Mohon tunggu...
Greismefing
Greismefing Mohon Tunggu... Penulis - Menjadi Investor

Jangan takut menulis apapun selagi hatimu senang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Lawan Pola Hidup Konsumtif dengan Investasi Aman untuk Masa Depan

29 Juli 2019   20:51 Diperbarui: 29 Juli 2019   20:50 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar. Pembangunan Infrastruktur (Sumber. Detik Finance

Investasi adalah hal yang harus kita perhatikan, karena kita tidak tahu akan seperti apa massa tua atau pensiun nanti. Salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan mengenai investasi adalah adalah kapan waktu yang tepat untuk investasi. Dari pengalaman berbagai investor  yang sudah sukses adalah kita harus memulai investasi diumur 20-30 tahun. Di rentang umur 20-30 tahun yaitu mereka kaum milenial sangat dianjurkan untuk investasi sedini mungkin bahkan ada yang menyarankan untuk memulai investasi di umur belasan tahun. Sesuai teori investasi waktu adalah modal terbaik untuk berinvestasi jadi semakin cepat memulai investasi maka semakin baik pertumbuhan nilai investasi yang kelak akan kita terima nanti.

Kaum milenial saat ini sangat identik dengan pola hidup hura-hura, konsumtif dan gaya hidup yang tinggi. Mereka menganggap dengan gaya hidup yang tinggi status sosial mereka akan terangkat di kalangan masyarakat, hal ini sangat wajar dimana sebuah gengsi menjadi tujuannya. Fenomena yang biasa kita lihat saat ini adalah tingkah laku kaum milinial di akun media sosial, dengan alasan suntuk di perkerjaan mereka rela membeli segelas kopi di kedai kopi terkenal lalu di posting di feed maupun instastory instagram  padahal mereka bisa menghemat sekian puluh ribu jika mereka mau membeli kopi sachetan di kantin dekat kantor mereka. Belum lagi hanya karna mengikuti trendi mereka dengan membabi buta membeli pakaian, sepatu atau tas padahal sandang yang mereka miliki sudah sangat cukup untuk dipakai sehari-sahari. Tapi jika disarankan untuk segera investasi mereka menjawab mereka tidak memiliki dana yang cukup besar untuk berinvestasi. Sebenarnya investasi sangat mudah jika kita mau menghentikan pola hidup konsumtif dengan pola hidup hemat. Jika pola hidup hemat sudah dilakukan maka kita bisa menyisihkan pendapatan kita untuk berinvestasi setiap bulannya.

Maraknya pemberitaan mengenai investasi bodong membuat kaum milinial mengurungkan niatnya untuk berinvestasi. Hal ini bisa dihindari jika para kaum milinial mau belajar mengenai cara memilih instrumen investasi yang aman. Saat ini instrumen investasi yang diawasi Pemerintah adalah investasi obigasi negara, reksa dana, logam mulia dan pasar saham. 

Dari setiap instrumen investasi yang ditawarkan ada hal menarik perhatian yaitu penerbitan obligasi negara, jika kita berinvestasi di obligasi negara dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN) itu artinya kita membantu Pemerintah dalam proses pembangunan infrastruktur maupun pendidikan di negara ini. Setiap bulannya Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko di bawah naungan Kementrian Keuangan Republik Indonesia menerbitkan Surat Berharga Negara dengan tingkat kupon yang besar.

Menurut para ahli investasi, SBN dapat menjadi pilihan untuk para kaum milinial yang ingin berinvestasi secara aman karena investasi ini memiliki risiko gagar bayar yang sangat kecil karena negara sangat bertanggung jawab mengembalikan dana yang telah di investasikan.

Berdasarkan data yang diperoleh  penjualan setiap SBN melebihi target yang telah ditetapkan, ketertarikan kaum milinial untuk berinvestasi di SBN selalu meningkat, dimana pada penerbitan SBR006 52,341% diantaranya merupakan investor baru  para generasi milineal. Ini merupakan hal yang sangat positif dimana generasi milinial mulai tertarik dengan berinvestasi di SBN. 

Perkerjaan yang sangat berat yang harus dilakukan Pemerintah untuk meyakinkan generasi milinial lainnya untuk mau berinvestasi di SBN. Makin banyaknya masyarakat dalam keterlibatan penerbitan SBN sangat membantu Pemerintah dalam proses pembangunan infrastruktur dan pendidikan karena secara otomatis Pemerintah dapat mengurangi tingkat  pinjaman utang luar negeri untuk mengatasi defisit Anggaran Biaya Pembelanjaan Negara (APBN) setiap tahunnya.

Saat ini semua elemen masyarakat dapat berkontribusi penuh terhadap setiap penerbitan SBN karena Pemerintah berkerja sama dengan banyak Mitra Distribusi (Midis) di sekitar kita untuk melayani masyarakat yang hendak membeli SBN dan meydiakan pembelian secara online.

Banyak jembatan, jalan raya, gedung sekolah dan pelayanan kesehatan yang telah dibangun melalui penerbitan SBN. Lalu apakah kita sudah berperan aktif membantu Pemerintah dalam proses pembangunan ? maukah kita meninggalkan pola hidup konsumtif agar kita bisa membantu Pemerintah dalam pembiayaan pembanngunan, karena hanya dengan minimal pemebelian satu juta rupiah kita dapat berkontribusi nyata dalam proses pembangunan negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun