Siapa, sih yang tidak ingin punya anak berprestasi? Pasti semua mengimpi-impikan anaknya memiliki segudang prestasi baik di bidang akademis maupun non-akademis. Saya sering mendengar ibu-ibu yang bertanya pada orang tua anak dengan pretasi di berbagai bidang non-akademis. Kok bisa, sih anaknya juara ini dan itu? Dikasih makan apa? Atau susunya mahal, ya waktu kecil? Ini bukan perkara makanan! Ya, meskipun makanan juga penting untuk pertumbuhan. Tapi yang akan saya bahas di sini adalah cara meningkatkan prestasi non-akademis anak.Â
Bicara soal pretasi non-akademis tentu erat hubungannya dengan minat dan bakat. Di zaman serba enak sekarang ini mengapa masih ada remaja yang bingung bahkan tidak tahu apa bakatnya? Banyak anak SMA yang tidak tahu hal potensial apa dalam dirinya yang bisa dikembangkan dan digali sehingga dapat berprestasi. Padahal usia SMA adalah usia di mana akan segera menentukan karir. Nah, ini yang mau saya bahas.
Di sini peran orang tua sangat penting, tapi bukan sebagai penuntut melainkan sebagai fasilitator dan support system bagi anak dalam menemukan bakatnya. Menjadi fasilitator atau penyedia bukan hanya sekadar memberikan anak barang-barang, alat, dan bahan yang berhubungan dengan minatnya saja. Melainkan juga siap sedia jika anak membutuhkan dampingan juga dukungan emosional tanpa harus diminta. Nah, inilah yang sudah diterapkan oleh orang tua anak-anak berprestasi sejak anaknya usia dini dan seringkali diabaikan oleh sebagian orang tua. Sehingga ada sebagian anak SD yang ketika ditanya bakat ia sudah tahu, sedangkan ada pula anak SMA yang merasa belum menemukan bakatnya.
Lalu bagaimana dengan anak anda? Anda bisa menerapkan hal-hal di bawah ini untuk membantu anak menemukan dan menggali potensi dirinya sejak dini.
Memberi arahan pada anak untuk mengikuti jejak anda. Biasanya orang yang bekerja di bidang seni akan gencar memperkenalkan dunianya kepada sang anak. Ambilah contoh penyanyi, banyak sekali anak-anak penyanyi yang mengikuti jejak orang tuanya menekuni bidang tarik suara. Ada Arsy putri Anang dan Ashanty, Kiesha Alvaro yang merupakan anak vokalis band Ungu, dan masih banyak lagi. Bakat yang mereka miliki tidak serta merta ada begitu saja. Terlepas dari jejak digital orang tua mereka ketika bernyanyi, sebenarnya orang tua merekalah yang paling berperan mengenalkan dunia bernyanyi pada mereka.Â
Hal inilah yang paling sering disepelekan oleh beberapa orang tua. "Ah, biarin saja, toh masih kecil ini. Nanti kalau besar juga nemu bakatnya sendiri." Sayangnya tidak semua anak begitu. Sebagian anak usia remaja merasa tidak punya bakat apalagi berprestasi di luar kelas. Oleh karena itu, sebelum terlambat alangkah baiknya mengarahkan anak pada bidang tertentu sejak dini.
Jika anak ternyata tidak berminat pada bidang yang anda arahkan, maka berilah anak wawasan lebih luas. Beri kesempatan pada anak untuk mencoba banyak hal dalam konteks positif. Biarkan ia mengikuti ekstrakurikuler yang ia suka di sekolah. Bila perlu anda bisa memberi jam lebih untuk minatnya dengan les privat. Bisa les vokal jika anak suka bernyanyi, les melukis, les musik, dan lain sebagainya.Â
"Ah, buang-buang uang saja les begituan. Mending les matematika atau bahasa Inggris." Jangan pernah berpikir seperti ini. Tidak ada hal yang sia-sia. Ketika anda ingin anak berprestasi, berarti anda harus memfasilitasi. Seperti yang sudah saya bilang di atas, prestasi non-akademis itu asalnya dari bakat. Bakat itu perlu digali dan dilatih terus-menerus.
Relasi. Ketika anak sudah menemukan hal yang ia sukai dan ia merasa senang melakukannya, bantulah anak anda mendapatkan relasi. Misalnya, anak anda ternyata suka melukis dan kebetulan teman anda seorang pelukis. Anda bisa mengenalkannya pada sang anak. Atau minimal berilah izin kepada anak untuk bertemu dengan komunitas yang sesuai bakatnya. Anak butuh berdiskusi dengan orang-orang yang satu server atau satu bidang dengannya. Bertukar pengalaman dengan teman sesama bidang akan memberi wawasan lebih luas dan memberi insprirasi untuk menentukan titik manakah yang akan ia capai. Seberapa jauh dan seberapa besar dakpak positif yang akan ia dapat jika terus mendalami bakatnya. Hal ini juga akan memicu semangat anak untuk maju berprestasi.
Luangkan waktu. Ketika anda menginginkan sesuatu tentu anda akan meluangkan waktu untuk mendapatkannya. Sama halnya ketika anda ingin anak anda menjadi anak berprestasi. Anda harus siap sedia meluangkan waktu untuk anak. Sekadar memujinya sebagai apresiasi saat ia berhasil meningkatkan skill-nya, menemani ke tempat les, dan lain-lain.Â
Oh, iya, jangan pernah mengeluh saat anda menjemput atau mengantar anak dalam rangka mengembangkan potensi diri. Berkaca dari pengalaman saya sendiri, dulu saat saya SMP pernah menjadi tim inti pramuka di sekolah. Setiap hari tertentu dalam seminggu selalu latihan di sekolah, pulangnya sekitar jam lima sore. Saat itu musim hujan, ibu saya kehujanan ketika menjemput saya. Lalu beliau mengatakan, 'Jangan ikut yang kayak begini lagi, nyusahin saja, pulangnya sore banget nanti capek! Lebih baik kamu belajar saja yang giat biar juara kelas.' Nah, ini benar, terbukti peringkat saya selalu tiga besar. Tapi lebih banyak salahnya.Â