Seringnya Tuchel menggunakan satu penyerang tengah, setidaknya membuat persaingan Ollie Watkins dan Dominic Solanke akan tetap seru sebagai pelapis. Tidak seperti Lee Carsley, yang malah menepikan mereka dengan para false-nine, lewat dalil memanfaatkan surplus gelandang serang.
Tugas Berat Redam Ego dalam Level Kompetisi Domestik
Melatih tim seperti Inggris, yang selalu punya ekspektasi tinggi di setiap kejuaraan yang diikuti, tentu menjadi ujuan mental dari Thomas Tuchel. Ia harus bisa melewati raihan dua kali runner-up EURO (2020 dan 2024) dari pendahulunya Gareth Southgate, dengan sebuah trofi.
Tugas berat yang menantinya, yakni meredam ego para pemain Inggris yang terkenal cukup tinggi. Para pemain yang mendapat label "over-valued" karena bermain di Premier League, harus disatukan dalam satu visi guna benar-benar mewujudkan Football is Coming Home.
Belum lagi, level kompetisi klub-klub domestik sangat ketat dan bisa berakibat mindset persaingan dibawa hingga level Timnas. Jangan lupa juga, sosok Tuchel juga merupakan orang idealis yang tidak sungkan menyampaikan idenya secara frontal.
Dengan waktu bertemu (training camp) yang lebih singkat dibandingkan bersama klub, friksi-friksi ini mungkin bisa diminimlaisir dan kejeniusan Thomas Tuchel meracik strategi bisa dibuktikan secara utuh, tanpa intervensi yang ia dapatkan dari manajemen PSG, Chelsea, maupun Bayern Munchen.
Bagaimana fans The Three Lions dan Harry Kane, sudah siap menggapai mimpi meraih bintang kedua di atas badge Timnas Inggris?
Salam olahraga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H