Niat hati bisa berprestasi kala menggelar Copa America 2024, Timnas Amerika Serikat (USA) justru harus tersingkir lebih dini di fase grup. Setali tiga uang, tetangga mereka Meksiko juga harus pulang lebih cepat sejak kemarin. Menjadi sebuah wake up call bagi duo negara Amerika Utara ini, sebab tahun 2026 merekalah tuan rumah Piala Dunia bersama Kanada.
Meksiko terlebih dahulu dipastikan gugur, usai bermain imbang 0-0 melawan Ekuador di matchday 3 Grup B (1/7/2024). Hasil ini memastikan Los Tricolores harus puas di peringkat 3 dengan empat poin, kalah selisih gol dibandingkan Ekuador yang punya poin sama. Venezuela menjadi pemuncak Grup B seusai sapu bersih semua partai dengan kemenangan.
Di Grup C, USA yang harus meladeni lawan kuat Uruguay di Arrowhead Stadium, Selasa (2/7/2024) pagi WIB, menelan kekalahan 0-1 via gol tunggal Mathias Olivera. Sempat memberi banyak tekanan kepada La Celesete di babak pertama, menit 66' gawang Matt Turner akhirnya jebol lewat sebuah kemelut di depan gawang.
Timnas USA menutup fase grup dengan peroleh tiga poin, kalah dibandingkan Uruguay (9 poin) dan Panama (6 poin). Gregg Berhalter sang pelatih, harus siap mendapat kritik tajam dari para pendukungnya.
Bagaimana jalannya pertandingan USA vs Uruguay? Serta apa saja faktor yang menyebabkan tersingkirnya USA dan Meksiko? Mari kita bahas.
Jalannya Laga USA vs Uruguay
Gregg Berhalter hanya punya satu opsi menyikapi absennya Timothy Weah karena kartu merah saat melawan Panama (28/6/2024). Formasi tetap dipertahankan 4-3-3, dengan eks kiper Arsenal Matt Turner menjadi kiper andalan. Joe Scally, Chris Richards, Tim Ream serta Antonee Robinson tak tergantikan sebagai kuarter bek sejak matchday pertama.
Yunus Musah masuk sebagai pengganti Tim Weah, mengisi lini tengah bersama Weston McKennie dan Tyler Adams. Sebagai pengisi posisi Weah, Pulisic digeser ke sayap kanan sementara Gio Reyna bertugas sebagai winger kiri. Keduanya menopang Folarin Balogun sang striker utama.
Sementara Uruguay asuhan Marcelo Bielsa, membuat banyak orang kernyitkan dahi karena punya misi menghabisi USA di laga ini alih-alih mengistirahatkan pemain utamanya. Sergio Rochet, Ronald Araujo, Federico Valverde, Manuel Ugarte serta Darwin Nunez menjadi starter pada laga pagi tadi.Â
Uruguay memang bisa saja tidak lolos jika kalah melawan USA dan Panama menang atas Bolivia. Tetapi butuh skor telak di dua momen tersebut untuk mengalahkan selisih 7 gol keunggulan La Celeste.
Di babak pertama USA bisa pegang kendali dengan organisasi permainan yang rapi, namun di sepertiga pertahanan Uruguay, Ronald Araujo dkk sama sekali tak memberi ruang Pulisic dan Balogun untuk masuk.
Saat butuh menang, nasib sial malah menimpa Timnas USA menit 41'. Striker Folarin Balogin alami cedera kaki, sehingga harus digantikan oleh Ricardo Pepi. Keluarnya Balogun sangat berpengaruh terhadap permainan USA di sisa laga.
Ini terlihat dengan semakin emningkatnya intensitas serangan Uruguay di babak kedua. De La Cruz serta Darwin Nunez beberapa kali lakukan kerjasama untuk membongkar pertahanan USA, akhirnya bisa terwujud melalui skema set piece.
Menit 66', sontekan bek Mathias Olivera berikan "pukulan KO" kepada sang tuan rumah! Berawal dari tendangan bebas De La Cruz di sisi kanan, Ronald Araujo berhasil melompat tinggi dan menyundul keras ke gawang USA. Matt Turner dengan sigap menepis bola, namun malang second ball berada di jalur lari Mathias Olivera yang tinggal menyonteknya masuk.
VAR sempat melakukan tinjauan, namun diputuskan gol bek Napoli ini adalah sah.
Hingga sisa laga, Christian Pulisic dkk tidak mampu berikan ancaman berarti ke gawang Sergio Rochet. Marcelo Bielsa juga bermain aman dengan memasukkan Rodrigo Bentancur serta Luis Suarez untuk mempertahankan intensitas permainan.
Kartu Merah Timothy Weah dan Dangkalnya Skuad USA
Sebuah tindakan naif dilakukan Timothy Weah saat pertandingan matchday 2 antara USA melawan Panama. Laga baru berjalan 18' menit, ia sudah terprovokasi dan menyikut wajah pemain Panama Roderick Miller. Kartu merah langsung diberikan setelah VAR memotret kejadian ini.
Meskipun mampu kuasai sisa laga hanya dengan 10 orang, Timnas USA harus kalah 1-2 melawan Panama di laga itu. Nasib merekapun akan ditentukan matchday akhir melawan Uruguay. Sementara Panama, di atas kertas bergembira karena laga terakhir mereka hanyalah melawan tim terlemah, Bolivia.
Suratan takdir buruk tak dapat disanggah. Melawan Uruguay, USA tak mampu kembangkan permainan tanpa adanya Weah dan cederanya Balogun di babak pertama.Â
Dangkalnya Skuad USA menjadi masalah utama Gregg Berhalter di turnamen Copa America 2024. Para pemain pengganti tidak punya kualitas sepadan Weah, Pulisic, Balogun maupun Gio Reyna.Â
Ricardo Pepi, Josh Sargent dan Haji Wright tak mampu berbuat banyak setiap kali diturunkan. Ketergantungan dengan skuad utama menjadi biang kerok kegagalan Timnas USA.
Lalu apa solusinya? USA harus bisa memberikan jam terbang kepada pemain-pemain cadangan di atas, untuk ikut merasakan menjadi bagian tim inti! Masih ada waktu dua tahun sebelum Piala Dunia 2026 digelar. Tanpa mengikuti babak kualifikasi karena berstatus tuan rumah, USA harus pintar-pintar memilih lawan tanding persahabatan.
Bahkan tidak mengherankan juga, jika akan terjadi perubahan nahkoda kapal Timnas USA.Â
Ketergantungan Meksiko Kepada Kapten Edson Alvarez
Sementara di kubu Meksiko, para pemain seperti masih terpukul atas cedera hamstring parah yang menimpa sang kapten Edson Alvarez di laga pembuka. Pemain West Ham sudahi kompetisi ini lebih cepat dengan deraian air mata di tengah laga Meksiko versus Jamaika (23/6/2024).
Timnas Meksico asuhan Jaime Lozano sebenarnya punya skuad yang cukup merata di semua lini. Cesar Montez, Luis Chavez, Julian Quinonez serta striker Santiago Gimenez mempunyai skill yang mumpuni untuk bertarung pada kompetisi gabungan Zona Conmebol dan Concacaf tahun ini.
Namun apa lacur, tiadanya Edson Alvarez membuat mereka bermain seperti ayam tanpa induk. Kepemimpinan Alvarez masihlah sebuah ketergantungan yang negatif di dalam Los Tricolores.
Sama seperti USA, Meksiko harus memperbanyak kualitas pertandingan persahabatan mereka jelang Piala Dunia 2026. Selain itu, pemain-pemain mereka yang tersebar di seluruh dunia harus bisa disaring lagi untuk melengkapi kedalaman skuad. Misalnya saja Hirving Lozano, semoga kepindahannya ke MLS musim ini bisa membawa berkah bagi kebangkitan kariernya.
Perbedaan peta kekuatan Conmebol dan Concacaf terlihat jelas di Copa America 2024. Masih jauh bagi USA, Meksiko dan Kanada untuk mengejar kemampuan teknis para pemain Amerika Latin. Tetapi bukan tidak mungkin, dengan organisasi dan pemahaman taktik mereka yang lebih bagus, Piala Dunia 2026 menjadi momen untuk membalik keadaan!
Salam olahraga
SebenarnyaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H