"Lamine Yamal adalah pemain yang sangat muda, dia punya talenta yang hanya dimiliki oleh segelintir pemain. Akan tetapi, ketika level performa dia menurun, kritik yang menerpanya datang dengan sangat tajam. Jadi, kami berusaha untuk mengedukasi dia,"Â jelas de la Fuente dikutip dari goal.com (15/6/24).
Sebelum melawan Prancis di babak semifinal, De La Fuente kembali memberikan kritik terbuka bagi Yamal yang dirasa masih sering terlalu lama menggiring bola.
"Anda tidak selalu bisa bermain dengan kecepatan 100 mil per jam. Speed dan tenaga tanpa kendali tidak ada gunanya. Anda harus menguasai kecepatan dan mengontrol permainan," kata Fuente, dikutip dari Football Espana via detiksports.com.
Sudah jelas, di Barcelona dan Timnas Spanyol, Lamine Yamal kini mendapatkan lingkungan yang sangat suportif. Dengan talentanya, ia juga tidak pernah digadang-gadang sebagai "calon pemain terbaik dunia" seperti cap yang diberikan pada Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi dari negaranya.
Dukungan juga diberikan bintang Manchester City, Rodri, sebelum laga Final nanti. Ia memberikan pengakuan bahwa sifat ingin terus belajar dari Yamal-lah yang akan melanggengkan kariernya ke depan.
"Dalam diri Lamine saya melihat seorang anak laki-laki dengan keinginan untuk menang secara kolektif, bersikap suportif, dan tidak untuk terlalu percaya diri. Dan, dengan kemampuan ini, Anda memiliki segalanya untuk menjadi yang terbaik di tahun-tahun mendatang,"Â ujarnya dikutip detiksports.com.Â
Apapun Hasilnya, Yamal Sudah Buktikan Ia Remaja Hebat
Detik-detik menjelang Final tentu akan membuat Yamal beremeretak gigi. Seluruh dunia akan menyorot langkahnya masuk ke Stadion Olimpiade Berlin. Penting baginya untuk tetap menjadi diri sendiri dan berusaha memberikan yang terbaik di lapangan.
Di sisi kanan, ia akan terlibat head-to-head dengan Kierran Tripper sejak babak pertama. Memungkinkan juga bagi pelatih Inggris Gareth Southgate merotasi Trippier dengan Luke Shaw, seperti yang ditunjukkan pada babak kedua melawan Swiss dan Belanda.
Namun, sorotan kamera tentu akan close-up memantau pergerakan Yamal dan Jude Bellingham. Komparasi yang tepat, sebab selain bertemu di laga puncak nanti, keduanya juga sudah menjadi mercusuar El Classico, Barcelona versus Real Madrid.
Timnas Inggris dengan pengalamannya kalah di EURO 2021, bisa menjadi batu sandungan terbesar bagi rentetan winning-streak La Furia Roja. Publik Spanyol dan fans tak akan henti mendukung, hingga Yamal raih kado ulang tahunnya berupa trofi Henry Delaunay.
Tapi, jika hasil akhir ternyata tidak sesuai harapan, Lamine Yamal tidak perlu berkecil hati. Ia sudah membuktikan diri menjadi remaja hebat di gelaran EURO 2024. Gol indahnya saat melawan Prancis bisa jadi akan terus dikenang hingga sedekade ke depan.