Ia sempat mendapatkan motivasi untuk bangkit di sesi terakhir, dengan mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa ia telah memenangi 5 Wimbledon sebelumnya.
Sementara lawan yang dihadapinya, Rafael Nadal, baru saja menjuarai turnamen French Open 2008 dengan mengalahkan dirinya dua set langsung. Federer sadar, meski ia sudah mencoba bangkit, lawannya sedang dalam performa yang sangat tangguh.
Akhirnya final ini dimenangi oleh Nadal, dan Federer memetik pelajaran yang sangat berharga dalam kariernya. Akan ada orang yang "lebih lapar" darinya di suat waktu, dan sosok itu adalah Rafael Nadal.
Akibat kekalahan itu Roger Federer kehilangan ranking teratas di ATP Men Ranking, dan Nadal bisa meneruskan performa gemilangnya.
Apa yang harus dilakukan? Federer hanya bisa terus bekerja dan terus berkompetisi. Sebab di dalam tenis, perfection is impossible. Â
Sebuah pidato kehidupan singkat dan sarat makna dari salah satu petenis putra terbaik sepanjang masa. Roger Federer tak ada bedanya dengan kita, memiliki hobi, mimpi dan ia memilih hidup di dalamnya.Â
Terkadang ia pun harus mengakui kekalahan dengan orang yang memang lebih lapar, namun kebangkitan menjadi salah satu talenta untuk mengembalikannya ke puncak beserta satu talenta lain, kerja keras.
Sebab, Effortless is a myth!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H