Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Catat, Pergerakan Tanpa Bola Lebih Penting Dibandingkan Skill Individu Pemain Sepak Bola!

3 September 2024   12:20 Diperbarui: 3 September 2024   12:39 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pergerakan tanpa bola bisa meliputi tiga hal penting. Pertama adalah segi fisikal, yakni stamina dalam berlari. Poin inilah yang menjadi salah satu konsen dari Coach Shin Tae-yong dalam memilih para pemain yang diboyongnya masuk ke dalam Timnas Indonesia. Angka VO2max kini ngetren menjadi patokan untuk menilai sisi ini.

Hal kedua adalah screening, di mana pemain dituntut untuk melihat kondisi sekitar ketika tidak menguasai bola. Kemampuan ini mewajibkan pemain untuk memiliki visi, serta melihat lapangan dari dimensi mata elang di atas lapangan. Pemahaman taktik dan IQ sepak bola yang baik menjadi faktor utamanya.

Ketiga, adalah proaktif. Baik dalam menyerang atau bertahan, egosentris dalam diri pemain akan diuji pada poin ini. Kemauan untuk turun menutup ruang saat bertahan, sekalipun bukan pemain tersebut yang kehilangan bola, seharusnya sudah menjadi kewajiban.

Begitu pula ketika menyerang, pergerakan melakukan decoy (pengalihan) meskipun tak berujung mendapat bola, sama pentingnya dengan upaya membuka ruang untuk mencetak gol. Semua dilakukan dalam sebuah kode kasat mata, yang dipelajari dalam strategi pertandingan. 

Jika berjalan dengan baik, maka penonton bisa merasakan adrenalin besar akan terjadi sebuah momen penting. Tetapi jika tidak seirama, pemain yang proaktif itu hanya akan merasakan letih karena merasa berjuang sendirian. Kira-kira seperti itulah perasaan para pemain Setan Merah akhir pekan lalu.

Jadi, persis seperti kata Johan Cruyyf, bukan? Sepak bola seharusnya mudah, tetapi bermain mudah itu sulit sekali.

Bermain Juga dengan Otak, Bukan dengan Otot Saja

Frasa di atas tentu sering terngiang maupun terucap oleh para fans sepak bola. Bukan hanya merupakan luapan kekesalan, lho, karena hal itu sudah menjadi sebuah tuntutan.

Di era sepak bola sekarang ini, dengan segala khazanah yang menyelimutinya, dituntut pemahaman yang tinggi dalam strategi permainan itu sendiri. Kalau mau sekedar unjuk skill atau kuat-kuatan adu lari saja, lebih baik ambil cabang olahraga individu, deh.

Dengan segala respek kepada Timnas U-20 yang berlaga di Seoul Earth on Us Cup 2024 kemarin, laga melawan Korea Selatan di babak pertama menjadi contoh terbaiknya. Di babak kedua Garuda Muda sudah jauh lebih baik dalam bermain.

Menganalogikan kesepuluh pemain yang terlibat aktif di lapangan (kecuali kiper), bisa diibaratkan sepuluh jari tangan kita. Nah, pergerakan pemain Garuda Muda di babak pertama, itu seperti hanya ada dua jari di satu sisi tangan saja yang bergerak. Delapan lainnya hanya diam di tempat. Jelas akan kesusahan dalam membaca serangan maupun mengalirkan bola.  

Ini berkebalikan dengan Korea Selatan, yang sebenarnya secara basic-skill tidak unggul-unggul amat dibanding pemain Indonesia. Mereka mampu mengejawantahkan strategi pelatih, dengan pergerakan tanpa bola yang kompak. Sehingga, bisa membuat perangkap bagi pemain Indonesia agar tak nyaman menguasai bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun