Dreamhouse, kembali menggelar Workshop Parenting tentang perlindungan anak.
Beberapa waktu lalu Yayasan Rumah Impian Indonesia, lebih dikenalWorkshop Parenting yang digelar Yayasan Rumah Impian Indonesia bertajuk "Bagaimana Lingkungan Berpartisipasi dalam Perlindungan Anak" melibatkan peserta dari Kapanewon Kalasan, Wonocatur, Sidomulyo, Tulkan dan Kemantren Tukangan.
Workshop parenting yang keempat ini digelar pada Sabtu, 31 Agustus 2024, di Ruang Rapat Selatan Pendapa Rumah Dinas Bupati Sleman.
"Pusat peran pendidikan itu ada tiga, yaitu keluarga, masyarakat dan sekolah. Dan, kita harus bersama-sama," ungkap Nyadi Kasmorejo selaku narasumber workshop dari Yayasan Sahabat Manusia Pembunuh Cinta (HAMBA).
Nyadi tidak sependapat jika anak-anak dibiarkan sendiri dalam menghadapi permasalahannya.
Mendidik anak harus dilakukan secara bersama. Mengapa demikian? Karena hak-hak perlindungan anak wajib dipenuhi.
Menururt Nyadi, para orang tua harus menyamakan presepsi terhadap peran pendidikan anak melalui keluarga, masyarakat dan sekolah.
Ia menyinggung semboyan ajaran Ki Hajar Dewantoro yang tidak disadari oleh masyarakat telah hilang.
Semboyan yang berbunyi "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani"Â tidak lagi melekat di tengah masyarakat.
"Lantas ke mana Ing ngarsa sung tuladha dan ing madya mangun karsa?" selorohnya.
Banyak orang menganggap diri pintar secara akademisi, tetapi, tidak dengan akhlaknya. Bahkan, tidak bermoral.
Nyadi tidak sependapat kepintaran akademisi menjadi tolok ukur kualitas seseorang.
Padahal jika dikaitkan dengan semboyan Ki Hajar Dewantara, ujarnya, kualitas seseorang tidak hanya pada tut wuri handayani.
"Ada empat hak anak yang harus dipenuhi oleh para orang tua, yaitu hak hidup, tumbuh kembang, hak partisipasi dan hak perlindungan," jelasnya.
Maka, orang tua tidak bisa mengabaikan anak dan mementingkan urusan pribadinya.
Nyadi setuju dengan apa yang dilakukan Rumah Impian Indonesia terhadap anak-anak jalanan.
Yayasan Rumah Impian Indonesia berkomitmen terus mengupayakan hak-hak perlindungan anak.
Hal itu disampaikan founder Yayasan Rumah Impian Indonesia, Sammy Lapudooh, dalam sambutannya di depan peserta workshop dan sejumlah narasumber.
Dalam sambutannya, Sammy, mengajak kepada peserta yang hadir untuk dapat memanfaatkan kesempatan mengikuti workshop sebaik-baiknya.
Dengan mengikuti workshop para peserta diharapkan dapat menjadi agen perubahan di komunitas masing-masing.
"Dengan menjadi agen di komunitas masing-masing akan turut berperan dalam perlindungan anak," ucapnya.
Kenyamanan keluarga merupakah kunci keberhasilan. Lantas, bagaimana caranya? Ucap mantan Bupati Sleman, Sri Poernomo, mewakili Bupati Sleman yang berhalangan hadir karena harus menjaga kesehatan untuk persiapan Pilkada 2024.
"Keluarga yang saling merima, memberi dan tidak mencari kekurangan, mudah-mudahan menjadi keluarga yang serasi dan harmoni," katanya.
Pendidikan anak memang penting tetapi tidak kalah pentingnya dengan perlindungan terhadap anak.
Kekerasan terhadap anak selalu terjadi di keluarga tetapi juga bisa terjadi di lingkungan dan sekolah.
Meski setelah membuka workshop Sri Poernomo langsung bergeser ke tempat lain, namun, ia sempat memberikan sekapur sirih.
Bicara soal anak, siapa yang paling perhatian terhadap anak? Bapak atau ibu? Tanya mantan Bupati Sleman periode 2010-2015 dan 2016-2021.
Workshop yang dihadiri oleh kaum ibu itu menjadi sorotannya.
Pertayaan Sri Poernomo disambut gelak tawa. Â Ternyata, kata Sri Poernomo, yang paling perhatian terhadap anak adalah ibu. Sementara peran ayah dalam keluarga cenderung tidak mau ribet.
"Ini terbukti yang hadir saat ini mayoritas ibu-ibu," selorohnya.
Dalam penjelasan itu Sri Poernomo menukil ayat Al Qur'an yang menekankan kata ibu hingga tiga kali.
Ini membuktikan bahwa ibu memiliki peran yang sangat tinggi terhadap anak maupun keluarga.
"Bayangkan seorang suami menggantikan posisi istrinya. Cukup dua hari saja. Kira-kira sanggup atau tidak?" tanya Sri Poernomo.
Saat membuka workshop Sri Poernomo yang hadir hanya mengenakan kaos berkrah meminta maaf karena tidak sempat berganti pakaian.
Ia beralasan karena harus turut kegiatan gowes. Namun, acara yang bersamaan dengan kegiatan Sri Poernomo tidak menjadi soal bagi penyelenggara dan peserta workshop.
"Sebelumnya saya mohon maaf pakai kaos karena sebelum jam tujuh ikut gowes," jelasnya.
Diketahui, Sri Poernomo sejak pagi mengikuti sepeda sehat dimulai dari Rumah Dinas Bupati Sleman melewati Polres Sleman, Caturharjo, Seyegan hingga rekolasi Pasar Godean.
Workshop dihadiri oleh founder Yayasan Rumah Impian Indonesia Sammy Lapudooh, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sleman Mustadi, S.Sos, MM, Drs. H. Sri Poernomo, M.Si mewakili Bupati Sleman Dra. Hj. Kustini Sri Poernomo.
"Sleman sebagai Kabupaten ramah anak tentu akan menjadi rule model bagi kabupaten lain di Indonesia," tandas Sammy.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H