Mohon tunggu...
arif tripada
arif tripada Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Cuma Sebatas Mimpi?

14 Juli 2016   10:13 Diperbarui: 14 Juli 2016   10:24 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Bos gue Cuma makelar” jawab Dul , enteng.

“lho koq bs ciamik ngasih tips ke elo?” kejar Paijo.

“iya makelar, yg selalu menyediakan brg kebutuhan perusahaan gede di Negara ini semisal kalo butuh brg A mk bos gue langsung ke Negara Z dan  Negara Y dan Negara P, lalu ngajukan pnawaran resmi ke perusahaan disini yg lg butuh ” jelas Dul meniru gaya pengamat di TV. 

“kalo Cuma makelar Lalu apa hebatnya bos elo Dul ?” desak Paijo penasaran. 

“ jelas hebat Jo, bayangin pejabat saja gak ada harganye dimana bos Gue, kalo lg nego harga brg di Negara asal , bos gue sdh dapat untung lebih dari 10% trus, setelah masuk Negara ini juga masih minta di naikan lagi sekian lipat oleh oknum pejabat dan bos gue msh dpt untung lg” ungkap Dul lebih serius.

Mendengar percakapan itu Bogel si pemuda kampung yg protolan perguruan tinggipun ikut nyeletuk ; ”pantes bang, Negara kita jadi aneh masa ada perusahaan Negara yg punya otoritas / monopoli suatu produk brg / jasa di Negara ini bisa dinyatakan selalu rugi padahal pelanggan yg telat membayar sehari saja dikenakan denda, ternyata Negara ini msh suka beli barang impor tdk lewat jalur langsungantar pejabat negara ya namun pakai ‘cukong’?”

Tak mau kalah cak To yg berasal dari kampung peternak bebektelor pun ikut terpancing;”jangankan barang yg penting dan harganya gede, lawong didesa saya saja peternak bebek untungnya jadi jauh lebih kecil dibanding mekelarnya yg selalu nyanggong dijalan masuk kampung… dan pembeli tdk bisa melakukan transaksi langsung kepada peternak… makelar yg lebih berkuasa. Hmm apa lagi urusan barang gedean kayak gitu bang?”

Dengan gaya  Jawa Timuran cak To pun mengumpat; “Dancok-i , akeh banget tikus jemblong nggek negoro iki” sambil ngeloyor,  pergi meninggalkan para sopir…

LAGI, [OBROLAN DALAM MIMPI] ;  

Dalam suatu MIMPI, pada suatu era, di berbagai warung kopi, terjadi Guyonan [baca; banyolan] Politik pernah marak terjadi dialog pojok kampong unik, terkisahlah di suatu pagi :

Setelah nyeruput Kopi yang mesih mengepulkan asap, seorang lelaki tegap berkumis membuka suwasana : “Kenapa Gus Dur dulu bisa menjadi Presiden ?” Si Brengos mengawali melempar isu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun