Kompasiana -Â Penikmat sepak bola Indonesia tentu sudah sangat paham bagaimana menyakitkannya ketika pemerintah turut campur tangan pada jalannya kompetisi Liga Indonesia tahun 2015 hingga dibekukan oleh FIFA.Â
Ancaman serupa juga sempat terngiang saat terjadi penolakan di level pemerintahan terhadap Timnas Israel pada Piala Dunia U-20 tahun 2023, yang untungnya mendapat "tukar guling" sebagai host Piala Dunia U-17 di tahun yang sama, tanpa adanya hukuman.
Intervensi pemerintah memang menjadi hal yang dilarang dalam dunia sepak bola di bawah payung FIFA. Segala permasalahan sepak bola yang hendak diekskalasikan, biasanya hanya punya satu ujung melalui CAS (Court of Arbitration for Sport) atau pengadilan arbitrase olahraga.
Namun berbeda dengan Barcelona pada kasus pendaftaran Dani Olmo dan Pau Victor bulan Januari ini, mereka memakai jasa Dewan Olahraga Spanyol, dan memenangkan banding atas putusan Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF)!Â
Meskipun sementara, dua pemain ini dipastikan bisa berlaga pada Final Supercopa de Espana melawan Real Madrid, Senin (13/1/2025) dini hari WIB. Sementara itu RFEF disebut akan melakukan upaya banding kembali atas pelanggaran dua pasal yang disangkakan pada Barcelona sebelumnya.
Intervensi pemerintah Spanyol sangat jelas pada kasus ini. Beberapa klub sudah menyatakan pendapat yang keras. Lalu bagaimana FIFA akan bertindak?
Kronologi Kasus Pendaftaran Dani Olmo dan Pau Victor
Baik Dani Olmo dan Pau Victor merupakan pembelian pemain Barcelona pada musim panas tahun lalu. Pau Victor (23 tahun) didatangkan terlebih dahulu dengan mahar 47 Miliar Rupiah dari Girona, sementara Dani Olmo (26 tahun) direkrut menjelang tutupnya jendela transfer seharga 956 Miliar Rupiah dari RB Leipzig.
Transfer ini sebenarnya menciptakan polemik, sebab Barcelona masih pada posisi belum sehat secara Financial Fair Play. Untuk neraca keuangan mereka, RFEF menyatakan bahwa pendaftaran kedua pemain ini masih harus ditunda hingga Barcelona bisa menambah sisi pemasukan.
Beberapa upaya dilakukan dengan menarik "tuas keuangan" lagi, yakni menjual atau menyewakan aset-aset klub kepada pihak luar untuk menambah pemasukan. Ikhtiar yang dilakukan manajemen Barcelona ini akhirnya membuat RFEF sedikit luluh dan mengijinkan dua nama tersebut untuk didaftarkan sementara ke Liga Spanyol, hingga akhir Desember 2024.
Inipun dengan beberapa syarat tambahan, termasuk dikeluarkannya Andreas Christensen dari skuad agar sisi pengeluaran gaji pemain bisa mengimbangi sisi pemasukan. Ini bisa dilakukan, karena memang Christensen kebetulan cedera hingga Desember 2024.
Namun hingga akhir Desember 2024 mendekati dibukanya jendela transfer musim dingin, ternyata Barcelona gagal memenuhi janjinya finansialnya. Tidak ada pemain yang dijual ataupun uang masuk sebelum deadline, akhirnya mereka mencoba melakukan banding pada RFEF untuk memperpanjang lagi pendaftaran kedua pemain tersebut.
Kali ini RFEF dua kali menolak permohonan tersebut, dan pada 1 Januari 2025 Dani Olmo serta Pau Victor resmi "out" dari list skuad Barcelona di mata RFEF dan La Liga.
Menjadi rumit, karena ada satu klausul lagi dalam peraturan Federasi yang melarang satu pemain didaftarkan dua kali oleh satu klub yang sama di satu musim berjalan. Jadilah ada dua aturan yang harus digugat Barcelona, dan mereka memilih menggunakan Dewan Olahraga Spanyol.
Langkah ini hanya menjadi wajar dari sisi timing, sebab jika dilakukan di CAS akan membutuhkan waktu lama seperti kasus Maarten Paes yang lalu.Â
Dewan Olahraga Spanyol-pun memberikan lampu hijau pada Barcelona untuk memainkan "sementara" Olmo dan Victor di Supercopa de Espana, beberapa jam sebelum laga semifinal melawan Athletic Bilbao.
Tanggapan Klub La Liga Terhadap Putusan Pemerintah Spanyol
Tentu putusan dari pemerintah Spanyol ini menjadi polemik yang menghasilkan pro dan kontra. Banyak klub La Liga yang secara lantang menentang putusan ini.
"Atletico de Madrid ingin menunjukkan keprihatinannya yang mendalam terhadap situasi yang terjadi di sepak bola Spanyol setelah resolusi yang diadopsi Rabu ini oleh Dewan Olahraga Nasional. Kami yakin bahwa keputusan ini membahayakan sistem saat ini dan mempertanyakan aturan mainnya. Hal ini membuka peluang untuk melanggar aturan dan membuat kesalahan serius di masa lalu. Tanpa aturan yang jelas dan setara untuk semua, tidak mungkin ada persaingan yang adil." tulis pernyataan Atletico Madrid dikutip dari Reuters.
Presiden klub Athletic Bilbao, yang timnya dikalahkan Blaugrana di semifinal kemarin, juga ikut berkomentar tentang hal ini sebagai bentuk pernyataan klub.
"Ini adalah tindakan sementara yang diambil oleh badan politik," kata Uriarte dikutip dari ESPN.com via tribunnews.com.
"Sekarang La Liga dan Federasi [Sepak Bola Spanyol] yang harus membela keputusan yang mereka ambil. ... Kami, klub-klub, diminta untuk berusaha untuk berkembang, membuat kompetisi kami lebih besar di satu sisi, dan di sisi lain berusaha untuk datang ke sini [Arab Saudi], ke negara yang jauh dari para penggemar kami, untuk memainkan pertandingan-pertandingan [Supercopa] ini, tetapi kemudian kami mengalami situasi-situasi jenis ini yang mengerikan," imbuhnya.
Pendapat yang sama juga dikirimkan klub papan bawah Las Palmas, yang melalui media sosialnya menuliskan bahwa putusan ini bisa berbahaya bagi sepak bola Spanyol.
"Resolusi yang dikeluarkan kemarin oleh Dewan Olahraga Tinggi (CSD) mengejutkan kami, dan dari UD Las Palmas kami menyatakan ketidaksetujuan kami sepenuhnya. Kami menganggap bahwa keputusan ini menimbulkan bahaya serius bagi integritas kompetisi dan menjadi preseden yang mengkhawatirkan yang dapat mengguncang fondasi sepak bola profesional di negara kami."Â
Lalu bagaimana dengan Real Madrid?
Musuh bebuyutan dan calon lawan Barcelona di partai Final Supercopa de Espana nanti ternyata diam seribu bahasa!
Carlo Ancelotti yang ditanyai perihal ini usai menang di laga semifinal melawan Real Mallorca tidak mau menjawab, kendati ia menambahkan mempunyai pendapat pribadinya.
Menambah panas situasi, Presiden La Liga Javier Tebas melemparkan pertanyaan sindiran kepada Real Madrid yang seakan bungkam dan mendukung peristiwa ini terjadi. "Di mana Real Madrid TV sekarang?"
Kini bola panas siap untuk ditendang kembali oleh RFEF dan La Liga, namun dengan banyak konsekuensi yang sifatnya bisa "merusak semua".Â
Langkah terbaik adalah dengan melakukan banding lagi kepada Mahkamah Pengadilan Spanyol, agar kasus ini tidak sampai menyinggung FIFA. Namun bila belum beres juga dan banyak klub masih melakukan protes, resiko besar harus siap diterima oleh seluruh elemen sepak bola Spanyol.
Bagaimana FIFA?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H