Dalam beberapa tahun terakhir, cara orang berhubungan dan bersosialisasi telah berubah dua kali lipat. Ini cukup aneh karena kita hidup di dunia luas dan teknologi maju, menciptakan lebih banyak peluang bagi orang untuk mengembangkan hubungan mereka.Â
Sementara itu, sejumlah orang merasa lebih asing dari sebelumnya, meskipun akses terbuka tanpa batas melalui internet, media sosial, dan sarana komunikasi lainnya. Muncul pertanyaan tentang alasan di belakang kecenderungan masyarakat untuk bersosialisasi setiap saat? Artikel ini akan membahas sejumlah faktor yang mengarah ke situasi ini mulai dari celah teknologi hingga budaya dan tekanan ekonomi.
Teknologi: Penghubung yang Memisahkan
Teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan modern. Dengan munculnya smartphone, media sosial, dan aplikasi komunikasi, orang-orang kini dapat berkomunikasi kapan saja dan di mana saja. Namun, kemudahan ini sering kali menggantikan interaksi langsung dengan interaksi virtual yang kering.
Platform online, seperti media sosial, menciptakan kesan interkonektivitas abadi dengan orang lain. Namun, asosiasi ini mungkin amat kering atau "seadanya" terbatas pada "komentar-komentar pendek", "dukungan" atau catatan singkat.Â
Dalam kondisi-kondisi yang tertentu, komunikasi yang mendalam, petunjuk tindakan hati dan empati, semakin dilestarikan. Studi menunjukkan bahwa penggunaan platform sosial yang berlebihan dapat menyebabkan kesepian, depresi, dan kecemasan, yang justru menghambat individu untuk bersosialisasi dalam dunia nyata.
Teknologi juga berpengaruh pada kebiasaan sehari-hari. Satu pemandangan yang kini biasa adalah sekelompok orang duduk bersama, tapi setiap saat sibuk dengan handphone mereka. Momen ini tunjukkan bahwa teknologi, walau dibuat untuk menghubungkan, sering kali ciptakan jarak rasa antara orang.
sosialisasi. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak orang, terutama di negara-negara Barat, berpindah ke arah sifat sendiri. Budaya ini dorong kebebasan pribadi; ekspresi diri dan pencapaian individu namun sering kali abaikan nilai-nilai bersama dan kesatuan.
Perubahan adat juga ikut dalam turunnyaSelama beberapa tahun terakhir, banyak aktivitas sosial yang berfokus pada komunitas, seperti pertemuan keluarga yang lebih besar, kegiatan religius, atau acara kerja sama bersama, telah menjadi lebih jarang. Namun, norma-norma kultural telah berubah. Orang-orang sekarang lebih fokus pada mencapai tujuan pribadi mereka, yang mengurangi waktu untuk bersosialisasi.
Ketika keluarga menjadi lebih terpisah, interaksi antara keluarga juga berkurang. Hal ini disebabkan oleh perubahan dari struktur tradisional keluarga yang memiliki banyak anggota menjadi keluarga inti yang lebih kecil atau bahkan keluarga dengan orang tua tunggal. Interaksi antar generasi dulunya merupakan bagian penting dari sosialisasi.
Tekanan hidup dan gaya hidup modern bikin banyak orang makin susah punya waktu buat bersosialisasi. Kerjaan yang nggak habis-habis, lembur, sampai kerja sampingan buat nutup kebutuhan hidup sering banget menyita tenaga dan waktu. Ditambah lagi, budaya "hustle" yang terus-terusan nuntut kita buat produktif bikin orang gampang capek, jadi nggak sempat ketemu teman atau keluarga.