Mohon tunggu...
Anggun Gunawan
Anggun Gunawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

seorang pemuda biasa (http://grepublishing.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sedikit Cerita tentang Nilai UAS, TOEFL, dan IELTS

5 April 2017   19:21 Diperbarui: 13 April 2017   01:00 2399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Curhat dengan salah seorang dosenku di EEC yang punya TOEFL ITP di atas 620, akhirnya aku disarankan untuk belajar sendiri aja dengan memakai buku-buku yang bagus. Saat itu di EEC juga ada mata kuliah TTES yang mengajarkan bagaimana menghadapi soal-soal TOEFL Klop sudah. Selepas kelas TOEFL, untuk sekian kalinya aku test ITP lagi. Alhamdulillah dapat 543. Namun belum bisa mencapai target 550-ku. Belajar lagi dan tes lagi. Akhirnya di Ramadhan 2014, aku berhasil meraih capaian TOEFL tertinggiku 547. Sempat juga kucoba lagi ikutan ITP dalam pencapaian skor 550, tetapi nilaiku malah ngedrop di 543 lagi. Ikutan tes sekali lagi, mentok di 547.

Mendapatkan info bahwa ITP tidak bisa dipakai untuk melamar S2 di Universitas-Universitas di Eropa, akhirnya aku putuskan untuk banting stir ke IELTS. Januari 2015 bersama 2 teman sesama mahasiswa EEC dan 1 teman IMM, aku mendirikan IELTS CLUB. Belajar bareng IELTS. Di awal-awal skor simulasi yang kudapatkan masih di kisaran 5. Pas ambil IELTS Simulasi di ION, overall band scoreku cuma 5,5. Kesibukan masing-masing dari kami membuat IELTS Club tidak begitu intensif.

Akhir tahun 2015 sampai April 2016 adalah hari-hari yang berat bagiku. Bapak tiba-tiba sakit. Dari segar bugar, tiba-tiba ngedrop tidak bisa apa-apa. Diagnosis dokter mengatakan Bapak kena serangan kanker otak. Setelah dapat proyekan buku yang lumayan besar, awal Januari 2016 aku bisa pulang kampung. Selama 3 minggu di kampung dan kala itu bapak sudah diizinkan pulang ke rumah oleh dokter. Tetapi hanya jelas 2 minggu, beliau ngedrop lagi. Sehingga terpaksa di rawat di Bukittinggi dan di Padang. Sampai akhirnya bapak harus kalah dengan kankernya. Padahal aku lagi mencari jalan untuk mengumpulkan uang agar Bapak bisa dioperasi di Jakarta dengan mengunakan teknologi laser untuk melumpuhkan kanker. Tetapi di pertengahan bulan April, Allah memanggil Bapak untuk selamanya.

Dulu aku selalu bilang sama Bapak bahwa aku ingin kuliah di luar negeri. Sekian juta uang Bapak kuhabiskan hanya untuk ambil berbagai macam les dan tes Bahasa Inggris. Tetapi sampai Bapak wafat, aku masih di Indonesia. Belum bisa mewujudkan mimpi kuliah ke luar negeri. Alhamdulillahnya, bapak sempat melihat aku berangkat ke Jerman meskipun cuma 1 minggu untuk Pameran Buku. Paling tidak aku bisa membuktikan kepada Bapak bahwa kursus Bahasa Inggris yang kulakoni selama bertahun-tahun tidak sia-sia. Saat pulang ke kampung kemarin, aku tahu bagaimana Bapak sering cerita ke teman-temannya bahwa anaknya yang di Jogja pameran buku di Jerman dan ingin melanjutkan S2 ke luar negeri. 

Balik dari mudik lebaran 2016, janjiku kepada Bapak untuk kuliah di luar negeri mulai kuperjuangkan lagi. IELTS CLUB ku hidupkan lagi dengan personel lama yang masih tinggal di Jogja dan beberapa anggota baru. Kursus IELTS Preparation dengan biaya 1,7 juta ku ambil di CILACS UII. Tetapi tetap saja nilaiku mentok di 5 - 6 dan 6.5 saat mengadakan simulasi rutin bersama teman-teman. 

