Nama Peter Frans Gontha, atau Peter Gontha mendadak viral di dunia sepak bola Indonesia dalam dua hari ini. Bukan tanpa sebab, sosok yang pernah menjadi Duta Besar Indonesia di Polandia ini mengeluarkan uneg-unegnya seputar naturalisasi. Momennya memang sedikit kurang tepat, karena muncul usai hasil apik Timnas Garuda.Â
Saran saya, maknai saja statementnya sebagai sebuah informasi.Â
Informasi penting untuk kita dapatkan, untuk melihat dari berbagai angle atau sudut pandang yang berbeda dari sebuah obyek. Apalagi jika membahas Naturalisasi, sebuah obyek besar yang pasti akan menimbulkan pro dan kontra. Satu paket.
Berbagai pihak sudah banyak mengeluarkan pendapatnya tentang naturalisasi yang masif dilakukan oleh PSSI untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Bukan hanya edisi "Timnas Cabang Belanda" saat ini, tetapi dari sedekade lalu di era Christian Gonzales dkk. Jadi, pro-kontra nya sudah dari lama, hanya saja, ada informasi yang baru.
Berikut adalah rangkuman INFORMASI yang didapatkan dari postingan Instagram Pak Peter Gontha, Rabu (11/9/2024) WIB, atau sehari setelah hasil imbang 1-1 antara Indonesia dan Australia.
1. Beliau mengaku cinta kepada PSSI dan bangsa Indonesia.
2. Beliau mengaku malu ada 9 pemain dari 11 strating line-up Timnas Indonesia adalah pemain naturalisasi.
3. Informasi diberikan beliau, perihal mengetahui bahwa naturalisasi yang dilakukan hanya bersifat sementara. Jika pemain tersebut tidak membela Timnas Indonesia lagi, maka akan kembali ke negara asalnya (bahasa yang tertulis "(mem)buang status WNI mereka"). Sebab, menurutnya pemain-pemain ini tidak akan membuang segala tunjangan dari negara asal. Â
4. Beliau berpendapat, lebih baik membina Timnas Indonesia dari sejad dini (SD) hingga dewasa. Apapun hasil yang didapatkan, beliau akan lebih bangga (bahasa yang tertulis, "lebih baik kalah dengan terhormat daripada menang atau seri dengan cara merendahkan martabat bangsa.")
Kolom komentar langsung ditutup oleh Pak Peter Gontha, kendati paham akan ada banyak pendapat yang berseberangan dengannya. Maka sekali lagi, saya mengharapkan kerisauan yang beliau berikan ini dapat dimaknai sebagai informasi untuk kebaikan sepak bola Indonesia ke depannya.
Siapa Peter F. Gontha?
Pertanyaan ini tentu akan reflek keluar di pihak yang tidak sependapat dengan informasi di atas. Saya pribadi menilai, Peter Gontha cukup kredibel dalam memberikan pandangan pribadinya, namun belum tentu benar secara absolut. Statement nya harus dimaknai dan dihargai dengan pandangan terbuka.
Peter F. Gontha, merupakan seorang pengusaha sukses yang pernah terlibat dalam pendirian beberapa perusahaan besar di Indonesia.Â
Sosok kelahiran Semarang, 4 Mei 1948 ini juga merupakan seorang yang visioner, karena ia telah banyak mendirikan perusahaan seperti Plaza Indonesia Realty (Grand Hyatt Jakarta), InterContinental Bali Resort, RCTI, SCTV, PT Chandra Asri Indonesia, PT Tri Polyta Indonesia, First Media, serta Indovision. (dikutip dari warnanusa.com)Â
Di dunia musik, Peter Gontha juga dikenal sebagai penggagas Jakarta International Java Jazz Festival. Festival jazz ini menjadi salah satu acara musik tahunan terbesar di dunia, yang bisa menarik musisi-musisi jazz terkenal dari berbagai belahan dunia untuk tampil di Jakarta.
Sebuah Informasi di Timing yang Sudah Diperkirakan
Memang kerisauan hati Pak Peter Gontha ini sangat berlawanan arus dengan euforia pendukung Timnas Indonesia setelah dua hasil imbang yang diperoleh melawan Arab Saudi dan Australia. Namun, mencoba memposisikan diri sebagai Peter Gontha, bisa saja ia mempostingnya setelah laga melawan Arab Saudi, bukan?
