Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://gregsatria31.blogspot.com/

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Final EURO 2024, La Roja Memang Spesial, Tapi Inggris Punya Pengalaman Kalah

14 Juli 2024   07:02 Diperbarui: 14 Juli 2024   07:55 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar poster final Euro 2024.(Instagram via kompas.com)

Apresiasi setinggi langit memang layak diberikan kepada La Furia Roja Spanyol di EURO 2024 Jerman. Enam laga dibabat habis dengan kemenangan, dan kini menyisakan lawan pragmatis di ujung jalan, The Three Lions. Hanya satu hal yang Spanyol kurang miliki dibanding Timnas Inggris, yakni getirnya kalah di Final.

Tiga tahun lalu, EURO 2021 yang digelar di London, hampir saja menjadi perwujudan chant "Football is coming home" dari para fans Inggris. Negara yang "mengaku" sebagai pencetus olahraga sepakbola ini melakoni partai Final versus Italia di Wembley, 12 Juli 2021.

Luke Shaw langsung membuka keunggulan Inggris menit ke-2' lewat sontekan di depan gawang Gianluigi Donnarumma. Namun sayang, menit 67' Leonardo Bonucci bisa samakan kedudukan dalam momen set-piece. Laga pun berlanjut hingga extra-time dan akhirnya adu penalti.

Di kubu Italia, Jorginho dan Andrea Belotti gagal menaklukkan Jordan Pickford. Namun sayang bagi The Three Lions, eksekusi Marcus Rashford, Jadon Sancho dan Bukayo Saka berturut-turut gagal sejak penendang ketiga. Italia pun berhak mengangkat trofi supremasi negara terbaik Eropa

Pahitnya kekalahan ini, adalah guru yang lebih besar dari apapun. Mayoritas tim utama Inggris yang menjadi pemain reguler saat ini, merasakannya bersama tim kepelatihan Gareth Southgate. Pickford, Aaron Ramsdale, Kyle Walker, John Stones, Luke Shaw, Declan Rice, Bukayo Saka, Kieran Trippier, Jude Bellingham dan Harry Kane ada di lapangan Wembley saat itu.

Pada Senin (15/7/2024) dini hari WIB nanti, Stadion Olimpiade Berlin akan menjadi saksi. Apakah La Roja di bawah juru taktik Luis De La Fuente mampu menambah menjadi empat gelar Piala Eropa bagi Spanyol? 

Atau, jagoan saya, The Three Lions yang akan pecah telur di bawah asuhan Gareth Southgate?

Timnas Spanyol yang (Hampir) Sempurna

Luis De La Fuente telah membuktikan semua ucapannya sebelum EURO 2024 digelar, menjadi kenyataan. Kala banyak pihak menjagokan tuan rumah Jerman, Prancis, Inggris dan Portugal sebagai kandidat terkuat juara, ia protes dan berkata Spanyol juga layak di posisi tersebut.

Tentu mayoritas akan skeptis. Bagaimana bisa tim yang tidak mempunyai pemain kaliber bintang akan melangkah jauh di EURO 2024? Masuk semifinal saja sudah prestasi besar bagi Spanyol.

Namun ternyata, sejak laga pertama digelar, La Furia Roja tak hentinya menunjukkan "keseksian" sepakbola Andalusia.

Kroasia dan petahana Piala Eropa, Italia, dibabat di fase grup. Kuda hitam Georgia "diberi paham" pada fase 16 besar. Selanjutnya tuan rumah Jerman ditekuk di perempatfinal, hingga Prancis dengan Kylian Mbappe-nya harus bertekuk lutut di laga semifinal. Semua lawan berat sudah dikalahkan Spanyol!

Jika menang atas Inggris di Final nanti, kita akan melihat sebuah tim yang benar-benar sempurna di gelaran turnamen sepakbola besar, Piala Eropa dan Piala Dunia. Sebelumnya saya tidak pernah mendapati hal seperti ini. Masalahnya, apakah mungkin?

Kita bicara tentang kekuatan La Roja, tentu soliditas dan chemistry yang terbangun di tim ini telah dikondisikan dengan baik oleh De La Fuente. Ia memang bukanlah pelatih kawakan di klub, namun De La Fuente sering membaktikan kariernya sebagai pelatih Tim Junior Spanyol.

Hampir semua pemain Spanyol yang ada di skuad, pernah merasakan tangan dinginnya di level junior. Kedekatan yang lekat inilah menjadi penghubung yang baik antara strategi dan skill di lapangan.

Menghadapi Final nanti, tidak ada kendala berarti di skuad Spanyol. Cedera memang sudah menutup partisipasi Pedri dan Ayoze Perez sejak beberapa hari lalu, namun Dani Carvajal dan Robin Le Normand sudah kembali dari skorsingnya.

Sorotan tentu akan tertuju pada Lamine Yamal yang berulang tahun sehari sebelum laga Final. Penampilan apiknya kala melawan Prancis diharapkan terulang, sehingga membuka ruang bagi rekan-rekan yang lain mencetak angka. 

Terutama bagi Dani Olmo, yang sudah cetak 3 gol dan nanti akan bersaing langsung dengan Harry Kane sebagai peraih sepatu emas atau topskorer.

Memang akan sangat manis bagi Spanyol jika meraih kesempurnaan dengan juara, plus para pemainnya seperti Olmo, Rodri dan Lamine Yamal mendapat gelar individual terbaik. Tapi apa mungkin hidup seindah itu?

Timnas Inggris, Underdog dan Pengalaman Kalah

Hampir tidak ada hal istimewa yang bisa dibicarakan mengenai pola permainan Inggris sejak fase grup hingga semifinal. Bermain kaku dan pragmatis, mereka bisa lewati fase grup yang berisikan Denmark, Slovenia dan Serbia.

Harry Kane dkk bahkan hampir kalah melawan Slovakia di babak 16 besar, beruntung gol akrobatik Jude Bellingham membawa ke babak extra time. Harry Kane-pun bisa tuntaskan laga dengan gol pamungkasnya. Inggris 2, Slovakia 1.

Di perempatfinal, Inggris mengahalahkan Swiss lewat drama adu penalti. Pada momen sebelum adu tendangan, tertangkap kamera bahwa botol Jordan Pickford telah ditempel stiker yang menunjukkan arah tendangan seluruh pemain Swiss! 

Dan akhirnya "kejutan" mereka berikan di semifinal. Diprediksikan kalah oleh Belanda, mereka bisa melakukan comeback dan menang 2-1. Peningkatan performa tim cukup terasa di laga ini, karena bisa mendominasi ball-possesion sebanyak 60%.

Jadi, pantaslah Inggris dicap sebagai underdog pada laga akbar melawan Spanyol, Senin dini hari nanti. Secara permainan mereka memang tidak sebaik Spanyol, lolos ke Final pun harus tertatih-tatih hingga lewati satu momen adu penalti.

Tetapi saya sudah sebut di awal artikel, kesiapan dan pengalaman tim yang pernah kalah, adalah amunisi terbaik Timnas Inggris. Persiapan akan mereka berikan hingga detail-detailnya.

Dari beberapa Final kejuaraan sepakbola, sering saya lihat tim yang pernah kalah di Final, sukses juara usai dapatkan kesempatan berikutnya.

Argentina juara dunia 2022 usai kalah di Final Piala Dunia 2014 lawan Jerman. Di level klub, ada Chelsea, Liverpool dan Manchester City yang bisa menjadi juara Champions League (UCL) usai kalah di partai final beberapa tahun sebelumnya. 

Mungkin sebagai catatan khusus, hanya Atletico Madrid dan Juventus yang "jatuh dua kali" di Final UCL, itupun karena harus melawan Real Madrid di laga Final. 

Lantas apa kekuatan "pengalaman kalah" ini? Jelas, motivasi! Timnas Inggris akan termotivasi membalas kekalahan atas Italia di Final EURO 2021 lalu. Mau 90' menit, extra-time ataupun adu penalti, mereka sekarang sudah siapkan skenarionya bersama Gareth Southgate. Sekalipun akan semakin pragmatis!

Satu yang menjadi lawan mereka, adalah rekor 22 tahun klub dan Timnas Spanyol selalu berhasil menang di partai Final. Terakhir kali tim Spanyol kalah di partai Final, adalah Final UEFA Cup musim 2001, saat Deportivo Alaves ditaklukkan Liverpool 4-5 di Signal Iduna Park, Jerman.

Akankah Jerman kembali menjadi tempat berpesta wakil The Three Lions? Bisa Jadi.

Prediksi Jalannya Pertandingan

Luis De La Fuente akan kembali memainkan formasi 4-3-3 dengan kecepatan dua winger, Lamine Yamal dan Nico Williams sebagai pendobrak pertahanan Inggris.

Sedangkan Timnas Inggris akan melakukan reactive-football, dalam skema 3-4-2-1. Dimana Southgate kali ini bisa saja mempercayakan sisi kiri ditempati Luke Shaw yang sudah fit dari cedera.

Jika diturunkan, Shaw akan memberikan Inggris ketenangan dalam head-to-head melawan Yamal dibandingkan Kieran Trippier. Pemain Manchester United ini juga bisa memutar ulang memorinya dengan gol cepat di Final EURO 2021 lalu.

Jude Bellingham dan Rodri, akan saling bertarung di lini tengah, menentukan siapa yang paling baik. Tidak hanya di turnamen ini, tetapi bisa juga di Eropa dan bahkan mempengaruhi hasil Ballon d'Or tahun 2024.

Pesaing mereka Vinicius Jr, telah menjadi pesakitan usai Brasil gagal di Copa America 2024.

Pemain Spanyol yang pernah berlaga di Premier League, seperti Rodri, Marc Cucurella dan Alvaro Morata, pasti paham setiap kemampuan pemain Inggris. Mungkin mereka memberikan masukan kepada De La Fuente, untuk tidak terlalu gegabah dalam menyerang.

Kondisi counter-attack inilah yang akan diincar oleh Phil Foden dan Bukayo Saka di sisi sayap kanan. 

Harry Kane kembali akan memenuhi lini tengah di garis kekuasaan Rodri, sehingga serangan Inggris akan compact dalam diameter yang kecil. Adu skill individual akan terlihat dalam memecah jarak antar pemain yang relatif berdekatan.

Prediksi saya, ada kemungkinan Inggris bisa menunaikan chant "Football is coming home" dan membawa pulang Piala Eropa. Apapun caranya dan bahkan bisa sampai adu penalti.

Namun jika Spanyol juara, saya harus angkat topi setinggi-tingginya terhadap kesempuraan yang sudah dihadirkan Luis De La Fuente.

Salam olahraga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun