Mohon tunggu...
Yudhistira Yewangoe
Yudhistira Yewangoe Mohon Tunggu... Pengawai Negeri Sipil -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Japan Railways dan PLN Kita

13 Januari 2016   10:53 Diperbarui: 13 Januari 2016   14:55 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman di facebook mengirim link berita yang menarik perhatian saya. Japan Railways dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami penurunan penumpang yang drastis pada trayek-trayek yang melayani wilayah pedesaan. Untuk itu Japan Railways telah memulai menutup banyak trayek dan station di pedalaman jepang dan menghentikan pelayanan ke wilayah tersebut. Namun ada satu station yang masih dipertahankan, walaupun penumpang yang naik dari station selama ini hanya satu orang.

Penumpang ini adalah seorang pelajar, dan dia menggunakan kereta api untuk mencapai sekolahnya yang ada di kota terdekat. Bukan hanya mempertahankan trayek ini, Japan Railways bahkan menyesuaikan jadwal trayek dengan waktu anak sekolah ini, ketika berangkat dan pulang dari sekolah. Keputusan ini sudah diambil lebih dari tiga tahun yang lalu dan Japan Railways sudah mengumumkan bahwa station ini akan ditutup pada bulan Maret tahun ini, ketika anak sekolah ini tamat dari SMA. Luar Biasa! (berita aslinya bisa dibaca disini)

Luar biasa, penghormatan perusahaan Jepang ini terhadap pelanggannya. Tidak menutup secara membabi buta trayek-trayeknya untuk menghemat biaya, tetapi mengevaluasi satu per satu trayek yang akan ditutup. Ketika ditemukan bahwa dengan menutup satu trayek akan menghalangi satu orang anak untuk mendapat pendidikan, mereka memutuskan untuk mempertahankan trayek ini. Keputusan yang tidak rational secara ekonomis, karcis yang dibayar pelajar ini, sudah pasti tidak akan menutup biaya operasional untuk mempertahankan trayek ini, tetapi keputusan yang diambil secara sadar untuk mendukung program pemerintah dalam memberikan akses pendidikan pada semua anak di Jepang.

Publik Jepang juga tidak menutup mata terhadap kejadian ini, pemerintah Jepang dan Japan Railways banyak mendapat ancungan jempol atas kebijakannya. “Bagaimana mungkin kami tidak rela mati bagi Negara ini? Negara ini sudah menunjukkan perhatian yang luar biasa kepada bahkan satu orang saja” komentar salah seorang pembaca.

Lalu apa hubungan berita ini dengan PLN (Perusahaan Listrik Negara)? Ketika membaca berita tentang Japan Railways, saya sedang berada dalam kegelapan malam, karena sekali lagi wilayah tempat tinggal saya mendapat giliran pemadaman listrik. Kondisi PLN terbalik dengan Japan Railways, jumlah pelanggan PLN di Kota saya meningkat drastis, sehingga kebutuhan daya listrik melampaui kemampuan PLN menyediakan daya listrik. Alih-alih mencari solusi terbaik, PLN mengambil solusi termudah yaitu melakukan pemadaman bergilir bukan saja pada malam hari tetapi juga siang hari, kondisi yang sudah berlangsung berbulan-bulan bahkan berganti tahun. Bahwa tindakan ini membawa dampak negatif kepada begitu banyak orang, rupanya tidak menjadi pertimbangan PLN. Jam belajar pelajar berkurang drastis, usaha rumah tangga terhambat akibat alat listrik tidak dapat digunakan begitu pula para tukang dan karyawan terhenti pekerjaannya.

Lebih parah lagi, pelayanan umum (baik itu pemerintahan, kesehatan dll) sering terhenti karena padamnya listrik. Secara umum produktivitas berkurang drastic dan tidak terhitung kerugian ekonomisnya, hanya karena PLN mengambil pilihan ekonomis. Selain kebijakan pemadaman bergilir, tidak terlihat adanya upaya luar biasa dari pihak PLN untuk dapat memenuhi kebutuhan daya listrik yang kurang.

Pemerintah daerah setempat juga seperti tidak berdaya, tindakan mereka sebatas himbauan dan koordinasi dengan PLN agar tidak dipadamkan. Upaya yang jelas tidak berhasil, karena kenyataannya listrik selalu padam setiap hari. Tidak ada kebijakan terobosan, mengapa tidak berupaya untuk menjadi pemasok listrik dan menjualnya kepada PLN? Kekecewaan pelanggan sudah tak terbilang, cukup memantau status facebook, kita sudah mendapat bayangan frustrasi dan kemarahan warga. Jika suatu saat ada peneliti yang melakukan penelitian atas dampak kebijakan pemadaman bergilir pada masyarakat, saya yakin dia akan menemukan korelasi postif antara kebijakan tersebut dengan penurunan produktivitas dalam masyarakat.

Apa yang bisa kita pelajari dari dua peristiwa ini? Ada beberapa hal yang saya dapat;
1.Bagi perusahaan yang menyediakan pelayanan umum (seperti listrik, air, transportasi umum dll), memahami pelanggan merupakan factor kunci. Kadang-kadang kebijakan yang paling ekonomis bukan merupakan kebijakan yang terbaik, ketika nasib pelanggan dipertaruhkan. Berani menanggung rugi sesaat demi memberikan pelayanan yang terbaik pada pelanggan membawa dampak yang positif sebab pada akhirnya kesejahteraan komunitas adalah yang utama bukan saja keuntungan ekonomis;

2.Keberhasilan kebijakan dan program pemerintah bergantung pada kerjasama semua unsur, karena itu kerjasama semua stakeholder sangat penting. Japan Railways bisa saja dengan mudah mengehentikan layanannya karena pertimbangan ekonomis, dan keputusan itu akan dapat diterima. Tetapi demi memberikan akses pada satu orang pelajar, untuk ikut mensukseskan program pemerintah pendidikan untuk semua, mereka berani menanggung rugi;

3.Ketika Pemerintah mati-matian membela warganya untuk kesejahteraannya, maka Pemerintah akan mendapat warga yang rela mati untuk negaranya.

Hal yang patut kita renungkan memasuki tahun yang baru ini.

(Tulisan ini ditayangkan pertama kali di blog saya governanceforchange.worpress.com)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun