Mohon tunggu...
Didi Abdillah Ahmad
Didi Abdillah Ahmad Mohon Tunggu... Guru - Seorang ayah, suami, dan guru yang fakir ilmu

Suka jerawatan kalau baca buku ga kelar-kelar.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Agar Pujian Tidak Menjadi Ujian Bagi Anak

6 Desember 2024   23:37 Diperbarui: 7 Desember 2024   00:35 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Selamat nak, nilai ulanganmu dapat 100!".

"Hebat sekali kamu, nak!".

Itulah beberapa contoh kalimat pujian yang umum sering digunakan orangtua kepada anaknya. Dari kalimat pujian tersebut orangtua berharap timbul respon positif dari sang anak. Seperti meningkatnya rasa percaya diri anak, motivasi dan penghargaan terhadap dirinya.

Menurut Elizabeth Hartkey-Brewer dalam Raising and Praising Boys (2005), memberikan pujian kepada anak merupakan bagian penting dalam cara mendidik maupun pola asuh anak. Karena memberikan pujian merupakan dasar penting dalam usaha orangtua mengembangkan anak sehingga mereka menjadi individu yang menghargai diri sendiri. Selain itu, juga mendorong anak bermotivasi tinggi, dan selalu melakukan hal terbaik dalam hidupnya baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungannya.

Namun, perlu diingat bahwa memberikan pujian atau apresiasi kepada anak haruslah dengan cara yang benar dan tepat. Penyampaian pujian dengan cara yang salah dapat menggagalkan usaha untuk memberikan pengaruh positif bagi anak. Alih-alih ingin memberikan dampak positif, dikarenakan ketidaktahuan orangtua tentang cara pemberian pujian yang tepat, yang didapat anak justru dampak negatif. Seperti kehilangan motivasi, rasa percaya diri, timbulnya rasa cemas akan kegagalan, dan perasaan ketergantungan dengan pujian yang kesemuanya itu akan merugikan anak.

Lalu, bagaimana cara memberi pujian yang benar?

Pertama, fokuskan pada proses bukan hasil.

Pastikan pujian yang diberikan berfokus pada proses anak dalam usahanya mencapai sesuatu, bukan hasil semata. Misalnya, alih-alih berkata, "Kamu cerdas sekali!" lebih baik mengatakan, "Ibu senang kamu bekerja keras untuk menyelesaikan tugas ini." Ini membantu anak memahami bahwa proses yang mereka jalani lebih penting daripada sekadar mendapatkan hasil akhir.

Kedua, beri pujian yang realistis dan spesifik.

Pujian yang umum seperti "Kamu hebat!" atau "Kerja bagus!" terdengar kosong tanpa penjelasan lebih lanjut. Sebaliknya, "Wah, kamu sudah belajar dengan baik dan menyelesaikan tugas itu dengan sabar" akan jauh lebih berarti bagi anak.

Dan yang terakhir, puji anak secara konsisten, tapi tidak berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun