Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dilema Badai Cedera Sebagai Akibat Virus FIFA

12 September 2024   09:34 Diperbarui: 12 September 2024   09:34 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bench pemain cadangan Arsenal dan Manchester United era 2000-an, tidak bisa semewah Manchester City di era sekarang. Pada masa itu, pemain hanya mau pindah jika dipastikan menjadi pemain utama klub barunya.

Tren itu berubah sekarang ini. Dengan ada resiko cedera karena Virus FIFA, klub bermodal besar akan menambah pemain berkualitas meskipun mereka hanya akan menjadi penghangat bangku cadangan. Kalvin Phillips dan Julian Alvarez adalah contoh tepatnya.

Apakah itu salah? Tidak juga. Klub juga berpikir untuk tetap berprestasi di tengah resiko dari pihak eksternal (cedera kala membela Timnas). Dengan menjadi lebih Kapitalis lewat perekrutan pemain top, kestabilan prestasi akan terjaga, sehingga uang sponsor akan terus mengalir. Inilah buah yang didapatkan Manchester City dengan menguasai Premier League 10 tahun terakhir.

Sementara itu, klub-klub menengah dan papan bawah hanya menjadi lumbung padi yang siap dipanen. Sesekali mereka akan merangsek ke papan atas karena kualitas sepak bolanya, tetapi tawaran uang akan meruntuhkan kesetiaan pemain mereka.

Garis Tangan Suram Kompetisi Domestik

Selain klub bermodal besar, dengan adanya penambahan jadwal bagi pemain sepak bola, akan berdampak pada skala prioritas menghadapi musim kompetisi. Liga tetap menjadi yang utama, dengan prestasi tingkat regional (Champions League) menjadi fokus berikutnya.

Sedangkan kompetisi domestik lain, seperti Piala Carabao dan Piala FA bagi klub-klub Inggris, akan menjadi suram garis tangannya. Semua klub tidak akan sungkan lagi menurunkan pemain pelapis dan pemain junior di ajang ini. Barulah ketika menginjak fase akhir, semifinal atau final, para pemain inti akan bermain.

Ini sudah terjadi di beberapa musim terakhir. Seperti saat Liverpool menjadi juara Carabao Cup dua musim lalu, Jurgen Klopp setia dengan pemain-pemain mudanya yang disusupi satu-dua pemain senior saat kalahkan Chelsea di Final.

Klub naik-daun seperti Aston Villa, yang pemainnya juga banyak dipanggil Timnas, juga melakukan hal serupa. Ollie Watkins dan John McGinn bisa diistirahatkan di dua turnamen ini, begitu pula dengan kiper Emiliano Martinez. 

Sampai sekarang, pihak penyelenggara (Carabao Cup dan FA Cup) belum berteriak akan hal ini. Bagaimana jika mereka menuntut tim harus menurunkan mayoritas pemain inti? Atau membatasi hanya beberapa pemain akademi saja yang dimainkan? Bisa jadi runyam.

Pada awal musim depan, FIFA punya kalender baru Piala Dunia Antarklub yang punya skema kompetisi. Tidak tahu lagi, bagaimana lagi ini akan disikapi oleh klub-klub besar. Ada satu fakta, Cole Palmer dengan sengaja dicoret Chelsea dari ajang Conference League musim ini untuk menyambut turnamen tersebut loh!

Maka dari itu, akhirnya kolaborasi antara Timnas dengan klub juga harus terjalin dengan apik. Seperti saat Spanyol mengizinkan Dani Olmo balik cepat ke Catalan, Timnas juga tidak boleh pragmatis terhadap kepentingannya saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun