Gli Azzurri sukses menang back-to-back di ajang UEFA Nations League A Grup 2. Setelah menekuk tuan rumah Prancis, Selasa (10/9/2024) dini hari tadi Timnas Italia berhasil mengalahkan Israel 2-1. Apa rahasianya? Mungkin kejujuran Luciano Spalletti salah satunya.
Usai tampil melempem di EURO 2024,Allenatore Gli Azzurri pada konferensi pers jelang melawan Israel, diberi pertanyaan seputar kegagalan di EURO 2024 lalu dan implikasinya di masa mendatang. Sorotan memang diarahkan ke squadra Italia yang terkesan semenjana ini.
"Saya mendengar percakapan yang bertentangan tentang kami sebagai timnas. Saya selalu memulai dengan pikiran sendiri. Negara seperti Italia akan selalu memiliki 20 pemain untuk membentuk tim yang kuat. Itu adalah anggapan yang akan selalu ada, apapun zamannya," ujar Spalletti, dikutip Football Italia via detiksport.com.
"Anda harus pandai memahami momen, misalnya saat ini kami tak memiliki pemain berbakat secara teknis, kami tak memiliki Baggio, Del Piero, atau Totti. Tapi, kami punya banyak pemain yang tahu cara melakukan banyak hal berbeda, tahu cara beradaptasi. Ini sepak bola yang penuh perasaan dan pengorbanan."
Ada sedikit amarah dalam ungkapannya tersebut, mengingat pertanyaan itu datang ketika mereka akan bermain tandang melawan Israel, meskipun diadakan di tempat netral.
Akhirnya Spalletti dan anak asuhnya kembali memberikan bukti. Bermain di Arena Bozsik, Hungaria, Italia mencetak dua gol terlebih dahulu melalui Davide Frattesi menit 38' serta Moise Kean menit ke-62'. Israel baru bisa menipiskan angka melalui gol Muhammad Abu Fani di akhir laga.
Kemenangan tandang back-to-back atas Prancis dan Israel ini tentu sangat berarti bagi Timnas Italia. Mereka kini memuncaki Grup 2 dengan poin enam, diikuti oleh Prancis dan Belgia yang memperoleh tiga poin. Partai berikutnya adalah laga kandang melawan Belgia, yang akan kick-off pada 11 Oktober mendatang di Olimpico Roma.Â
Jalannya Laga Israel vs Italia
Luciano Spalletti tampak sudah menemukan pakem permainan dengan skema 3-5-1-1 yang dipertahankan pada laga ini. Kehilangan Riccardo Calafiori yang cedera ketika melawan Prancis bukan halangan, sebab stok pemain belakang masih melimpah dengan adanya Alessandro Buongiorno, Alessandro Bastoni, serta Federico Gatti.
Lini tengah juga kembali diperkuat Sandro Tonali, Davide Frattesi, dan pesona anyar Samuele Ricci dari klub Torino. Menggantikan Mateo Retegui sebagai attacante, Moise Kean bisa menunjukkan performa ciamik dan mengakhiri paceklik tiga tahun tidak mencetak gol bagi Timnas Italia.
Israel memulai laga dengan pertahanan yang sangat rapat, hingga sulit ditembus oleh pemain Italia di setengah jam pertama.
Akhirnya, Davide Frattesi membuka skor bagi Azzurri di menit 38'! Crossing dari rekannya sesama pemain Inter Milan, Federico Dimarco berhasil disontek untuk menggetarkan jala Israel yang dikawal kiper Yoav Gerafi.
Gol kedua baru bisa dibukukan oleh Moise Kean pada menit 62'! Giacomo Raspadori melepaskan tembakan yang masih bisa diantisipasi oleh Yoav Gerafi, namun Kean muncul untuk melanjutkan bola rebound.
Ini merupakan gol Moise Kean yang kelima bagi Timnas Italia. Data menunjukkan, pemain 24 tahun asal klub Fiorentina ini akhirnya memecahkan kebuntuannya selama tiga tahun terakhir. Sebelumnya, ia mencetak gol pada 8 September 2021 saat Italia menang 5-0 atas Lithuania di kualifikasi Piala Dunia 2022.
Tuan rumah Israel akhirnya bisa memperkecil ketertinggalan melalui Muhammad Abu Fani di menit 90'! Lewat skema set-piece, umpan sundulan Raz Shlomo sukses dimanfaatkan pemain pengganti ini untuk menaklukkan Gianlugi Donnarumma.
Kejujuran Luciano Spalletti
Mengutip kembali pernyataan Spalletti bahwa Italia kini tak memiliki pemain kaliber Roberto Baggio, Alessandro Del Piero, dan Francesco Totti, memang benar adanya. Regenerasi pemain berkualitas di Italia terkesan mandek, bukan hanya pemain depan, namun di semua sisi lapangan.
Tiga puluh pemain yang kerap dipanggil masuk ke pemusatan latihan, juga terkesan itu-itu saja, dengan mayoritas pemain berstatus medioker. Mungkin hanya Gianluigi Donnarumma, Alessandro Bastoni, dan Nicolo Barrella yang bisa dikatakan pemain top.
Mengapa penting bagi Luciano Spalletti mengatakan hal di atas? Tak lain adalah ekspektasi dari para fans Gli Azzurri yang masih menganggap mereka mempunyai skuad seperti periode 1980-2000an.Â
Bahkan di Indonesia saja, masih banyak orang menjagokan Italia di setiap event, tanpa melihat kualitas pemain yang dimiliki. Klaim mereka biasanya kalau tidak karena pertahanan gerendel, Gli Azzurri selalu disangka memiliki mojo atau magis di setiap kompetisi. Padahal, hanya Jorginho saja yang sukses meraih Champions League dalam 13 tahun terakhir!
Italia memang berhasil menjadi juara di EURO 2020 lalu, tetapi skuad asuhan Roberto Mancini kala itu juga sedang dekat-dekatnya dengan dewi fortuna. Federico Chiesa dan Barella yang digadang bakal menjadi pemain hebat juga tidak beranjak hingga saat ini.
Selain untuk mengingatkan para pendukung, Spalletti juga berharap bisa membakar semangat anak asuhnya untuk menyaingi pencapaian para pendahulunya. Sandro Tonali dkk harus bisa melupakan kegagalan di EURO 2024 lalu, sebab ada UEFA Nations League dan Kualifikasi Piala Dunia 2026 di depan mata.
Untuk gelaran Piala Dunia, Gli Azzurri bahkan sudah absen dalam dua pagelaran sebelumnya! Fokus dalam pembentukan tim jangka panjang menjadi pekerjaan rumah terbesar Luciano Spalletti.Â
Berbekal kejujurannya ini, mampukah Luciano Spalletti menggugah Timnas Italia menjadi lebih baik lagi? Semoga.
Salam olahragaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H