Namun ketika melawan Thailand dan Korea Selatan, yang notabene satu kawasan Asia, serangan sayap Riski Afrisal dan Arly sangat mudah terbaca.
Coach Indra Sjafri juga sepertinya masih bernostalgia dengan strateginya dulu dengan era Evan Dimas, saat Maldini Pali dan Ilham Udin Armayn berada di posisi serupa Riski dan Arly.Â
Meskipun demikian, formasi dasar pada saat juara AFF Cu U-19 tahun 2013 tersebut berbeda dengan era sekarang. Jika sedekade lalu Coach Indra menggunakan 4-3-3, kini karena "terkontaminasi" strategi tiga bek Coach Shin Tae-yong, beliau merubah ke skema 3-4-2-1.
Strategi awal ini untungnya mempunyai back-up plan yang sangat jelas. Tampak buntu, maka Coach Inddra segera melakukan pergantian dengan memasukkan Figo Dennis dan M. Ragil di babak kedua, dan berganti formasi 3-5-2.
Inilah kekayaan yang dimiliki Timnas Indonesia U-20 saat ini. Jens Raven mampu menjadi striker tunggal, maupun berduet dengan Ragil sama baiknya. Pun demikian, lini tengah juga bertambah banyak lewat kedahiran Figo Dennis di sana.
Akhirnya, serangan sisi sayap lebih fokus menggunakan Dony Tri Pamungkas dan Alfharezzi Buffon yang tidak terlalu memaksakan menusuk. Umpan cut-back Doni Tri menjadi dua kreasinya atas gol pembuka Garuda Nusantara.
2. Efek Laga Perdana
Berikutnya, tentu hal yang mahfum dialami oleh tim unggulan dan tuan rumah adalah efek laga perdana. Bermain di hadapan ribuan suporter sendiri, rasa grogi pasti berkecamuk di benak pemain untuk menargetkan kemenangan di laga pertama Grup F ini.
Ketakutan jika tidak bisa mencetak gol, terlihat di babak pertama dengan beberapa timing yang kurang cermat dan koneksi yang kurang padu.
Beruntungnya, di babak kedua tembakan Aditya Warman merobohkan tembok grogi ini dan menebalkan rasa percaya diri satu tim, bahwa mereka bisa membobol gawang Maladewa.Â
Hingga akhirnya gelontoran gol mulai lancar terjadi, semakin ditunjukkan lewat keberhasilan striker Jens Raven menjadi pengisi nama papan skor.
3. Ketidakberuntungan di Depan Gawang
Faktor non-teknis berikutnya yang membuat sedikit frustasi di babak pertama, juga adanya ketidakberuntungan. Empat peluang emas didapatkan, namun tidak ada yang menjadi gol.