Rasanya cepat sekali berubah. Lapangan disebelah kiri kantor kecamatan yang dulu selalu hijau dengan rumputnya, dan setiap sore kami akan bermain sepak bola, atau bola volly, atau hanya sekedar main sepedah bersama teman-teman, saat ini tempat itu sudah penuh sesak dengan penjual makanan. Dihari minggu lapangan yang sudah tidak ada rumputnya itu akan penuh sesak dengan mobil pengunjung yang parkir. Demikian pula pinggir-pinggir telaga yang dulu rindang oleh pohon, sekarang sudah mulai dipenuhi dengan warung makanan atau toko. Bahkan beberapa warung sengaja dibangun menjorok ke telaga, sehingga jika air sedang penuh, seakan pengunjung warung itu akan berada di tengah telaga.
Dulu sampah hanya akan muncul ketika bulan Agustus. Karena pada bulan itu, lapangan ini akan ramai dengan berbagai perayaan. Satu bulan sebelumnya, panitia 17 Agustusan akan menggelar berbagai perlombaan dan pertandingan. Pertandingan favorit bagi masyarakat di Kecamatan Ngebel saat itu adalah pertandingan bola volly. Tidak saja pertandingan bola volly pemuda antar desa, paling ramai dan selalu penuh dengan penonton adalah pertandingan bola volly antar sekolah dasar.
Karena postur tubuhku yang kecil, biasanya aku akan berperan sebagai Set-upper atau tosser yaitu pemain bola voli yang bertugas sebagai pengatur serangan dari tim. Tosser umumnya akan mengumpan atau mengoper bola ke rekan tim dengan berbagai variasi umpan untuk spiker sehingga spiker bisa melakukan serangan yang menyulitkan atau bahkan mematikan pihak lawan. Malam setelah upacara bendera peringatan kemerdekaan 17 Agustus, biasanya akan digunakan untuk malam resepsi, mulai dari pertunjukkan tari-tarian dari anak-anak yang berasal dari berbagai desa, musik akustik, film layar tancap, ketoprak dan wayang orang. Nah hanya pada saat-saat itulah lapangan di kecamatan ngebel ini akan penuh dengan sampah. tidak seperti sekarang, yang tiap hari apalagi hari minggu, maka sampah akan tercecer kemana-mana.Â
Setelah membaca berbagai literatur, mengunjungi dan melihat sendiri tempat-tempat wisata ditempat lain, rasanya ingin sekali kawasan wisata ini menjadi kawasan yang tertata asri, bersih, menyegarkan dan benar-benar memberikan manfaat sebagai tempat wisata yang akan memberikan kesegaran batin dan jiwa. Saya yakin masyarakat Ngebel sebagai tuan rumah dan sekaligus pelaku pariwisata disitu akan setuju dengan bentuk kawasan wisata yang tertata asri, bersih dan menyegarkan. Karena semakin menarik kawasan itu, maka akan semakin banyak pengunjung. Semakin banyak pengunjung, berarti akan berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk Kawasan Ngebel. Permasalahannya adalah siapa yang akan menjadikan kawasan ini tertata asri, bersih dan menyegarkan.
Saya yakin seyakin-yakinnya masyarakat di kawasan Ngebel tentu akan berpartisipasi jika ada yang memimpin. Hanya saja, siapa yang akan memimpin masyarakat ini, apakah kepala desa, camat, dinas pariwisata, bupati atau gubernur. Jika tidak, maka masyakat seperti biasanya akan bergerak sendiri. Dan itu hanya akan mewakili pandangan dirinya sendiri, agar bisa mendapatkan manfaat sendiri sendiri. Tidak perduli apakah itu mengganggu orang lain atau tidak, merusak lingkungan atau tidak, dll.
Dan jika dibiarkan, maka akan menjadi semakin sulit seperti sulitnya menertibkan perumahan kumuh di bantaran sungai atau di kota-kota besar. Konflik sosial akan dengan mudah tersulut, demikian pula aksi premanisme juga akan tumbuh subur. Jika ini terjadi, maka dapat dipastkan kawasan ini akan pelan-pelan akan mati. Pengunjung semakin tidak memperoleh apa yang diharapkan, malah kadang biasanya akan tertipu berbagai hal, mulai dari parkir, souvenir, dan lainnya. Jika itu mulai tumbuh, maka itulah artinya proses kematian kawasan itu dimulai.
Lantas apa yang harus dilakukan?, tentu saja penataan ruang publik ini perlu segera dilakukan. Pemerinah Kabupaten harus jelas visinya tentang arah pengembangan kawasan Ngebel. Kawasan ini perlu ditata dengan zonasi-zonasi pemanfaatan yang kemudian disepakati dengan masyarakat. Sebelum ditata dengan zonasi-zonasi ini, tentu harus diawali dengan berbagai studi, baik studi eksisting saat ini, maupun studi perencanaan yang digunakan untuk memprediksi perkembangan di masa yang akan datang. Dengan penggambaran visual, tentu akan mudah bagi masarakat untuk mendukung dan berpartisipasi jika dibutuhkan.
Setelah data-data siap, demikian juga dengan berbagai prediksi yang dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perencanaan pemanfaatan ruang di kawasan Wisata Telaga Ngebel. Bahkan jika perlu dilakukan lomba untuk mendesain kawasan wisata ini agar menarik. Hasil terbaik kemudian digunakan sebagai pedoman untuk membangun fasilitas pariwisata dan menjaga agar kawasan ini tetap alami. Agar masyarakat juga ikut mewujudkan kawasan wisata ini, maka akan lebih baik desain maket kawasan ini dapat disosialisasikan, sehingga akan tumbuh mekanisme kontrol sosial yang akan mensukseskan penataan ruang.
Demikian sekelumit pemikiran agar kawasan wisata ngebel ini menjadi destinasi wisata yang benar-benar mengesankan dan akan menjadi tujuan wisata yang banyak disukai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H