Mohon tunggu...
A.S. Adam
A.S. Adam Mohon Tunggu... Editor - Jurnalis

Hemat suaramu dan ambil penamu. (AS Adam)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Setan Lupa Diri

30 September 2024   19:12 Diperbarui: 30 September 2024   19:20 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas adzan Isya setan berkeliaran merambah rumah-rumah merangsek penghuni yang lupa diri.

Hingga di tengah malam pintu-pintu kerajaan iblis terbuka menyeret siapa saja yang menikmati celakanya.

Setan tidak kasat mata. Ia nyata berkrah warna. Menggerayangi manusia lupa diri meminjam tubuhnya.

Aku memilih berdiam diri bertafakur meski di sekelilingku adalah setan yang meminjam tubuh manusia.

Tak terasa mata meleleh membasahi sajadah.

Aku berharap malam ini turun kabut tebal membungkus rumah-rumah terlindung dari setan berkrah merah.

Hening
Semilir
Gamericik air
Suara jangkrik menakuti tikus-tikus layaknya petani mengusir hama di persawahan.

Sayangku.
Subuh masih lama.
Berbaringlah di dekatku.
Biarkan aku memelukmu.
Dan, selepas fajar nanti kubangunkan engkau bergegas mengambil air wudlu.
Memohonlah padaNya agar terlindung dari setan-setan serakah yang disumpah serapahi.

Jogja, 30 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun