Indonesia yang terdiri dari suku bangsa yang beragam ini benar-benar diuji ketika masih ada rasisme. Misalnya, dapat kita lihat ketidakadilan terhadap kawan-kawan kita di Papua. Orang-orang berkulit hitam memang sering dijadikan objek rasis karena dianggap bahwa orang berkulit hitam itu cenderung kriminal. Mulai dari sekadar lontaran ejekan yang menyinggung warna kulit, serangan fisik dari masyarakat sekitar, hingga perlakuan aparat yang kurang berdasar telah dirasakan oleh masyarakat Papua.Â
Ujaran rasisme muncul karena akar kebhinekaan tidak kuat di kalangan masyarakat. Rasisme juga diakibatkan akan kurangnya pemahaman mengenai rasisme itu sendiri serta keengganan untuk membahas apa itu rasisme, seperti apa bentuknya, dan apa dampaknya.Â
Bicara mengenai rasisme seringkali menjadi topik yang tabu dan selalu dikaitkan dapat menimbulkan perpecahan. Mengapa? Haruskah kita tetap bungkam menerima rasisme dan diskriminasi di negeri ini? Speak up bukan untuk menciptakan perpecahan dan pemberontakan namun bersuara untuk menginginkan keadilan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, kita harus mulai terbuka dengan pembicaraan-pembicaraan terkait rasisme, serta belajar mengapresiasi kehidupan dalam keberagaman, sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Jika kita lihat dari sudut pandang Alkitab tentang rasisme, tentu sudah sangat jelas bahwa tindakan rasis tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.
Seperti yang tertulis dalam kitab Perjanjian Baru, Kisah Para Rasul 10:34-35 : Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya."Â
Berdasarkan firman Tuhan itu, kita tahu bahwa Tuhan mengasihi setiap orang dan menerima mereka, terlepas dari ras dan etnis mereka. Dihadapan Tuhan, tidak ada yang lebih mulia posisinya dan tidak ada yang lebih rendah nilainya. Semuanya sama di mata Tuhan. Tangan Tuhan terbuka untuk memberikan kasih-Nya kepada semua orang.Â
Untuk itu, penting menanamkan paham terhadap diri kita sendiri dan generasi selanjutnya bahwa tidak ada yang bisa memecahkan kita berdasarkan warna kulit. Karena pada dasarnya tidak ada fakta biologis yang menunjukkan bahwa warna kulit mempengaruhi level intelektual seseorang. Setiap manusia mempunyai hak dan kesempatan yang sama. Apa pun warna kulitnya, apapun agamanya, apapun ras dan etnisnya, kemanusiaan itu ada di atas segala-gala nya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H