Tersingkirnya Arsenal dari UEFA Champions League (UCL) dan Piala FA, menurut saya banyak membantu fokus mereka untuk bersaing dengan City hingga akhir musim. Seperti yang pernah saya tulis di artikel ini, kedalaman skuad The Gunners hanya mampu untuk menandingi skuad Pep Guardiola jika berfokus ke ajang liga saja. Mereka berkaca betul dari kegagalan tahun lalu.
Declan Rice menunjukkan bahwa ia adalah pembelian terbaik di EPL musim ini. Menyeberang ke klub sekota, dari West Ham ke Arsenal, ia tetap tidak dihujat publik The Hammers karena sudah menjadi kapten yang membanggakan selama tiga musim. Arsenal mendapat paket lengkap, kualitas dan leadership.
Laga melawan Bournemouth dimulai dengan sangat meyakinkan oleh The Gunners. Kecepatan pengambilan keputusan Odegaard dan Rice mampu diimbangi kekuatan Thimas Partey sebagai jangkar.Â
Gol pembuka dihasilkan Bukayo Saka via penalti menit 45'. Penalti ini cukup kontroversial, karena Kai Havertz yang dijegal kiper Mark Travers disinyalir sengaja mengerem kaki belakangnya untuk ditabrak oleh kiper Irlandia tersebut. David Coote memilih untuk sejenak berkonsultasi dengan VAR, dan ia konsisten pada keputusan awalnya menghukum The Cherries.
Bukayo Saka mengarahkan bola pelan ke sisi kanan gawang Travers, mampu mengecoh kiper muda tersebut untuk menutup babak pertama dengan keunggulan satu gol bagi Arsenal.
Pada babak kedua, Bournemouth menCoba mengimbangi lewat permainan yang lebih terbuka. Pasukan Mikel Arteta tentu senang dengan momen ini karena punya ruang lebih terbuka di lini serang.
Alhasil Leandro Trossard mampu gandakan keunggulan Arsenal menit 70'. Declan Rice yang melakukan sprint dari tengah lapangan, mendapat ruang untuk menyambut bola kedua di kotak penalti Bournemouth.Â
Bek The Cherries masih bisa menghadangnya, namun sekelebetan mata, Rice memutar tubuh untuk sodorkan bola kepada Trossard. Winger Belgia tidak menyia-nyiakan umpan matang ini untuk mengirim bola melengkung ke jala Travers.
Energi Declan Rice benar-benar luar biasa usai kembali lakukan coming-from-behind di menit 90+7'! Sembari menunggu Gabriel Jesus menggocek bola di depan kotak penalti, Rice berlari membuka ruang di sisi kanan.Â
Gabsus melihat pergerakan ini dan memberikan umpan terobosan kepada pemain andalan Timnas Inggris. Sempat sekali melakukan fake-shoot, Rice menghujamkan bola dengan keras ke jala Travers. Gol yang sekaligus mengakhiri laga di Emirates malam itu.
David Coote menjadi pembahasan lini masa karena tiga keputusannya di laga ini. Pertama karena penalti Bukayo Saka, dimana Kai Havertz dengan cerdik menahan ayunan kaki belakangnya agar tertabrak kaki Travers.Â