Barulah di awal Januari 2017, aku nekad untuk mendaftar IELTS Official Test di IALF dengan mengorbankan uang 3,2 juta rupiah. Keputusan kuambil karena aku tidak bisa lagi menunggu lama. Beasiswa LPDP telah dibuka dan akan ditutup tanggal 7 Juli 2017. Tes yang kuambil tanggal 18 Maret. Aku punya 2 bulan persiapan menjelang test. Selama 3 bulan itu intensitas IELTS CLUB kunaikkan. Dari 3 kali pertemuan menjadi 4-5 kali pertemuan per-minggu. 3 kali simulasi IELTS di IONs yang berbiaya Rp. 225.000/tes juga telah kurancang. Simulasi pertama nilaiku lumayan bagus. 7.0 untuk speaking dan writing, 5.0 di listening dan 5.5 untuk reading. Sehingga overall bandnya 6.5. Di kesempatan simulasi kedua, nilaiku malah jeblok jadi 6.0 (Listening 5,5, Reading 6, Speaking 6.5 dan Writing 6.5). Simulasi terakhir, overall bandku kembali di angka 6.5 (Listening 6.0, Reading 6.0, Writing 6.5, Speaking 6.5).

Sabtu 18 Maret 2017. Pagi-pagi aku sudah bersiap dari rumah. Sarapan sekedarnya dengan roti dan air putih, kemudian aku berangkat ke IONs tempat tes IELTS berlangsung. Sekitar jam 8.00 peserta sudah bergerak ke lantai 3 untuk diverifikasi datanya dan diambil foto. Sekitar setengah jam prosesi awalan ini selesai. Yang ikut tes sekitar 30-an orang. Jam 9 tes dimulai dengan Listening. Lanjut ke Reading dan terakhir Speaking. Beruntung aku dapat urutan speaking nomor 3. Sehingga hanya menunggu sekitar 1 jam saja selepas tes Writing ditutup. 

Menunggu selama 2 minggu adalah hari-hari tidak mengenakkan. Bawaannya jadi baper. Untuk saja ada banyak kerjaaan editan buku yang harus kuselesaikan sehingga deg-degan dengan hasil tes IELTS bisa sedikit kuredam. Puncak kegelisahanku terjadi di hari Kamis dan Jum'at. Makan ngak enak. Tidur ngak nyenyak. Kerja-pun ngak mood. Selepas sholat Jum'at 31 Maret 2017, karena kecapekan akupun tertidur. Bangun-bangun sudah jam 2 lewat. Menjelang sholat Ashar. Iseng-iseng kubuka website IALF. Proses Log In berjalan lancar. Tanggal 18 Maret sudah muncul di pilihan. Setelah memasukan identitas, akhirnya report ini muncul di layar komputer jadulku. 

hasil tes ielts
hasil tes ielts
ALHAMDULILLAH. Aku langsung sujud syukur. Tak terasa airmata mengalir. Membasahi sajadah. Tentu aku sangat bersyukur. Sekian tahun berjuang, akhirnya aku mendapatkan skor Band 6.5 yang bisa kukampus untuk mendaftar di kampus luar negeri. 

Namun perjuanganku sebenarnya baru dimulai. Perjuangan mencari kampus dan beasiswa tentu tidak akan kalah beratnya. Tapi demi janjiku kepada Bapak dan Ibu di kampung, aku akan melakukan usaha yang lebih keras lagi untuk mewujudkan impian kuliah di luar negeri. 

Note: Tulisan ini kupersembahkan kepada Bapak yang tetap mempercayai mimpi-mimpiku sampai akhir hayatnya. Buat Ibu yang terus berdo'a dan sampai hari ini masih berjualan sayur untuk memenuhi kebutuhan keluarga di kampung. Buat teman-teman IELTS CLUB yang telah memberikan inspirasi dan semangat untuk terus belajar bersama-sama. Buat seorang Adek yang ku janji akan membawanya merasakan dinginnya Eropa. Buat siapapun yang percaya bahwa mimpi itu bukanlah ilusi. Tetapi ia bisa diwujudkan dengan do'a dan usaha penuh kesabaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun