Menangani klub sebesar Manchester United tentu merupakan tantangan bagi pelatih-pelatih kelas dunia. Tingginya ekspektasi para fans, yang diklaim terbesar seantero jagad, harus diimbangi oleh torehan prestasi instan klub yang berlogo Setan Merah tersebut.
Pada artikel ini, saya akan membahas bahwa tiada alasan lagi yang bisa diutarakan Sang Meneer, Erik ten Hag, dengan kondisi buruk timnya saat ini usai dibekap Crystal Palace 0-4!
Sosok Erik ten Hag menurut saya punya kepribadian yang kuat dan idealis, which is sangat bagus untuk menjadi bekal menahkodai klub besar yang terus mencari jati dirinya semenjak era Sir Alex Ferguson. Mengesampingkan dahulu taktik bermainnya, perangai Ten Hag tidak bisa digoyah oleh pertanyaan-pertanyaan tricky pihak media.
Jika ditanya tentang masa depannya menangani Manchester United, Ten Hag tidak pernah menjawab ambigu seperti yang kerap ditunjukkan Jose Mourinho ataupun Antonio Conte saat timnya bermain buruk. Ia selalu tegas menjawab "Saya yakin akan bertahan di United, dan itu pula yang saya lihat dari Manajemen."
Sikap optimis, apapun hasil yang didapat timnya, selalu menjadi hal utama setiap tajuk pembahasan Ten Hag bersama media. Meski ia pernah menyortir media dengan memboikot mereka yang mengkritik tajam hasil buruknya, lho. hehehe
Lalu bagaimana menyikapi kekalahan 0-4 dari Crystal Palace, Selasa (7/5/2024) dini hari tadi? Erik Ten Hag di sini kembali menunjukkan sisi buruknya (kalau menurut saya yang terburuk), dengan memberikan satu hal yang paling dibenci fans United, "ALASAN"!
"Ini sudah jelas, ini underperform. Kami tidak bermain seperti yang kami inginkan dan ini tidak cukup bagus. Kami sangat kecewa. Kami didukung suporter kami, dan kami seharusnya terus bertarung seperti yang dilakukan suporter."
"Selalu ada alasan, semuanya melihat lini pertahanan kami, kami memang punya masalah besar. Pada akhirnya, kami toh harus menghadapinya, dan kami seharusnya melakukan yang lebih baik," Erik ten Hag memberi penjelasan ini seusai laga, dikutip dari detiksports.
Meski bukan sebagai fans MU, saya turut merasakan kegeraman atas apa yang disampaikan Ten Hag. Pasalnya, rentetan cedera pemain yang MU dapatkan juga buah dari metode kepelatihan dan kebugaran fisik yang menjadi tanggung jawabnya juga, bukan?
Sesudah Cristiano Ronaldo dan Jadon Sancho, mungkin setelah ini semua physiotherapy United akan hengkang karena tak terima disalahkan. Duh
Jalannya Laga Crystal Palace vs Manchester United
Berkaca pada kondisi Tottenham Hotspur yang sedang limbung dengan empat kekalahan beruntun, plus Chelsea yang mulai menyodok ke peringkat ke-7, United diharuskan untuk bisa mengatasi Crystal Palace di Selhurst Park, Selasa dini hari WIB tadi guna mengamankan jatah Europa League.
Mempunyai 54 poin, MU sebelum laga ini tergusur ke rank 8 dari Chelsea yang menang meyakinkan 5-0 atas West Ham, Minggu (5/5/2024) lalu.
Handicap harus didapati Ten Hag sehari sebelum laga, bahwa Harry Maguire dipastikan absen karena cedera otot. Praktis hanya ada Johny Evans sebagai bek tersisa, dan akan ditemani oleh Casemiro sebagai palang pintu.
Mau cari alasan? Lihat komposisi Real Madrid periode Februari-Maret kemarin. Aurelin Tchouameni juga harus turun ke lini belakang menemani Nacho atau Rudiger yang bergantian cedera!
Andre Onana, Aaron Wan-Bissaka dan Diego Dalot yang kerap bermain reguler bisa diturunkan di laga ini. Gelandang Denmark Christian Eriksen menjadi pilihan di tengah untuk menemani Kobbie Mainoo.
Sebagai empat pemain di depan, tiadanya sang kapten Bruno Fernandes, seharusnya masih bisa ditutupi oleh kualitas Mason Mount, Antony, Alejandro Garnacho dan Rasmus Hojlund.
Sementara tuan rumah asuhan Oliver Glasner tengah dalam performa menanjak sebulan terakhir lewat empat partai tanpa kekalahan. Bahkan Palace juga bisa menumbangkan Liverpool di Anfield dengan skor 1-0 pada 14 April lalu.
Kembalinya Michael Olise menambah dimensi serangan The Eagles. Pemain yang akan jadi rebutan di bursa transfer musim panas depan, kembali berduet dengan Eberechi Eze di lini tengah. Mereka menopang striker Jean-Phillipe Mateta, dimana sedang dalam performa terbaiknya.
Babak pertama Palace langsung unggul dua gol via tembakan kaki kiri Michael Olise (menit 12') dan Mateta (40'). Pada prosesnya, kedua pemain ini dengan mudah melewati seorang pemain belakang United sebelum melancarkan tembakan kaki kiri kerasnya. Andre Onana yang kerap menjadi juruselamat, di laga ini tidak berhasil tunjukkan magis-nya.
Pada babak kedua, gol Tyrick Mitchell (58') dan brace Olise (66') menambah derita fans Setan Merah. Parahnya, kedua gol ini merupakan kesalahan elementer para pemain United.
Pada gol Mitchell, Diego Dalot yang sebenarnya unggul posisi dalam menghadang Joachim Andersen, malah kehilangan bola sehingga bisa diteruskan bek Denmark tersebut kepada Tyrick Mitchell di depan gawang.
Sedangkan pada gol Olise, bencana benar-benar terjadi kala Casemiro dengan mudah dipecundangi Daniel Munoz usai kehilangan bola di sisi kiri pertahanan United, sebelum diteruskannya dengan mudah kepada Michael Olise.
Crystal Palace kembali menang untuk kedua kalinya atas Manchester United musim ini, plus membuat Setan Merah membuat rekor terburuk mereka yakni 13 kekalahan dalam semusim.
Mau berita buruk lagi? Tiga laga EPL terakhir United musim ini adalah melawan Arsenal (home), Newcastle United (home) dan Brighton (away). Baru setelah itu mereka akan menghadapi Manchester City di Final Piala FA (25/5/2024).
Apa yang ditunjukkan para pemain United di laga ini, adalah kompilasi masalah cedera pemain, ketidakpercayaan kepada Ten Hag, plus minimnya variasi startegi pelatih asal Belanda tersebut.
Dosa-dosa Ten Hag tidak Bisa Ditolerir Meski Juara FA Cup
Lalu bagaimana jika meski ternyata MU kalah terus di sisa laga EPL, tetapi menang di Final FA Cup? Bukankah masih akan lolos juga ke Europa League?
Pertanyaan semu ini mungkin saja bisa terbukti, meski kecil sekali peluangnya melihat jomplangnya performa City dan United belakangan.
Tapi jikalau bisa menangi Piala FA, menurut saya dosa-dosa Ten Hag tetap tidak bisa ditolerir lagi. Pertama, ia merekrut pemain-pemain yang mayoritas underperform. Kedua, Cristiano Ronaldo dan Jadon Sancho yang ia singkirkan terbukti menjadi pahlawan di klubnya sekarang.
Ketiga, ia sering ditolong performa pemain yang sebenarnya mau didepaknya. Terakhir, ia tidak mau mengakui kekalahan strateginya di lapangan.
Membahas pemain yang direkrut Ten Hag, hanya Casemiro dan Lisandro Martinez yang well-perform pada musim pertama keduanya berseragam United (2022/2023). Musim lalu Ten Hag bisa membawa United menduduki peringkat ke-3 EPL sekaligus menjadi juara Carabao Cup.
Pemain rekrutannya yang lain, Tyrell Malacia, Mason Mount, Altay Bayindir, Andre Onana, Sofyan Amrabat, Antony, dan Rasmus Hojlund tidak ada yang benar-benar bisa menjadi decisive-player (pemain penting) dalam menaikkan kelas Manchester United. Maka patut dipertanyakan kemampuan manajerial Ten Hag dalam menghadapi bursa transfer.
Kemudian prahara di ruang ganti, Cristiano Ronaldo telah membahasnya lengkap bersama Piers Morgan sebelum hijrah ke Al Nassr. Mempertegas kediktatoran Ten Hag, Jadon Sancho memilih dipinjamkan ke Borussia Dortmund yang kini dibawanya hingga parta semifinal UCL.
Kedua pemain ini jelas punya ego yang tinggi, tetapi mereka juga punya kualitas yang ternyata tidak bisa dimafaatkan oleh Ten Hag. Hal yang sama mungkin bisa terjadi saat Harry Maguire dan Scott McTominay hendak disingkirkannya di bursa transfer awal musim.
Hanya saja menjadi blessing in disguise bagi Ten Hag, tidak adanya pembeli yang cocok bagi mereka berdua ternyata menolongnya di musim ini. Maguire dan McTominay bisa menjadi andalan "tak terduga" bagi United. Maguire menemukan lagi kemampuan bertahan terbaiknya, sementara McTominay berjasa atas gol-gol kemenangan United di awal musim.
Terakhir adalah perihal taktik, dimana Ten Hag sama sekali tidak melakukan pengembangan dari formasinya musim lalu. Menghadapi Manchester United, strategi gampang bagi lawan adalah mematikan Bruno Fernandes!
Jika Fernandes sudah dimatikan, praktis letupan tersisa dari United adalah sisi sayap yang ditempati Garnacho. Beruntungnya bagi United, meski musim ini terancam pecahkan rekor kekalahan terburuk sepanjang sejarah, dua pemain akademinya bisa muncul ke permukaan.
Alejandro Garnacho sukses menyegel satu tempat di sisi penyerang sayap, sedangkan Kobbie Mainoo bisa diandalkan sebagai gelandang tengah.
Jadi bagaimana fans Emyu? Mau Erik ten Hag stay dengan potensi kelucuan yang sama musim depan? Atau mau Ten Hag out lantas diganti pelatih lain?
Sir Jim Ratcliffe tentu harus gercep di bursa manajer akhir tahun ini. Jose Mourinho, Antonio Conte, Graham Potter, Thomas Tuchel, Zinedine Zidane maupun David Moyes (lagi) sedang tersedia dan akan menjadi rebutan banyak klub.
Salam olahraga
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI