Mohon tunggu...
Yoanna Greissia
Yoanna Greissia Mohon Tunggu... -

Yoanna Greissia, Lahir pada tanggal 23 Februari 1982, menghafalkan urutan abjad sejak usia 1.5 tahun dan mulai membaca pada usia 2.5 tahun dan tergila-gila membaca sampai saat ini….\r\n\r\nBelajar main piano mulai kelas 4 SD, dan mengakhirinya di grade 4 Royal. Merasa tidak berbakat dalam bidang musik tapi dipaksa untuk belajar, di mana di kemudian hari baru diketahui bahwa itu adalah salah sau potongan puzzle penting dalam hidupnya… modal awal untuk karunia selanjutnya…\r\n\r\nSangat menyukai novel Agatha Christie, Buku-buku karya Max Lucado, Bill Wilson dan CS. Lewis.\r\n\r\nMulai menulis sejak tahun 2009, kebanyakan tentang puisi kehidupan, karyanya dapat ditemukan di www.greissia.wordpress.com\r\n\r\nBelajar Teknik Industri Universitas Parahyangan pada pada tahun 1999 dan mendapat beasiswa Magister Manajemen di STMB Telkom pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2006 dengan gelar Cum Laude…. Menjadi guru SMA selama dua tahun dan mendirikan Menara Character Building pada tahun 2008\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Anak Bawang

21 Mei 2015   14:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:45 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda pernah dengar istilah “anak bawang”? Anak bawang biasanya sering dipakai oleh anak-anak yang sedang bermain, untuk menunjuk kepada mereka yang masih terlalu kecil untuk diperhitungkan. Si Anak Bawang boleh ikut main, tapi ia boleh menolak untuk kalah.

Namun tidak hanya dalam permainan anak-anak, dalam kehidupan sehari-hari sebagai orang dewasa pun kita kerap menjumpai anak bawang. Mungkin anak bawang bisa mengacu pada mereka yang usahanya tidak diperhitungkan.

Setelah saya pikir-pikir, ada banyak alasan mengapa seseorang tidak diperhitungkan, baik dalam pergaulan sosial maupun profesional.

Pertama adalah mereka yang rapuh, mudah marah dan tidak dapat menerima kritik. Kepada orang-orang seperti ini biasanya kita menganggap sebagai anak bawang. Ketika ia melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak dapat diterima untuk ukuran orang ‘normal’, ia tidak akan dilawan atau dikiritik karena orang malas berurusan dengannya. “Sudahlah, dimengerti saja… dia sih orangnya memang begitu”

Kedua adalah mereka yang bodoh, berpikiran dan berwawasan sempit. Kepada mereka biasanya saya menjadi sangat sabar. Orang-orang seperti ini jarang kita perhitungkan pendapatnya karena biasanya tidak logis dan tidak applicable. ” Dia kok ditanya, jawabannya pasti aneh”

Ketiga adalah mereka yang malas. Kepada mereka yang malas biasanya kita menjadi kapok atau jengkel dan kemudian berjanji pada diri sendiri untuk tidak memperhitungkannya lagi karena jika kita memberi mereka kesempatan, kita pasti akan dikecewakan.

Jika kita menyimpulkan dari tiga alasan di atas, kita dapat mengatakan bahwa anak bawang adalah mereka yang bermasalah secara emosional, pengetahuan dan perilaku, tiga hal yang merupakan modal dasar bagi manusia dalam bersosialisasi atau bersikap profesional.

Namun ada juga orang-orang yang dianggap anak bawang karena mereka baru pertama kali masuk ke dalam suatu komunitas atau pekerjaan. Tidak dianggap merupakan suatu hal yang menyebalkan. Ketika kita pertama kali masuk ke dalam suatu komunitas atau pekerjaan seringkali kita tidak dianggap oleh rekan-rekan kerja kita.

Hal yang dapat kita lakukan agar predikat anak bawang itu hilang adalah berusaha untuk tidak memiliki masalah, baik secara emosional, wawasan maupun perilaku:


  1. Mengendalikan emosi, baik dalam bentuk mudah marah atau menangis
  2. Terbuka untuk wawasan, masukan dan teknologi baru
  3. Melakukan segala sesuatu dengan penuh tanggungjawab dan sebaik-baiknya


Semua orang ingin diperhitungkan, namun hanya beberapa yang sanggup membuat dirinya diperhitungkan. Akhir kata, saya mengutip apa yang dikatakan oleh Mantan Presiden Habibie “Setiap orang harus menapakkan jejak-jejaknya”. Walau singkat, kehidupan adalah sesuatu yang serius, buat diri kita diperhitungkan dan buat jejak-jejak selama kita hidup!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun