenox seperti kepala manusia yang menghadap ke langit. Aku merasakan gunung tersebut juga bergerak juga. Wajah gunung itu sedang bergumur yang sedang mengerakan bibirnya. 

Dibawah gunung tersebut terdapat sebuah lubang goa yang cukup besar. Troxmaztrux terbang menghampiri lubang goa tersebut. Rasanya goa tersebut adalah tempat tujuan kita. 

Setelah kami telah sampai dan turun dari burung raksasa tumbuhan ini. Troxmaztrux memecahkan dirinya menjadi tumbuhan menjalar dan menanamkan dirinya ke dalam tanah. 

Di dalam goa tersebut terdapat sebuah pintu raksasa ganda yang tidak memiliki lubang kunci, hanya memiliki gagang pintu. Di tengah-tengah kedua pintu tersebut terdapat sebuah pahatan muka wanita yang terbuat dari emas. Semua bahan dibuat oleh pintu ini terbuat dari emas dan perak. Pintu tersebut memiliki pahatan dan ukiran bahasa Axtraliz yang  menjelaskan sebuah cerita. Cerita itu menceritakan tentang penyihir Axtraliz yang memiliki hak untuk membuka pintu ini. Dia yang dapat mengunakan kemampuan kekuatan kunci tersebut untuk membuka pintu ini. Ada dua kalimat yang berbunyi bahwa kebenaran dapat dibuka pada waktu matahari terbit. kebohongan dapat muncul pada sinar gerhana bulan. Terlihat sebuah teka-teki.

Aku melihat matahari telah terbit dan aku sadar bahwa aku sudah menemukan jawaban untuk membuka pintu ini. Aku ingat bahwa Estephania berkata bahwa lubang kunci ada dimana-mana. Aku mengeluarkan kunci perak yang aku simpan di dalam sakuku. 

"Siapa itu? Yang mengganggu aku yang sedang tidur." Aku mendengar suara perempuan yang berbicara keras. 

Aku melihat sekitarnya. Aku melihat ke atas pintu dan aku melihat muka perempuan yang di berada di tengah-tengah pintu ganda berbicara dan menggerakan mukanya. Dia menatap kami semua dengan tajam. Dia terlihat sangat marah sekali. 

"Siapa kamu?" Aku bertanya langsung kepada dia.

"Aku yang bertanya kepadamu terlebih dahulu. Siapa kamu?"

"Saya Stephanie. Orang-orang menyebut aku penyihir."

"Penyihir?" Sang wanita pintu menatapku dengan tajam atau mata yang melotot. Dia menatap dengan penuh kecurigaan. Tatapan ini aku rasakan setelah ditatap oleh guru matematika yang paling galak dan tegas. Semua murid takut akan beliau. 

"Baiklah." Dia membalas dengan tersenyum. Dia menatap aku sepertinya dia melihat dapat melihat kebohongan. "Saya Ylevox. Sang pintu di gunung Zenox."

Aku menghelah nafas, setelah melihat senyum dari pintu itu.

"Kamu ada kunci untuk membuka saya? Hanya penyihir dapat membuka saya."

Aku mengeluarkan kunci dalam saku aku dan menunjukan kepada sang pintu emas ini. 

Setelah aku menunjukan kunci, muka sang pintu turun kebawah dan membuka mulutnya. Dalam mulutnya menunjukan sebuah lubang kunci. 

Aku memasukan kunci ke dalam lubang kunci dan membuka putar kunci tersebut. Terdengar suara gerigi besi mekanik yang berkarat. Suara mesin bergerak di dalam pintu emas itu. Kulit pintu emas itu berubah menjadi pintu kayu dan besi rongsokan. Terlihat sebuah mesin gerigi raksasa. Bukan hanya mesin gerigi, melainkan terdapat makhluk hidup organik yang berbentuk tentakel. Tentakel-tentakel itu membantu mengerjakan dan menggerakkan gerigi mesin besi ini.  Aku rasa pintu ini sama dengan Ylovoz, pintu dimensi pertama kali masuk ke dalam dunia Axtraliz. 

Pintu rongsokan ini membuka dirinya dan mempersilahkan kita masuk ke dalamnya. Aku masuk ke dalam lorong ruangan yang sangat besar. Semuanya terdapat berapa patung binatang buas yang cuma menatap kita dan tidak melakukan apa-apa. Aku juga melihat lukisan yang bergambarkan peri-peri pohon yang sedang bermain-main di taman.

