Nama Wirtz pun tersamar di balik punggung Xabi Alonso, yang bisa catatkan hasil bagus sejak gantikan Gerardo Seone. Ini menjadi sisi positif bagi Wirtz, karena bisa fokus men-sinergikan bakat terbaiknya di dalam pola permainan Xabi.Â
Musim ini adalah ledakannya. Florian Wirtz menjadi elemen penting dalam skema 3-4-2-1 Bayer Leverkusen, yang mampu "mempecundangi" Bayern Munchen di Bundesliga dengan selisih 16 poin, berisap untuk Final DFB Pokal Mei depan, dan akan berjuang di perempatfinal UEFA Europa League (UEL) Jumat besok.Â
Ya, Florian Wirtz dkk sedang berupaya mengejar treble winner di bawah kendali Xabi Alonso!
Perubahan Gaya Main Sang Fantasista
Sebagai pemain yang aslinya adalah seorang baller (sering melakukan gocekan atau footwork), cedera ACL adalah tamparan keras. Di tendon lutut inilah tumpuan kaki untuk melakukan gerak tipu cepat dengan frekuensi tinggi disuatu pertandingan.
Cristiano Ronaldo ketika dua musim pertamanya di Manchester United adalah baller sejati, karena aksi dribble dan crossover yang kerap ditunjukkannya guna menghibur penonton. Pada musim ketiga, tampaknya ia mulai sadar bahwa umur sepakbola-nya lebih penting daripada sekedar unjuk kebolehan olah bola.Â
Resiko cedera ACL terlalu besar jika melanjutkan gaya main tersebut. CR7 pun berubah menjadi pemain yang lebih strict dengan satu tujuan, gawang lawan. Sekedar intermezo, Neymar jr harus cepat tutup buku karier Eropa-nya karena masalah cedera ini.
Malang bagi Florian Wirtz, ia harus alami cedera dahulu untuk membuatnya merubah gaya main. Sebelum cedera, Wirtz sering berusaha melewati dua-tiga pemain sebelum mendekati kotak penalti. Namun kini, ia punya barisan pemain yang siap membantunya sebagai satu kesatuan.
Kerap dipasang sebagai attacking midfielder kiri, Wirtz ditemani winger bertenaga, Alex Grimaldo, yang siap menyisir sisi kiri lapangan. Striker utama Victor Boniface maupun Patrik Schick juga bisa melakukan wall-pass sehingga ia tidak perlu sering-sering membawa bola di jarak 20 meter. Titipkan bolanya pada striker, mereka akan mengoper balik.
Akan saya bahas detail pada artikel berikutnya, skema main Bayer Leverkusen di musim ini sangat mirip dengan Chelsea era Antonio Conte. Dan Florian Wirtz adalah Eden Hazard-nya.
Sebagai fantasista yang mempunyai visi dan kreativitas tinggi, Xabi Alonso memberikan bala bantuan di sekitar Wirtz. Jika pemilik nomor punggung 10 ini kehilangan bola, Granit Xhaka, Robert Andrich atau Exequiel Palacios siap merebut bola kembali seperti "anjing penjaga-nya".
Di Timnas Jerman pun demikian. Dengan formasi sedikit berbeda, 4-2-3-1 ala Julian Nagelsmann, Wirtz dan Jamal Musiala dipasang sebagai duo-fantasista yang didukung pemain tengah kaliber Gundogan, Toni Kroos serta Robert Andrich. Striker Kai Havertz yang bisa drop ke bawah juga menjadi surplus pemain di sekeliling Florian Wirtz.