Mohon tunggu...
Greismefing
Greismefing Mohon Tunggu... Penulis - Menjadi Investor

Jangan takut menulis apapun selagi hatimu senang

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Memanfaatkan Peluang di Tengah Pandemi Covid-19

27 April 2020   20:35 Diperbarui: 27 April 2020   20:39 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini bangsa kita berserta bangsa lainnya di dunia tengah berjuang melawan penyebaran Virus Corona atau Covid 19 yang ditetapkan oleh WHO sebagai pandemi dunia. Jumlah korban yang positif terpapar Covid-19 terus bertambah setiap harinya. Hal ini menjelaskan bahwa Covid-19 memiliki  penyebaran virus yang cukup besar.

Dampak dari Covid-19 bukan hanya menyerang tingkat kesehatan tubuh kita melainkan sistem perekonomian negara juga ikut berdampak. Hal ini dapat terlihat dari beberapa pabrik yang menghentikan kegiatan produksi sehingga para buruh terpaksa dirumahkan bahkan terancam PHK massal, para UMKM yang kehilangan pendapatan sehari-hari dan masih banyak lagi. Ditambah dengan sikap segelintir masyarakat yang menimbun dan menjual dengan harga tinggi kebutuhan akan APD, masker dan hand sanitizer serta prilaku panic buying sehingga pasokan makanan suatu saat akan mengalami kelangkaan.

Penyebaran virus Covid-19 yang cukup pesat membuat Pemerintah mengeluarkan kebijakan menghentikan semua aktivitas yang dapat mengumpulkan banyak orang. Akibatnya kegiatan belajar mengajar di sekolah diberhentikan diganti dengan kegiatan belajar mengajar di rumah secara online. 

Para pegawai dan karyawan juga terpaksa berkerja di rumah atau saat ini lebih dikenal dengan Work From Home (WFH). Hal ini dilakukan untuk menghentikan penyebaran virus Covid-19, karena penyebaran virus ini bisa menyebar melalui kontak jarak dekat dengan penderita Covid-19 seperti jabat tangan, komunikasi langsung dll. 

Jika kita tidak membatasi hubungan sosial dengan orang yang tidak dikenal maka kita dapat dengan mudah terserang oleh virus ini, karena ada banyak orang positif Covid-19 tanpa gejala sehingga kita tidak tahu pasti apakah orang tersebut positif atau negatif dari Covid-19.

Setelah hampir tiga minggu anjuran dari Pemerintah untuk berdiam diri di rumah, melakukan segala aktivitas di rumah seperti berkerja di rumah, belajar di rumah, beribadah di rumah dan berolahraga di rumah membuat masyarakat mulai jenuh untuk berdiam diri di rumah. Hal ini wajar terjadi karena hampir seluruh aktivitas yang kita lakukan di luar rumah dan aktivitas yang dilakukan di rumah kebanyakan hanya untuk beristirahat mempersiapkan tenaga baru untuk kembali beraktivitas di tempat kerja atau sekolah keesokan harinya. Sehingga ketika ada kebijakan dari Pemerintah mengenai WFH terasa sulit dilakukan karena cenderung membosankan.

Bagi para investor saham di Pasar Modal yang menggunakan seluruh waktunya untuk berinvestasi, metode berkerja di rumah bukan lagi hal yang asing baginya. Karena dengan modal yang dimiliki, dia tidak perlu lagi datang ke kantor untuk berkerja. Proses jual dan beli saham bisa dilakukan secara online melalui aplikasi dari perusahaan sekuritas yang dia miliki atau dengan menghubungi pihak Sales  tanpa harus datang langsung ke perusahaan sekuritas untuk melakukan hal tersebut. Di rumah para investor dapat melakukan perkerjaannya seperti kegiatan menganalisa fundamental keuangan perusahaan serta jual dan beli saham.

Meskipun semua kegiatan sebagai Investor dapat dilakukan di rumah seperti anjuran Pemerintah untuk Work From Home (WFH) agar dapat memutus penyebaran virus Covid-19, tetap saja bidang perkerjaan ini menerima dampak buruk dari penyebaran virus Covid-19. Sejak pertama kali Indonesia diumumkan bahwa terdapat pasien yang positif virus Covid-19 oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan pada Senin 2 Maret 2020. 

Kasus pertama terjadi di Tanah Air Menimpa dua warga Depok, Jawa Barat. Imbasnya paska pengunguman tersebut Indeks Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan dan koreksi dalam sebanyak 30%. Year to Date. Banyak harga saham mengalami penurunan secara drastis dalam sehari disusul dengan aksi para investor secara massal menjual saham yang dimilikinya, hal ini membuat kondisi bursa saham Indonesia semakin melemah. Namun IHSG tak sendiri yang mengalami penurunan nilai acuan saham karena hal yang sama juga ikut dirasakan oleh hampir seluruh bursa di Asia akibat dari penyebaran virus Covid-19 pada saat ini.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar juga mengalami dampaknya. Tercatat pada tanggal 10/04 tahun ini nilai tukar Rupiah terhadap Dollar berada diangka Rp 15.880/ Dolar. Pada awal Maret Rupiah terhadap Dolar berada diposisi Rp 15.929/Dolar, hal ini jika diperhatikan hampir menginjak diharga Rp 16.000 menunjukan posisi yang sama pada krisis moneter pada tahun 1998. Menurut Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mangatakan bahwa "krisis yang terjadi pada tahun ini akibat dari penyebaran Covid -19 lebih kompleks dari krisis yang dialami pada tahun 1998 dan 2008 ini karena penyebabnya belum bisa ditahan".