Mereka memiliki sepasang sayap yang mengkilap seperti warna kristal. Mereka menatap kita seperti melihat sesuatu yang asing. Aku melihat satu lukisan yang bergambar peri-peri salju yang memiliki sayap terbuat dari kristal es.  Mereka dengan bermain-main di danau es yang penuh dengan binatang-binatang musim dingin.

Mereka juga menatap kita seperti para peri-peri pohon tadi. Lukisan kedua aku melihat peri-peri laut yang berbentuk seperti putri duyung kecil. Kulit mereka berwarna kebiruan dan mata mereka seperti mata katak  yang berwarna kuning. Badan mereka penuh dengan sisik dan mereka memiliki sirip yang indah, yang warna seperti ikan cupang hias. Mereka tadinya bermain-main bersama binatang-binatang di rawa. Mereka juga datang ke kita dengan tatapan kecurigaan.

Lukisan berikutnya adalah lukisan peri-peri api yang berambut api yang menyala-nyala. Mereka tidak memiliki sayap seperti peri-peri pohon, tapi mereka bisa terbang. Mereka memiliki kemampuan berpindah tempat. Mereka juga menatap kami juga. Rasanya mereka terkurung di dalam lukisan. Aku rasa mereka dikurung dalam lukisan. Lukisan terakhir adalah lukisan peri-peri yang di langit.

Mereka bersembunyi di dalam awan. Tubuh mereka terbuat dari awan dan angin. Rambut mereka juga terbuat dari awan. Mereka tidak memiliki sayap, tapi mereka terlihat sangat ringan. Mereka juga menatap kita lagi. Salah satu dari mereka mengucapkan kata-kata yang susah aku tebak. Rasanya mereka ingin memberitahu aku sesuatu. 

Tanpa sadar aku melihat lantai lorong gedung ini. Lantai ini memiliki pola yang sama seperti tempat raja dan ratu Axtraliz atau sang suami istri itu. Pola papan catur yang berwarna hitam putih. 

"Con-con. Greenny."

"Yah, Melta?"

"Apakah kita kembali ke tempat awal? Tempat istana raja dan ratu Axtraliz."

"Saya sendiri bingung." Con-con menjawab. 

"Apa mungkin ini Gunung Zenox adalah istana Axtraliz? Kita seperti keluar dari tempat itu dan kembali ke tempat yang sama."

"Rasanya tidak mungkin." Greenny mulai berkata.

Aku melihat di ujung lorong ada sebuah pintu lagi yang hendak dibuka. Kami semua menghampiri pintu tersebut dan melihat ruang itu lagi. Tebakan yang aku katakan ternyata benar. 

Di ruangan itu, terdapat sang suami dan sang istri atau raja dan ratu Axtraliz. Sang istri sedang tetap mengelilingi sang suami. Mereka masih tetap dalam posisi sama. Mereka sepertinya sedang menunggu kita. 

Selamat Datang Penyihir

Mereka tetap berbicara dengan telepati. Sang suami tetap tidak berkata apa-apa. Sang istri melihatku dengan tatapan yang tajam. 

Kamu membawa teman-temanmu kali ini. 

Kami menghampiri dia dan berjalan perlahan-lahan. 

Seorang Pax ikut bersama kamu. 

Aku melihat wanita Pax sebelah aku. Sang Pax cuma menunjukan expresi muka datang dan memperhatikan sang raja dan sang ratu yang melayang-layang di tengah ruangan. 

"Iya. Dia temenku."

Ternyata kita kedatangan kedua penyihir yang memiliki kedua kunci itu.

"Kedua penyihir?"

Aku melihat sekitarnya dan bingung. Aku merasa Estephania telah tiba di dalam ruangan ini. 

Tiba-tiba aku mendengar suara sepatu yang sedang berjalan cukup pelan. Aku melihat sosok figure manusia yang bersembunyi dalam gelap juga. Perlahan-lahan aku memperhatikan dan menyakinkan diriku sendiri. Mungkinkah dia itu Estephania?

Ternyata tebakan salah, ternyata orang yang ada di ruangan ini adalah Yexenia bersama keluarga Vampire yang telah dikendalikan oleh dia. Dia tetap memegang kunci emas itu yang tetap mengeluarkan cahaya merahnya. Cahaya itu sama dikeluarkan dari mata para Vampire itu dan mata Yexenia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun