Berbeda dengan di Indonesia, dimana pemain 17-18 tahun dikatakan "masih hijau", di Italia pemain berusia 17-18 tahun sudah harus bisa menembus tim Utama klub domestik.
Persaingan sejak usia dini, membuat tempaan bakat-bakat itu menjadi terasah, dan tentu akan ada surplus pemain sepakbola yang terjadi. Tentu, Como 1907 sebagai klub Serie A musim depan, akan memilih bakat-bakat terbaik dari akademinya.Â
- Kuota pemain Italia dan Uni Eropa lebih Diutamakan
Kemudian menjadi perhatian di klub Eropa, bahwa ada kuota pemain untuk menunjuang sepakbola negara induknya. Di Serie A, tentu pemain berpaspor Italia boleh berjumlah tak terbatas, dengan batas minimal empat pemain Italia.
Di second tier, karena Italia masuk ke dalam gerbong Uni Eropa, maka ada slot Uni Eropa yang merupakan prioritas kedua klub-klub Italia. Swiss dan Inggris meski tak tergabung dalam Uni Eropa, mendapat keringanan dengan bisa mendaftarkan pemainnya untuk slot ini.
- Kuota Pemain Non-Uni Eropa Hanya 2 Pemain
Nah disinilah kemungkinan pemain Indonesia bisa masuk ke dalam skuad Como 1907. Hanya tersedia dua slot "pemain senior asing", tentu manajemen akan berhitung mendatangkan pemain yang benar-benar bagus. Maka dari itu Kurniawan bisa menjelaskan bahwa peluang pemain Timnas langsung dibeli Como 1907 "Tidak semudah yang dibayangkan."
Meski demikian, ada proses yang bisa dilalui untuk pemain Indonesia berlaga di Serie A tanpa menggunakan slot ini, yakni melalui level akademi. Ada jatah 4 pemain akademi (negara manapun), yang bisa didaftarkan oleh sebuah klub Seria A.Â
Dari syarat ini tentu bukanlah milik Rizky Ridho, Bagas Kaffa ataupun Hokky Caraka meski mereka pernah tergabung di Garuda Select. Namun merupakan talenta muda kisaran 10-15 tahun yang layak dahulu untuk masuk Como 1907 junior. JIka mereka bisa tunjukkan prestasi, maka bisa dikemudian hari akan dimasukkan slot pemain akademi hingga berusia maksimal 22 tahun.
Setelah 22 tahun bagaimana? Tentu harus ikut regulasi, didaftarkan menjadi salah satu slot pemain non-Uni Eropa. Ribet ya.. hehehe
Eksistensi Klub Di Serie A lebih Utama
Pada pembahasan terakhir, kita harus pula melihat sisi Djarum Group sebagai investor. Mereka tentu ingin klub yang diakuisisinya ini menjadi salah satu yang terbaik di Italia. Persaingan jelas sangatlah berat, apalagi Como 1907 tidak punya DNA bertahan lama di Serie A.
Untuk kiblat, paling tidak bisa menjadikan AC Monza sebagai pembandingnya. Klub yang dimiliki keluarga alm. Silvio Berlusconi ini baru bertahan di Serie A selama dua musim, usai promosi di tahun 2022.Â
Tidak mudah membayangkan langsung bersaing dengan Juventus, Inter Milan, AC Milan, AS Roma, Atalanta, Bologna, Fiorentina maupun Lazio di papan atas. Mereka harus bisa bersaing dalam tier-tier di bawahnya terlebih dahulu.Â