Tercatat semenjak diumumkannya penyebaran Covid-19 di Indonesia pada awal bulan Maret 2020 menyebabkan angka IHSG semakin menurun. Sebanyak enam kali IHSG mengalami Trading Halt atau menyetop perdagangan saham setelah IHSG mengalami penurunan 5% dalam sehari, bila ini terjadi maka selama 30 menit kegiatan perdagangan saham dihentikan sementara. Hal ini dilakukan oleh pihak regulator untuk meredam  koreksi tajam terhadap IHSG. Banyak emiten yang mengalami penurunan harga saham, tercatat ada saham yang mengalami penurunan sebesar 83% akibat dari penyebaran Covid-19.

Pihak regulator bursa saham di Indonesia masing-masing telah mengeluarkan kebijakan untuk meredam segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada pasar saham. Bank Indonesia (BI) mengeluarkan jurus melawan Covid-19 dengan memberi stimulus moneter, Intervensi Pasar Spot, Pembelian Surat Berharga Negara (SBN), Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), turunkan Rasio Giro Wajib Minimum (GMW) Valuta Asing Bank Umum Konvensional dari 8 % jadi 4% dan GMW Rupiah sebesar  50Bps. Sedangkan kebijakan yang dilakukan BEI adalah mendukung Emiten Gelar Publik Expose Insidentil  untuk redam kepanikan, mengubah ketentuan Batasan Auto Rejection (ARB), OJK memperbolehkan seluruh emiten melakukan Buyback. Diharapkan kebijakan ini dapat menekan pelemahan IHSG ditengah wabah Covid-19.

Pasar saham saat ini memang sedang berada dalam kondisi ketidakpastian, penurunan yang terus menerus membuat para investor panik. Ada banyak investor yang menjual sahamnya  dengan harga jauh dibawah harga pada saat beli sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar. Sebenarnya kerugian seperti ini bisa dihindari jika kita mau menjadi investor yang bijak. Jika terdapat saham yang kita miliki mengalami penurunan yang cukup dalam karena dampak dari Covid-19, selama kita mengetahui bahwa fundamental keuangan perusahaan dalam keadaan baik kita tidak harus menjual saham tersebut, karena akan ada waktunya harga saham akan kembali ke posisi awal jika keadaan perekonomian kembali normal. Tapi secara praktek kebanyakan investor membeli sebuah saham hanya berdasarkan dari analisis orang lain atau hanya sekedar mengikuti tren yang ada, ketika banyak orang yang melakukan aksi  membeli saham tanpa mengetahui kondisi fundamental keuangan dari perusahaan tersebut, hal inilah yang memaksa investor harus menjual sahamnya dengan cepat jika terjadi krisis.

Saat ini diperlukan strategi yang tepat mengelola dana investasi kita agar tidak mengalami kerugian yang besar. Ada yang beranggapan bahwa krisis yang terjadi saat ini bisa dijadikan sebagai peluang untuk  mendapatkan saham berkualitas dengan harga yang murah, karena saat ini banyak saham yang mengalami penurunan. Dari sinilah kita harus mengambil keputuasan berdasarkan analisa pribadi. 

Bagi investor yang terbiasa melakukan keputusan berdasarkan saran dari orang lain, kalian memiliki waktu yang panjang untuk mempelajari cara menganalisa suatu perusahaan dan membuat keputusan yang tepat. Ketika kita telah mendapatkan saham yang baik maka kita harus memperhatikan dengan jeli waktu yang tepat untuk membeli saham tersebut. Meski saat ini banyak saham yang mengalami penurunan kita harus menganalisa apakah krisis ini masih akan berlangsung atau tidak, sebaiknya kita mengikuti nasihat untuk "jangan menangkap pisau yang jatuh" dimana meski mengalami penurunan ini bukan berarti kita harus dengan cepat membeli saham tersebut dengan jumlah besar karena akan berpotensi mengalami penurunan lebih dalam lagi. 

Langkah yang tepat adalah dengan membeli saham sedikit demi sedikit untuk meminimalisir risiko yang diterima, dari sinilah investor dituntut menyediakan dana yang banyak untuk memanfaatkan peluang yang ada. Ada banyak strategi lain yang bisa diterapkan pada saat krisis seperti ini jika investor mau menggunakan waktu luangnya untuk lebih dalam mempelajari mengenai pasar saham karena "Down Time is Preperation Time".

Jika kita sebagai warga negara mau mendengar dan melakukan seluruh himbauan dari Pemerintah untuk tetap dirumah dan memanfaatkan waktu luang untuk hal yang positif dan produktif maka penyebaran Covid-19 dan krisis ini akan cepat berlalu, dan kita akan hidup normal kembali sambil menikmati keuntungan dari kegiatan-kegiatan yang positif yang kita lakukan selama berdiam diri di rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun