Minyak goreng, beras, shampoo, sabun, dan lain-lain disusun bak kios toko "lesehan" yang bisa memudahkan pembeli untuk melihat dagangannya.
Ada pula yang cukup well-prepare, dengan menambahkan atribut mic dan toa guna menjajakan dagangannya. Terdengar saling -bersaut, gaya "marketing S4" dari penjual barang elektronik dan sembako menambah keriuhan pasar yang sengaja menutup jalan utama di samping lapangan Boawae.
Banyak pedagang yang mengaku bakal bertahan di hari Kamis ini, hingga dagangannya habis terjual. Tentu mayoritas merupakan pedagang ikan dan sayur segar, yang berharap tidak membawa sisa apabila harus kembali ke daerahnya masing-masing. Sedangkan penjual sembako kemasan, masih bisa menjajakan dagangannya lagi pada Rabu depan.
Pasar Merupakan Pusat Kehidupan Masyarakat
Meskipun kini sudah dihimpit oleh kios maupun minimarket, nyatanya keberadaan pasar di semua daerah di Indonesia masih merupakan pusat kehidupan masyarakat.
Tidak hanya keperluan membeli dan menjual, Pasar Rabu Boawae juga bisa dijadikan momen bertegur sapa antar warga yang jarak rumahnya cukup jauh. Buka seminggu sekali, atensi masyarakat Boawae sangat besar bahkan hanya untuk sekedar mampir tanpa intensi untuk membeli.
Sekolah-sekolah di sekitar, dikabarkan juga ada yang memulangkan muridnya lebih cepat karena Pasar Rabu ini. Bukan tidak mementingkan pendidikan, tetapi momen penjual paling lengkap di daerah ini memang tersedia di hari pasar saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H