Bertanding di Jeddah pada Jumat (6/9/2024), skuad asuhan Coach Shin Tae-yong kala itu juga sama hanya diperkuat dua pemain non-naturalisasi sebagai starter-nya, yakni Rizky Ridho dan Witan Sulaeman. Tidak berburuk sangka, mungkin saja timing yang dilakukan Peter Gontha bermaksud tidak mengganggu persiapan Timnas Indonesia ketika melawan Australia.
Bola liar itu kini telah menggelinding, tentu akan ditanggapi secara beragam oleh para stakeholder sepak bola Tanah Air. Dari pihak PSSI melalui anggota Exco PSSI Arya Sinulingga , menyatakan cukup sedih dengan isu yang berhembus ini.
"Semuanya bersatu, rakyatnya mendukung bisa dilihat merah putih kita bisa berkibar rasa kebangsaan kita juga besar. Ada aja orang yang berusaha untuk mengurusinya dan dengan isu-isu," ujarnya dikutip dari republika.co.id.
Pendapat juga datang dari mantan pemain naturalisasi Christian Gonzales, yang pada saat laga Indonesia vs Australia berkumpul bersama para legend lainnya di tribun kehormatan. Dalam media sosialnya, El Loco mempunyai pandangan bahwa dirinya (sebagai pemain naturalisasi), juga ingin membuat bangga seluruh rakyat Indonesia.
"Saya di sini hanyalah pemain bola yang cinta negara ini dan ingin membuat bangga seluruh masyarakat Indonesia. Terimakasih untuk semua yang selalu support dan percaya dengan saya," kata El Loco, panggilan Cristian Gonzales di akun Instagramnya.
"Dan bermain dengan hati saat membela @timnasindonesia selalu saya berikan di setiap pertandingan," tambahnya.
Biarlah Waktu yang Benar-benar akan Menjawab
Sebagai pecinta bola yang netral untuk masalah naturalisasi ini, saya merasa tidak ada masalah sedikitpun terhadap argumen semua pihak. Pernyataan Peter Gontha merupakan kritik terbuka, yang tidak bisa menghapus proses naturalisasi.Â
Sedikit pergolakan, mungkin akan ada di diri para pemain naturalisasi. Jika informasi tersebut benar, mereka hanya tinggal membuktikan bahwa benar-benar ingin membela bangsa (seperti kata Gonzales), atau memang aji mumpung. Terkait apa yang mereka lakukan setelah pensiun bermain bola, bukan menjadi tanggung jawab penikmat bola lagi untuk menilai.
Sebagai contoh, Raphael Maitimo awal bulan ini muncul dalam sebuah wawancara. Pemain yang dinaturalisasi jelang AFF Cup 2012 ini sekarang memulai usahanya di Belanda. No offense, apapun yang dilakukan setelah selesai bermain bola, itu adalah haknya. Saya hanya mengingatnya sebagai pemain yang pernah berjuang membela bendera Merah-Putih.
Di sisi lain, banyak juga loh, orang Indonesia yang memilih pindah menjadi warga negara lain, tanpa memberikan sumbangsih apapun bagi Negara Indonesia. Menjadi rancu, kalau kita mengkritik pemain naturalisasi, sementara tidak kepada oknum-oknum tersebut.
Kemudian terkait masalah tunjangan, ini adalah hal yang harus juga menjadi otokritik kepada PSSI. Mereka sekarang tengah berbenah, jadi ditunggu saja formula mereka untuk melindungi masa tua para atlet sepakbola Indonesia. Lebih bagus lagi, nilainya bisa sebanding dengan nilai tunjangan yang dikatakan Pak Peter Gontha (tidak akan dibuang oleh pemain naturalisasi).
Ini tentu akan menjadi kenyamanan tersendiri bagi semua pemain Timnas Indonesia saat ini. Sebab selain bonus prestasi yang merata, jumlah tunjangan mereka di masa tua juga sebanding dengan pemain-pemain naturalisasi.
Terakhir adalah masalah pembinaan. Jujur, ini yang paling sulit dari semuanya. Maka dari itu, diperlukan kerelaan hati dan keterbukaan dari semua pihak untuk membuka tangan dan bekerja sama menyelesaikan masalah hilir ini. Biarlah waktu yang akan menjawab.
Perjalanan masih panjang bagi PSSI dan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Mari kita dukung dengan mindset positif dan kritik membangun, agar cita-cita besar bangsa menuju Piala Dunia bisa direalisasikan.
Salam olahraga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H